Off terduduk diam menatap punggung Gun yang sedang tidur membelakangi dirinya. Sudah hampir setengah jam suami kecilnya merajuk karena dipermalukan di depan ibunya. Tidak ada sepatah kata yang Gun lontarkan pada Off. Bahkan ajakan bicara Off diabaikan oleh Gun. Sesampainya di kamar Gun langsung pergi mandi dan bersiap tidur.
Off sempat memeluk Gun tetapi sikunya menepis dengan kuat membuatnya sedikit meringis keeakitan. Kecupan di pipi Gun pun langsung dihapus kasar.
"Sayang, maafkan aku. Jangan marah begini."
Off bergerak mendekatkan bibirnya ke telinga Gun dan berbisik lembut. Tangan Off mulai bergerak kembali berusaha menyelusup masuk di sela-sela lengan suaminya terapit rapat. Sebuah kecupan mendarat di tengkuk Gun yang membuatnya bereaksi dengan gelengan.
"Beri tahu aku dimana letak kesalahanku. Tolong jangan diamkan aku, Gun. Kau sangat menakutkan jika marah seperti ini."
Gun sebenarnya tersenyum dalam hati. Melihat Off yang memohon maaf padanya ternyata menyenangkan. Apalagi saat Off terus menerus mengecup pipinya rasanya begitu putus asa untuk membujuk dirinya.
"Beri tahu aku cara menebus kesalahanku hingga kau tidak marah seperti ini, sayang."
"P'Off ingin tahu?"
"P'OFF? KAU MEMANGGILKU P'OFF? SAYANG JANGAN CERAIKAN AKU."
Off terlihat panik kala pendengarannya menangkap suara Gun yang memanggilnya dengan sebutan phi bukan papii seperti biasanya, sungguh menakutkan. Saat Gun mengucapkan kalimat itu seakan suami kecilnya sedang mengajukan surat perceraian padanya. Off segera memeluk Gun dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Gun seraya menggeleng tidak ingin diceraikan. Off tidak mau kehilangan suaminya ini.
"KAU APA-APAAN PAPII...LEPASKAN ATAU KAU AKAN MEMBUNUHKU. AKU TIDAK BISA BERNAPAS."
"Kau tidak akan menceraikanku, kan?"
"Siapa yang ingin bercerai denganmu?"
"Buktinya kau barusan memanggilku dengan phi bukan papii."
Gun menghela napas dan menyentil dahi suaminya. Dia tak habis pikir dengan Off yang bisa sampai berpikir sejauh itu. Jangankan bercerai, memikirkan Off pergi untuk menyelesaikan sebuah misi saja Gun tidak mampu. Bagaimana mungkin dia akan menceraikan suaminya? Off akan selalu menjadi orang paling berarti dalam hidup Gun. Tidak akan bisa digantikan oleh orang lain. Off adalah hidupnya sekarang. Tanpa Off artinya Gun akan mati.
"Berhenti berlebihan Papii. Gun tidak akan pernah menceraikan Papii. Apa yang membuatmu panik seperti ini?"
"Kau tidak tahu rasanya menjadi diriku Gun. Melihat dirimu yang hanya diam membuatku takut kehilanganmu. Aku takut kau pergi dariku."
"Ya Tuhan, aku sudah bilang padamu jika aku tidak bisa lagi hidup tanpamu. Jadi jangan pernah bilang aku akan pergi meninggalkanmu, kecuali..."
"Kecuali apa?"
"Kecuali dirimu yang sudah tidak ingin bersamaku lagi."
"SIAPA YANG BILANG BEGITU, SAYANG? AKU AKAN TERUS BERSAMAMU. AKU TIDAK AKAN PERNAH BISA HIDUP TANPAMU. GUN, SAYANG TOLONG JANGAN MENGATAKAN ITU LAGI. JANGAN RAGUKAN DIRIKU."
"Cukup Papii. Tidak perlu berteriak di telingaku. Aku tidak tuli, jadi katakan biasa saja."
Gun menutup telinganya yang sudah berdenging karena mendengar teriakan Off. Gun tidak mengira suaminya sepanik ini hanya karena kalimat candaan barusan.
"Gun, aku sungguh mencintaimu. Lihat aku. Apa aku berbohong padamu?"
Off meraih dagu Gun dan mengarahkan wajahnya agar saling berhadapan. Kedua mata mereka saling menatap mematri kejujuran dalam ingatan. Gun lantas tersenyum dan mengusap lembut pipi Off yang kini wajahnya terlihat begitu sendu penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...