Embusan semilir angin menerpa wajah. Rumbai rambut berayun seirama dengan ayunan daun pohon kelapa. Aroma khas garam laut segar menyeruak kala tarikan napas pertama. Senyum Gun begitu lebar, ia akhirnya melepas rindu saat pemandangan Krabi dengan pantai yang indah menyapanya di siang ini.
Sesuai dengan janji kakek, Off dan Gun pun pergi berbulan madu keesokan hari. Semua persiapan mereka telah disiapkan oleh Tay dan New yang dibantu beberapa pelayan. Tukang pukul juga telah bersiaga siap mendampingi.
"Kau sudah tidak sabar?"
Off merangkul pinggang suaminya yang kini tengah berjingkrak senang sendirian di bibir pantai. Kecupan gemas tanpa aba-aba mendarat di pipi tembam Gun.
"Papii, ayo kita ke kapal. Aku sudah tidak sabar."
"Kau tidak sabar berdua denganku?"
Gun mengalungkan tangannya di tengkuk Off. Lantas mengangguk dengan antusias sebagai jawaban dari pertanyaan suaminya itu. Apapun asal bersama Off, Gun akan bahagia.
"Tentu. Aku sudah tidak sabar hanya berdua bersama Papii. Ayo cepat kita pergi ke sana."
"Baiklah. Ayo kita pergi."
Off memanggil salah satu tukang pukul dan menyampaikan niatnya untuk pergi ke yatch. Tidak lupa dia juga menanyakan beberapa keperluan mereka yang seharusnya memang sudah tersedia disana. Setelah memastikan semua sesuai, Off dan Gun langsung menaiki jetski untuk mereka kendarai menuju tempat yatch berlabuh.
Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit menggunakan jetski, akhirnya Gun sampai di tujuan. Matanya seketika berbinar penuh kesenangan. Mulutnya bergumam melontarkan kata menakjubkan. Kapal itu berlabuh di tengah hamparan luasnya lautan, tidak jauh dari sana ada beberapa tebing yang menjulang. Warna didominasi hitam dengan sedikit ornamen kayu untuk lantai, menambah kesan elegan. Begitu kontras untuk suasana terik di waktu siang.
Serasa bernostalgia, suasana bahagia ini tidak begitu banyak berubah dari sebelumnya saat dia menjadi aktor. Malah menurut Gun ini lebih nyaman untuknya. Apalagi dia pergi dengan orang tercintanya.
"Kau suka dengan kapalnya?"
Gun hanya mengangguk. Rasa senangnya tak lagi bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.
"Aku tahu, kau sangat suka berlibur ke pantai. Apalagi berlibur di atas yatch mewah seperti ini. Aku melihatnya di sosial mediamu. Maka dari itu aku meminta kakek untuk menyiapkan liburan ini. Aku cuma takut kau merasa hidupmu berubah tidak bahagia jika bersamaku. Jadi aku berusaha untuk mewujudkan hal-hal yang sekiranya akan kau sukai, Gun. Salah satunya dengan ini. Aku cuma tidak ingin membuatmu kecewa berakhir menikah denganku."
Siapa bilang Gun tidak bahagia? Siapa bilang Gun akan kecewa? Semua itu hanya praduga Off yang diselimuti rasa takut kehilangan orang tercintanya. Sejak malam dimana Gun mengatakan bersama Off hidupnya aman dan nyaman, Off telah mematri Gun dalam hatinya. Gun tak pernah memandang Off berbeda. Mereka mencintai layaknya manusia pada umumnya. Off hanya berharap sampai akhir hayatnya Gun akan senantiasa bahagia.
Gun mendekat, menatap lekat kedua mata Off. Tanpa ragu kecupan itu mendarat di bibir suaminya. Gun tak pernah merasa keputusannya salah. Rasa bahagianya tidak pernah berkurang sedikitpun meskipun dunianya berubah. Cahaya hadir bukan hanya dari kilatan lampu kamera yang menyorotnya. Walau samar dan tak seterang biasanya, Off membawa utuh hanya untuknya.
"Papii, tidak perlu seperti ini."
"Apa masih ada yang kurang?"
"Tidak, bukan begitu maksudku, Papii. Cukup bersama Papii saja Gun sudah merasa bahagia. Aku bersyukur karena dunia mempertemukan kita. Aku sangat mencintai Papii. Intinya jangan pergi meninggalkanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...