Gun bergeming di depan pintu rumah Off. Semua pelayan telah berjajar rapi dengan koper-koper yang tertata di samping mereka. Koper-koper itu milik Gun, tapi untuk apa koper-koper itu dikeluarkan dari gudang penyimpanan? Apa Gun akan diusir dari keluarga Adulkittiporn sekarang?
Semua membungkuk dan tak sedikit yang tergugu menangis. Gun masih belum menemukan jawaban apa yang sebenarnya terjadi. Selama perjalanan New hanya diam, masih kukuh dengan pendirian jika semua penjelasan adalah wewenang Off. Namun hingga sekarang Gun belum bertemu dengan suaminya itu.
Keadaan rumah Off pun tak kalah mencekamnya dari rumah utama. Tukang pukul berjajar lebih ramai dari biasanya. Mereka memegang senjata tanpa terkecuali. Sudut-sudut taman dan ruangan tidak ada yang dibiarkan gelap, semua terang. Gun juga mengamati setiap orang yang berlalu lalang sedikit terburu-buru. Hal itu membuat perasaan Gun semakin tidak nyaman.
"Kenapa koper Gun ada disini? Memang Gun mau kemana?"
"Off akan tiba sebentar lagi. Kau akan mendengarnya langsung dari Off, Gun."
"Kenapa bukan New saja yang bilang."
"Sudah kukatakan padamu, ini wewenang Off."
Gun memilih duduk di sofa seraya menunggu Off datang. Sembari menunggu otak Gun berputar mencari alasan paling masuk akal kenapa semua ini terjadi. Namun semakin Gun mencari jawaban sendiri semakin berdegub jantungnya, karena hampir semua opsi alasan menakutkan.
"Dimana Mild?" Hingga satu kalimat pertanyaan itu terlontar dari mulut Gun. Rasa penasaran Gun tiba-tiba muncul karena sedari tadi dia tidak melihat wanita itu ikut berlalu lalang.
"Dia sudah mati Gun."
Napas Gun tercekat mendengar jawaban New. Bukan itu jawaban yang Gun mau. Dia cuma ingin mendengar seperti mungkin dia sedang pergi atau lain sebagainya. Tapi Gun sepertinya lupa kalau kini hidupnya berada di dunia bawah tanpa cahaya, dimana nyawa seseorang tidaklah seberharga itu. Mudah sekali bagi manusia mencabut nyawa manusia lain.
"Bukan Papiikan yang membunuhnya?"
"Bukan. Suamimu tak seburuk itu Gun."
Mild memang menyebalkan bagi Gun. Tapi Gun juga tidak mau jika wanita itu harus mati di tangan suaminya. Menurut Gun akan sangat menyakitkan membunuh orang yang pernah dia cinta. Miris.
"Dimana Gun?"
Off datang pun dengan langkah lebar menghampiri Gun yang tengah duduk di sofa. Lantas tangan Off terulur, mengajak Gun untuk mengikutinya menuju kamar.
"Papii, tolong perlahan. Gun lelah, perutku kram."
"Maafkan aku, sayang."
Bersamaan dengan pintu kamar yang tertutup, Off menarik Gun dalam pelukan. Pelukan yang teramat erat. Off menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Gun seraya mengendusnya. Gun yang melihat suaminya seperti sedang menyampaikan beban kehidupannya hanya bisa mengusap punggung Off dengan lembut, berusaha menenangkan.
"Ada apa? Maukah Papii ceritakan padaku?"
Off menuntun Gun agar duduk di salah satu bangku sedangkan dirinya berlutut di bawah. Kepala Off menengadah menatap wajah suami kecilnya yang mulai khawatir.
"Jangan membuatku takut, Papii. Papii tidak akan menceraikanku, bukan?"
"Apa yang kau katakan, Gun? Aku bahkan tidak pernah memiliki kosakata itu di dalam otakku."
"Lalu kenapa koper-koper milikku ada di ruang tamu? Memangnya aku akan pergi kemana?"
Off tidak menjawab. Dia menarik napas dalam dan kemudian meraih kedua tangan Gun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...