Tepat tengah hari tiga buah truk kontainer tiba di dalam gudang milik keluarga Adulkittiporn. Kontainer itu berasal dari tiga kapal kargo berbeda. Kapal pertama berasal dari pelabuhan peti kemas di Rusia. Kapal kedua berasal dari pelabuhan peti kemas di Amerika Serikat. Terkahir pelabuhan peti kemas di Italia.
Sekitar sepuluh menit kemudian beberapa mobil Jeep Rubicon pun tiba. Off dengan gaya semi formalnya turun dari salah satu mobil diikuti Tawan dan New. Off berjalan mendekat ke arah para tukang pukul yang telah berjajar rapi. Tangannya bergerak lihai memantik api untuk menyalakan rokok. Semua tukang pukul serta pekerja lantas langsung membungkuk memberi hormat pada calon kepala keluarga Adulkittiporn itu.
Bank—salah satu tukang pukul bergerak menyiapkan sebuah kursi untuk Off duduki. Tay dan New berada di belakang Off berdiri mendampingi. Tangan kanan Off sibuk mengapit rokok sedangkan tangan kirinya mengetuk-ngetuk gagang kursi seraya memperhatikan setiap peti kemas yang berada di depannya. Embusan asap pertama masih hening, Off masih belum membuka pembicaraan. Hingga embusan ketiga Off memerintahkan beberapa tukang pukul untuk membuka seluruh peti kemas.
Setiap peti kemas terdiri dari peti-peti kayu yang memang sengaja dibungkus sedemikian rupa karena benda yang mereka kirim kali ini bukan sembarang benda. Benda-benda ini khusus dipesan secara ilegal oleh Off atas nama keluarganya, pemimpin keluarga di Asia Tenggara. Perusahaan pun tidak mempertanyakan karena memang pesanan khusus secara rahasia.
"Cepat buka. Aku ingin melihat barangnya."
"Baik, Khun."
Enam tukang pukul begerak sigap membuka tiga kontainer secara bersamaan. Beberapa saat setelahnya semua peti kayu yang semula di dalam kontainer telah berjajar rapi di hadapan Off. Peti-peti itu berisi senjata lengkap dengan amunisinya keluaran Rusia, Italia, dan Amerika. Mulai dari senjata laras panjang sampai pendek semua tersedia.
"Tay, bagaimana persiapannya sejauh ini?
"Sesuai dengan perhitunganmu kalau semua persiapan telah rampung. Jumlah tukang pukul telah cukup, semua telah aku rinci dalam laporan. Perhitungan dari inti sampai candangan. Pembagian tugas setiap regu pun telah diurus oleh Joss. Administrasi Gun dan ibu telah aku selesaikan. Paspor mereka pun sudah dipersiapkan. Mereka hanya butuh visa. Visa pun masih dalam proses. Aku sudah meminta bantuan maskapai yang akan membawa Gun dan ibu menuju Shanghai."
"Kira-kira kapan kita akan melakukannya?"
"Menurutku jangan terlalu gegabah. Perkiraanku sekitar satu bulan dari sekarang. Kita harus memantau pergerakan Mild karena dia adalah subjek tam terduga yang muncul. Kita pun juga harus mengawasi ayahmu, karena bagaimana pun Mild akan menemuinya. Aku juga menyarankan agar kau membicarakan ini dengan Gun. Tidak gamblang, cukup buat Gun memahaminya saja. Keadaan psikisnya sedang tidak baik. Kita harus memberikan alasan paling masuk akal kenapa dia dan ibu akan tinggal di Shangai untuk sementara waktu."
"Gun akan menurut asal ibu ikut dengannya. Nanti juga akan coba menyampaikan padanya."
"Intinya Gun dan janinnya aman, Off. Kudeta ini bukan sehari dua hari. Kau akan menggulingkan ayahmu sendiri. Tentu keluarga yang loyal terhadap ayahmu tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Belum lagi keluarga-keluarga lain yang sudah mengincar posisi keluarga Adulkittiporn sejak lama, mereka akan melihat hal ini menjadi sebuah peluang paling menguntungkan. Bisa saja mereka saling bekerja sama untuk menggulingkanmu. Aku perkirakan ini akan terjadi sekitar dua bulan sampai semua aman terkendali. Itu pun kalau perhitunganku tidak meleset, Off."
"Aku tahu Tay. Aku pun sudah memperkirakan berapa lama waktu yang aku butuhkan sampai semua stabil."
"Jangan lupa jika Gun pun bisa saja menjadi incaran keluarga lain. Dia sedang hamil pewaris keluarga selanjutnya. Kekosongan seperti itu kadang luput dari perkiraan kita."
"Aku sudah meminta waigong untuk menjaga ibu dan suamiku. Aku meminta untuk menutup perbatasan Shanghai bagi siapapun yang memungkinkan berasal dari Thailand. Waigong pun sudah memerintahkan kepala tukang pukulnya langsung untuk menjemput ibu dan Gun di bandara. Mereka akan langsung dibawa ke rumah utama dan tinggal bersama waigong. Joss dan New juga akan bersama mereka. New tolong jaga Gun selama berada disana."
"Baik, Off. Kau bisa mengandalkanku. Jangan khawatir. Aku bersumpah setia atas namamu dan persahabatan kita. Jika lalai, kuserahkan darahku untukmu."
"Terima kasih, New. Aku percaya padamu."
Off sudah menyiapkan sedemikian rupa apa saja kemungkinan yang akan terjadi jika nanti dia akan melakukan kudeta pada ayahnya sendiri. Tay pun sudah menyiapkan segala persiapan mulai dari administrasi sampai barang-barang fisik lainnya. Joss pun punya tugas khusus untuk menyiapkan seluruh tukang pukul. Sedangkan tugas New menjaga ibu dan Gun.
Selama kudeta berlangsung Off berencana memindahkan ibu dan Gun ke Shanghai, tempat keluarga ibunya berada. Off juga sudah berkoordinasi dengan keluarga penguasa Shanghai yang tidak lain kakeknya sendiri. Mereka sepakat untuk membantu kudeta dengan mengirimkan beberapa tukang pukul.
"Bagaimana dengan Win?"
"Win akan ikut ibu dan Gun ke Shanghai. Aku tidak ingin adik bungsuku melihat kakak-kakaknya membunuh ayahnya sendiri."
"Baik kalau begitu. Aku akan mempersiapkan segala administrasi untuk Win. Dan satu lagu pertanyaanku untukmu."
"Apa?"
"Lalu bagaimana dengan Bright? Apa kau akan menyerangnya juga?"
"Aku akan menghabisinya, Tay. Tak perlu kau tanyakan hal itu lagi."
***
"Joss kau diam di mobil."
"Tapi Off menyuruhku untuk ikut denganmu, Nong."
Gun menghentak kakinya. Tangannya terlipat di depan dada tanda kesal. Bibir tebalnya mengerucut. Wajahnya berpaling menghadap jendela mobil.
"Nong, aku tidak akan mengganggumu. Aku akan menunggu di koridor tempat keluarga pasien menunggu."
"Tidak, aku tidak mau. Papii..."
Joss meminjat pelipisnya yang terasa berdenyut. Rengekan Gun terkunci di dalam mobil dan terus berulang membuat Joss sedikit pening. Gun masih bersikukuh memintanya menunggu di dalam mobil. Semakin Joss menjelaskan permintaan Off, suara tangisan dan rengekan Gun semakin kencang.
"Gun, kau itu suami dari calon kepala keluarga pemimpin sektor Asia Tenggara. Musuh suamimu bukan hanya satu dua orang saja. Banyak sekali. Apalagi kau sedang hamil pewaris selanjutnya."
"AKU TIDAK MAU JOSS IKUT. KAU TIDAK PAHAM BAHASA MANUSIAKAH, JOSS?"
"Aku paham Gun, sangat amat paham. Tapi harusnya kau tau juga posisiku. Off bisa memenggal kepalaku jika sampai terjadi apa-apa padamu."
"Tidak akan Joss. Aku bersama Win. Ya Tuhan aku sampai lelah berbicara denganmu. Lagipula siapa yang akan melakukan penyerangan di tengah-tengah rumah sakit, Joss."
"Ada banyak cara untuk melumpuhkan laki-laki kecil sepertimu. Ayolah jangan keras kepala, Nong."
Gun semakin menjadi-jadi. Suara rengekannya sudah tidak bisa terkendali. Bahkan sekarang kakinya ikut menendang dashboard mobil. Orang-orang yang berlalu lalang saja sampai menoleh ke arah mobilnya karena menimbulkan suara gaduh. Gun melakukan ini karena dia ingin membantu Win memeriksakan kandungannya. Gun hanya ingin membuat Win tak lagi ragu untuk mempertahankan janinnya.
"BAIK KHUN GUN ADULKITTIPORN. ANDA BISA PERGI DENGAN WIN SAJA."
"Terima kasih Joss."
-tbc-
💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...