Jingga menghampar, matahari mulai terbenam. Gun mulai mengantuk, perjalanan ini tak kunjung usai. Sudah hampir dua jam tapi Gun tidak tahu akan dibawa kemana dirinya. Semenjak meninggalkan Bangkok, Gun hanya melihat pepohonan tanpa pemukiman. Sesekali dia melihat tebing yang tinggi. Jalanan pun berkelok menanjak. Jalan pun hanya diisi oleh rombongan mereka, jika Gun tak salah hitung hampir ada tujuh mobil termasuk milik mereka yang berada di tengah.
Beberapa kali Gun menoleh pada Off tapi laki-laki itu malah berkutat dengan tablet ataupun teleponnya. Setelah mengamati Off, Gun mengetahui jika dia memiliki tiga ponsel. Jika ponsel pertama berdering air muka Off menegang namun berbicara tenang. Kalau ponsel kedua yang berdering, rahangnya mengetat, tangannya mengepal, dan alisnya bertaut. Suaranya tegas dan meninggi tapi tidak marah. Namun jika ponsel terakhir yang berbunyi, seluruh isi kebun binatang keluar dari mulutnya. Gun paling takut jika ponsel ketiga yang berdering.
"Apa kita masih jauh?"
"Kita hampir sampai." Jawab Off singkat.
"Aku tidak tahu jika akan sejauh ini. Aku tidak membawa baju lebih, Khun Off."
"Tay sudah menyiapkan seluruh keperluanmu. Kau bisa meminta pada Tay jika ada yang kurang."
Gun kembali diam bersamaan dengan pedal rem yang terinjak. Mulut Gun ternganga melirik ke arah depan dan terlihat jelas pagar setinggi tiga meter terbuka otomatis. Mobil kembali melaju dan lampu jalan menyala setiap kali mobil melewatinya.
Sekitar lima belas menit hingga mobil mereka sampai di pekarangan yang luasnya hampir setengah lapangan sepak bola. Tengah halaman terdapat kolam air man Mulut Gun ternganga. Selama ia tinggal di Bangkok dia tidak pernah melihat bangunan semegah ini kecuali kuil.
Otak Gun langsung mengulang kembali pertanyaannya yang sempat ia ajukan pada Off di mobil.
Sekaya apa seorang Off Jumpol Adulkittiporn?
Tay lantas sigap membuka pintu dan mempersilakan Gun turun dari mobil. Pandangan Gun langsung menyebar, memperhatikan setiap sudut halaman yang ternyata dijaga oleh orang-orang berjas. Beberapa dari mereka memegang senjata dan di sampingnya ada anjing jenis Doberman dan German Shepherd. Gonggongan menyambut kedatangan Gun.
Tanpa Gun sadari Off sudah berada di sampingnya dan langsung merangkul pinggangnya. Gun reflek menoleh dan siap melepaskan rangkulannya tapi Off semakin mengeratkannya.
"Panggil aku P'Off ataupun sayang saat kita bertemu dengan ibu dan ayahku."
"Kenapa kau tidak memberi tahuku sejak tadi."
"Kurasa hal ini tidak akan sulit untuk kau lakukan, sayang."
Mata Gun membulat mendengar panggilan mesra dari kekasih bohongannya ini. Off tampak pandai sekali berakting. Sepertinya laki-laki ini jika debut sebagai aktor langsung bisa mengalahkan Gun sebagai aktor terbaik.
Pemandangan halaman yang luas membuat Gun lupa jika sekarang dia sedang melangkah menuju sebuah mansion bercat putih. Lampu sorot di setiap sudut semakin menegaskan kemewahannya.
Pintu masuk terbuka dan Gun langsung disuguhi pemandangan menakjubkan lainnya. Interior di dalam mansion masih mengusung tema Eropa klasik. Selain tukang pukul mansion ini juga memiliki pelayan. Mereka lantas membungkuk pada Gun dan Off.
"Apa manusia mungil dan menggemaskan ini menantu ibu, Off?"
Gun kembali fokus dan mendapati seorang wanita paruh baya yang tinggi semampai dengan tubuh bak model. Rambutnya panjang menutupi punggung. Senyum merekah semakin membuatnya terlihat begitu cantik. Kulitnya tak kalah putih dari Off.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...