32

808 97 9
                                    

Suara tembakan silih berganti menelusuri rongga telinga. Asap tebal menggulung di ruang tengah menutup pandangan. Pedih bercampur sesak membuat beberapa tukang pukul terduduk tak ada perlawanan. Tepat pukul dua belas dini hari dentuman bom pertama menjadi pembuka kudeta.

Seluruh pasukan Off berpakaian lengkap, termasuk rompi anti peluru serta masker untuk menghindari efek gas air mata. Setelah bagian depan rumah utama runtuh, pasukan yang dipimpin oleh Bank mulai menyusuri setiap ruangan mencari keberadaan sang kepala keluarga. Diikuti oleh Off di belakang serta Joss yang selalu sedia mendampingi sebagai tameng. Baifern memimpin satu batalion lain, batalion penembak jitu. Saudari kembar Off memang salah satu penembak terbaik, bahkan Off saja kalah jitu jika dibandingkan kembarannya itu.

Off memutuskan melakukan penyerangan pada malam ketiga setelah memastikan seluruh keluarga, yaitu Gun dan ibu telah aman di Shanghai. Selain itu Off juga masih menunggu kedatangan kelompok tukang pukul yang dikirim oleh waigongnya. Setelah dirasa semua persiapan sesuai dengan rencana, Off mengirim sebagian untuk melakukan penyerangan.

Keadaan hening. Lantai pertama kosong, hanya beberapa mayat tukang pukul tergeletak tak jauh dari tempat meledaknya bom.

"Khun, lantai pertama nihil. Tidak ada yang tersisa."

Bank melapor setelah salah satu anak buahnya menelusuri setiap ruangan di lantai satu. Namun perasaan Off masih merasa tidak aman. Dia merasa keadaan ini tidak beres dan terlalu normal. Benar saja, satu peluru melesat menembus kepala salah satu pukul pasukan Bank. Seketika Joss merangkul  Off dan memaksanya tiarap.

"LINDUNGI KHUN OFF."

Joss dan beberapa tukang pukul berdiri sigap melingkari Off yang kini tengah berjongkok di tengah. Namun Off malah terkekeh. Tangannya menyibak lingkaran, satu peluru telontar, menusuk salah satu bahu seseorang di balik asap gas air mata. Off menghampiri dan ternyata itu adalah salah satu tukang pukul ayahnya.

"Beraninya kau mengarahkan senjatamu padaku."

Off menembak tukang pukul secara jarak dekat meskipun senjata milik Off didesain untuk jarak jauh. Benar saja pelurunya berhasil memecahkan kepala si tukang pukul. Bercak darah memuncrat mengenai wajah Off.

Tembak menembak tak terelakkan lagi. Off membobardir peluru tanpa pandang bulu. Wajahnya kebas oleh keringat. Napas tersengal, rasanya begitu mencengkik di tenggorokan. Namun malam ini semua harus berakhir. Ayahnya harus mati hari ini. Semakin cepat Off membunuh ayahnya, semakin cepat pula dia bertemu dengan Gun.

"OFF AWAS!!!"

Baifern meluruskan tangan dan satu tembakan melesat. Nyatanya Baifern tetap kalah cepat. Penembak jitu tak selamanya tepat. Baifern berlari, sekuat tenaga menerobos asap gas air mata, menangkap tubuh kebarannya yang limbung.

"Off, tetap buka matamu. Kumohon."

Satu pisau tertancap tepat di perut Off. Darah mengalir sederas air mata Baifern yang duduk seraya merangkul saudara kembarnya.

"Hei, kenapa kau menangis? Aku tidak apa-apa, Fern."

"Bertahan, kumohon. Tay akan segera datang kemari. Kau akan selamat. Jadi tolong jangan cabut pisaunya dari perutmu."

"Mau taruhan denganku, Fern?"

Baifern menggeleng. Dia tidak ingin bercanda sekarang. Melihat wajah Off yang mulai memucat semakin membuatnya panik.

"Ayolah, kau boleh memilih senjata koleksiku nanti."

"Off, tolong bertahan. Kenapa tanganmu mulai dingin. Tetap buka matamu. Tatap aku."

"Kira-kira Gun akan melahirkan bayi laki-laki atau perempuan? Menurutmu bagaimana?"

"Laki-laki. Dia akan melahirkan bayi laki-laki."

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang