Menikah? Ya benar Off dan Gun akan menikah sekarang. Berdiri di hadapan mantan kepala keluarga Adulkittiporn yang tidak lain adalah kakeknya. Seluruh mata tertuju pada mereka. Suasana khidmat menambah kegugupan. Pikiran Off dan Gun kosong. Tak ada sepatah kata pun yang bisa mereka lontarkan untuk mengulur prosesi yang ternyata telah disiapkan sedemikian rupa.
Siapa menipu siapa sekarang? Off dengan skenarionya dan kakeknya dengan skenarionya. Ayah, ibu, Baifern, dan Win tampak tenang dengan senyuman. Sejak kapan mereka merencanakan ini semua? Off tidak menaruh ekspektasi semua ini akan terjadi.
Pesta ulang tahun ini seketika disulap menjadi acara pernikahan. Off dan Gun baru sadar saat melihat ke sekeliling mereka, nuansa khas pernikahan begitu kental. Pilar-pilar hitam yang menjulang telah dibalut oleh kain satin putih dengan beberapa ornamen bunga. Kue tart yang disediakan pun bersusun tinggi di pojok panggung, padahal seingat Off kakeknya tidak suka dengan kue tart. Off sangat mengenal kakeknya. Meskipun dia masih kalah telak dalam hal tipu menipu. Kakeknya begitu handal.
"Sekarang sayat tangan kalian dan satukan darahnya dalam mangkok ini." Off paham kenapa ada perintah ini. Tentu tanpa ragu dia menyayat telapak tangannya. Perintah pengikat simbol kesetiaan dan siap berkorban sampai titik darah penghabisan. Saat ayahnya menjadi kepala keluarga pun, juga mendapat perintah ini. Salah satu cara turun temurun yang digunakan saat seseorang ingin bergabung ataupun menaiki jabatan baru dalam keluarganya.
Berbeda dengan Gun. Gun lantas menoleh mendengar perintah itu. Dia tidak berani menyayat telapak tangannya, pasti itu akan sangat menyakitkan. Tapi melihat Off yang sudah menyayat terlebih dahulu, Gun sepertinya tidak punya pilihan lain selain mengikuti perintah.
Mata Gun sedikit terpejam, dalam satu gerakan tangannya telah tersayat. Giginya menggigit bibir bagian dalam, menahan teriakan kesakitan. Dalam sebuah cawan darah Off dan Gun bercampur menjadi satu. Keduanya saling pandang kala kakeknya kini memerintahkan keduanya untuk meminum itu. Sekali lagi mereka hanya bergerak patuh tanpa bantahan.
"Sekarang kalian telah resmi menjadi sepasang suami. Darah ini menjadi lambang kesetiaan sampai maut memisahkan. Mulai hari ini Gun telah menjadi anggota resmi keluarga Adulkittiporn. Namanya akan berubah menjadi Gun Atthaphan Adulkittiporn."
Gun memandang ke arah Off. Sejak hari ini sosok di sampingnya telah resmi menjadi suaminya. Pendamping hidup sampai maut memisahkan mereka berdua. Seperti mimpi mengetahui nama keluarganya telah berubah mengikuti nama pasangannya. Laki-laki yang datang tanpa aba-aba menyeretnya pergi untuk terus bersamanya sekarang telah menjadi suaminya. Gun membuang hidupnya, gemerlap dunianya tak lagi menyinari langkah kecilnya. Hanya akan ada Off Jumpol Adulkittiporn yang akan menuntun dan berjalan bersamanya mulai sekarang.
Off lantas meraih tangan si kecil menggenggam. Menariknya agar lebih dekat lagi. Mereka berdua kini saling pandang, menyuarakan kata lewat tatapan. Wajah cantik itu bersemu merah muda dihiasi senyum merekahnya. Off mencintai laki-laki ini, sangat, sangat, dan teramat sangat mencintainya.
Off dan Gun saling berhadapan. Tangan Off menangkup wajah suami kecilnya. Sepersekian detik kemudian kecupan penuh makna mendarat di bibir Gun.
"Aku mencintaimu Gun." Bisik Off di sela-sela ciumannya.
Win datang diiringi Bibii yang mengekor di belakangnya. Dia membawa nampan berisi cincin yang Gun pesan tempo hari. Off memasangkan cincin itu tepat di jari manis Gun, begitupun sebaliknya.
"Selamat, segera berikan kakek cicit."
Off tersenyum miring. Jangankan memberikan cicit, sejak kedatangan Gun ke hidupnya saja Off belum berhasil menyapa lubang surgawinya. Ada saja hal yang mengganggu mereka. Entah si anjing kecil sialan atau anggota keluarga yang datang tiba-tiba tanpa mengetuk pintu dulu. Meskipun Gun dan Off telah pulang ke rumah Off, mereka tetap gagal melakukannya. Off mendapatkan misi berhari-hari, kadang jika dia sudah pulang Gun telah mengantuk. Bagaimana dia bisa memproses pesanan cicit sesegera mungkin? Off jauh lebih tidak sabar melakukannya.
"Off ingin meminta cuti selama satu minggu jika begitu."
Gun dan kakek menoleh serempak memberi antensi padanya. Tanpa ragu dia akan mengutarakan keinginannya.
"Untuk berbulan madu?"
"Tentu. Aku tidak ingin ada yang menggangguku dan Gun jika kakek menginginkan cicit lebih cepat. Aku tidak ingin diberi misi dan jangan dihubungi. Benar-benar hanya aku dan Gun. Tapi jika kakek tidak ingin cepat-cepat, aku dan Gun pun akan bersantai."
"Baiklah, kalian ingin dimana? Besok kalian bisa langsung pergi ke tempat tujuan."
"Aku sudah punya rencanaku sendiri kek."
Gun diam. Mencerna semua obrolan yang terlontar dari kakek dan cucunya ini. Off tidak pernah membicarakan bulan madu dengannya karena memang dia dan Off tidak akan menyangka akan melaksanakan pernikahan. Lalu kenapa suaminya ini sudah mempunyai rencana bulan madu?
"Dimana cucuku? Kakek akan mengabulkan semua permintaanmu sebagai hadiah pernikahan."
"Aku ingin berlibur di Krabbi dengan Gun. Kami akan berbulan madu di atas yatch. Tanpa pendampingan siapapun. Di tengah laut."
Gun berbinar mendengar rencana Off. Sejauh mana dia mengenali Gun sebenarnya? Pantai dan yatch perpaduan hidup mewah yang paling Gun senangi. Selama menjadi aktor, hampir delapan puluh persen liburannya dihabiskan di pantai ataupun bersantai di atas yatch sewaan dan Krabbi tempat paling Gun sukai.
Tapi berbeda dengan Gun yang berbinar, kakek Off terdiam dengan wajah datar. Terlalu beresiko menurut kakek Off. Tanpa pengawal untuk seorang calon penerus kepala keluarga itu sangat rawan walaupun kemampuan Off tidak diragukan lagi. Paling ditakutkan jika terjadi penyerangan tiba-tiba.
"Tidak bisa jika tidak ada tukang pukul. Kakek tidak akan mengijinkanmu pergi."
"Kenapa tidak bisa? Lagipula siapa yang akan menyerang di tengah laut?"
Justru di lautlah yang paling menakutkan. Tidak ada yang tahu seluas apa lautan dan tak ada yang berhasil mengetahui dasarnya. Hanya dua orang seperti Off dan Gun bukankah itu hal kecil untuk dilenyapkan? Apalagi untuk kehidupan mereka yang tak asing dengan kriminal.
"Jangan jadi anak egois Off Jumpol Adulkittiporn. Ada nyawa orang tercinta yang sedang kau jaga di sana nanti. Bukan hanya dirimu saja. Kau penerus Adulkittiporn dan Gun pun calon yang akan melahirkan penerusmu. Kau kira sulit untuk menghabisi dua orang seperti kalian? Kau harus ingat, orang orang yang berada disini pun punya otak sama seperti dirimu. Mereka tunduk bukan berati tidak punya pikirannya sendiri. Seperti hari ini, kau berpikir akan bertunangan, tapi kakek punya pikiran yang berbeda yaitu kalian lebih baik menikah."
"Apalagi Gun. Kau tahu sendiri bagaimana cara orang-orang sekeliling kita melihatnya. Kakek rasa kau lebih memahami hal ini. Gun bukan dari kalangan kita. Harusnya kau lebih memberi penjagaan ekstra untuknya."
Semua yang kakek benar. Off terdiam sejenak dan melihat ke arah Gun yang menanti jawaban.
"Baik, ada beberapa tukang pukul yang boleh mendampingi. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Radius 25 meter dari yatch. Deal, kek?"
"Deal. Tapi kenapa kau sangat tidak ingin ada orang mendekat?"
"Dia selalu gagal membobolnya, Kek." Baifern menyahut dari tempat duduknya.
"KARENA KAU DAN ANJING SIALAN ITU MENGGANGGUNYA." Geram Off.
-tbc-
💚💚💚Nb :
Maaf ya rekan babii...
Untuk selanjutnya aku tidak janji akan sering update. Tapi masih diusahakan. Karena lagi dapet musibah. Mohon doanya ya semoga aku bisa melewatinya. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL
FanfictionEntah ini sebuah keberuntungan ataukah kesialan saat Gun yang seorang aktor papan atas Thailand dengan bayaran termahal harus terjebak dengan drama kehidupan seorang mafia bernama Off Jumpol. Laki-laki itu membayarnya dengan nominal yang bahkan Gun...