42

1K 90 12
                                    

"Kami butuh suami atau wali untuk tanda tangan surat persetujuan melakukan tindakan operasi. Baik, siapa di sini yang merupakan suami dari Khun Gun Atthaphan?"

"KENAPA KAU HARUS MEMBUANG WAKTU? JIKA HARUS OPERASI, OPERASI SAJA. KAU TIDAK LIHAT SUAMIKU SUDAH KEHILANGAN BANYAK DARAH?"

Off sudah kehilangan kesabaran. Tangannya mengepal ingin menghujami perawat dengan tinju karena di mata Off semua terlihat begitu lambat. Tay langsung menghalau Off, menahan sahabatnya itu agar tidak semakin mendekat pada posisi tempat perawat itu berdiri. Baifern pun yang akhirnya mendatangi menggantikan sang kembaran.

"Saya adik iparnya. Apakah saya boleh menjadi walinya. Seperti yang anda lihat, kembaran saya sedang tidak bisa diajak kooperatif saat ini."

"Tentu khun. Surat ini berisi ketersediaan keluarga pasien menanggung segala resiko terburuk sekalipun apabila dilakukan tindakan operasi, termasuk jika pasien kehilangan nyawa."

Bahu New menurun lemas, mendengar percakapan Baifern dengan perawat membuat dirinya hanya bisa pasrah. Begitu pula dengan Off yang awalnya hanya bisa memberontak, kini semua jaringan ototnya seakan mati. Kakinya tak lagi mampu untuk berdiri. Off terduduk di lantai. Tidak ada yang bisa dia pikirkan sekarang, kosong.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien. Tapi jika menyangkut hal itu, hanya Tuhan yang menentukan. Pasien kehilangan banyak darah. Dokter juga meminta saya untuk menanyakan hal ini pada keluarga pasien. Siapa yang anda pilih untuk dipertahankan?"

Kepala Off reflek menengadah. Menatap lurus ke arah perawat. Lantas dia berdiri. Mengambil bolpoin dari tangan Baifern dan langsung menandatangani berkas itu.

"Aku memilih suamiku. Apapun yang terjadi, aku tetap memilih suamiku."

Tay, New, dan Baifern terdiam. Tidak ada yang berani membantah dengan pilihan Off, meskipun berat jika membayangkan dua bayi mereka. New beranjak pergi karena tak bisa lagi menahan tangis didampingi Tay yang menenangkan. Baifern pun cuma tertunduk lesu. Dia tahu Off telah mantap dengan keputusannya bisa dilihat dari nada suara Off yang begitu yakin.

Suara detik jam mengisi keheningan malam. Semua terjaga begitu pula Off dan Baifern. Suasana tenang tapi dengan pikiran yang berantakan. Hingga suara Baifern membuka percakapan di antara mereka.

"Kau yakin sekali memilih Gun? Kenapa kau tidak memilih dua bayimu. Gun mungkin saja akan memilih mereka, Off. Bagaimana jika ternyata Gun sangat menginginkan mereka lahir meskipun dia harus kehilangan nyawanya? Bukankah kau akan diliputi rasa bersalah."

Keheningan kembali menjalar di sekitar mereka. Dinginnya lorong rumah sakit semakin membuat keadaan terasa mencekik. Off masih terdiam. Matanya masih fokus dengan kotak-kotak lantai, belum memberi jawaban. Tarikan napas dalam dengan embusan napas berat menjatuhkan air matanya kembali. Setetes demi setetes membasahi keramik putih. Otaknya kembali memutar semua kenangannya bersama Gun sejak awal sampai di waktu sekarang.

"Dua puteraku atau aku, itu pilihannya, Fern. Karena jika Gun tidak lagi ada, maka aku pun sama."

Jawaban Off yang cukup jelas itu memutus obrolan di antara mereka lagi. Semua kembali sibuk dengan pikiran masing-masing sampai suara tangisan bayi terdengar dari dalam ruang operasi. Seluruh antensi teralih. Off bangkit dari kursinya menghampiri pintu untuk mengintip ke arah dalam. Beberapa perawat tampak sibuk berlalu lalang membawa salah seorang bayi.

"Dok bayinya tidak menangis."

"Buat dia menangis. Beri stimulus."

Ruang operasi kembali diliputi dengan rasa panik. Salah seorang perawat langsung membalik tubuh mungil di gendongannya, mengusap punggung dengan cepat. Tidak mendapat respon, bayi pun kembali di hadapankan terlentang. Ibu jari terlihat menekan perlahan tubuh mungil itu untuk memacu jantung. Bersamaan dengan itu napas Off tercekat. Jantungnya pun terasa berhenti. Off tidak bisa melihat kejadian di depan matanya itu. Tidak terbayang olehnya apa yang di rasakan oleh puteranya saat ini. Dadanya saja hanya bisa ditekan oleh ibu jari. Begitu rapuh. Namun tidak ada yang bisa Off lakukan sekarang selain menyaksikan perjuangan semua orang di dalam ruang operasi hanya untuk menyelamatkan bayi kembarnya.

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang