6

1.3K 105 11
                                    

🔞🔞🔞
⚠️️Tidak untuk Babii di bawah umur⚠️

Sekali gerakan Win langsung membuka pintu kamar kakaknya. Terlihat dua lelaki yang tengah tertidur pulas saling berpelukan tanpa sehelai benang. Sebuah teriakan menggema memenuhi sudut sudut ruangan. Gun terperanjat kaget. Tangannya reflek menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya yang telanjang.

Baifern dengan wajah kusutnya membuka pintu kamarnya yang terletak tidak jauh dari kamar Off. Wajahnya kesal mendengar suara melengking adik bungsunya di pagi hari. Mulutnya siap memaki tapi melihat Win yang malah menutup wajahnya malah membuatnya penasaran sebenarnya apa yang terjadi di kamar kembarannya.

Gun semakin panik saat mendapati Baifern yang ikut datang di depan pintu kamar. Tangannya sibuk menggoyangkan tubuh Off yang ternyata masih sibuk tidur. Batinnya sudah mengeluarkan sumpah serapah pada kekasih palsunya itu. Bisa-bisanya dia tida terganggu dengan suara teriakan adik laki-lakinya. Jika begini Gun yakin kalau ada penyerangan tiba-tiba mungkin Off yang mati duluan karena tidak mendengar suara tembakan.

"Sepertinya dia tidak akan olahraga di pagi hari lagi, Win. Kurasa jadwal olahraganya berubah jadi malam hari."

"Bisakah kau tutup mulutmu itu Win? Kau kira ini jam berapa? Lagipula kemana tanganmu sampai tidak mengetuk pintu dulu?"

"Phi, aku lupa kalau ada kakak ipar di dalam. Jadi aku masuk seperti biasa. Maafkan Win."

"Sejak kapan Off Jumpol Adulkittiporn peduli privasi?" Baifern masih berusaha mengejek kembarannya.

"P'Gun, maafkan Win."

Gun yang sudah bergelung dalam selimut karena malu hanya mengangguk dari dalam. Rasanya Gun ingin tenggelam ke perut bumi, dia tidak punya wajah lagi di depan dua saudara Off.

"Hai Gun, tidak usah malu. Aku maklum hal seperti ini terjadi pada kalian. Lagipula kalian sepasang kekasih bukan? Win saja yang ceroboh. Maafkan adik bungsuku. Oh iya, bolehkah aku membawa anjing kecil ini. Namamu siapa?" Bibii sudah sedari tadi berdiri berhadapan dengan Baifern tampak patuh duduk dengan manis. Tidak seperti saat dirinya pertama kali bertemu dengan Off.

"Bawa saja anjing itu dari sini. Namanya Bibii."

Gun kembali hanya mengangguk dari balik selimut tidak berani memunculkan wajah.

"Pergilah kalian. Mengganggu waktu pagiku dan Gun. Kita baru bisa tidur pukul tiga pagi. Jadi pergilah. Aku dan Gun akan melanjutkan tidur. Jangan ganggu sampai pukul sepuluh pagi. Katakan pada Tay juga kalau Gun belum bisa latihan hari ini."

"Kau mengusir kami, karena ada yang belum tuntas semalam? Jadi baiklah dengan kemurahan hatiku, kami akan pergi."

Win menoleh pada Baifern dengan wajah yang masih merasa bersalah. Takut kakaknya itu akan terus marah padanya. Apalagi Off sampai membatalkan jadwal latihan menembak hari ini. Padahal Win datang ingin memberi tahunya bahwa senjata yang mereka pesan bulan lalu telah tiba. Namun melihat suasana pagi ini yang buruk karenanya, Win mengurungkan niat untuk mengutarakan maksud kedatangannya ini.

"Win. Adik kecilku yang malang. Tidak apa. Gun tidak marah padamu. Dia tidak berlatih menembak pagi ini karena dia kesulitan berjalan." Baifern mengusap lembut pipi adik bungsunya berusaha menenangkan Win bibirnya mengerucut sedih.

"Kenapa P'Gun tidak bisa berjalan? Apa kakinya tekilir, Phi?"

"Tidak, adik kecilku."

"Lalu kenapa Phi?"

"Gun kelelahan karena berolahraga malam dengan Off."

Off bangkit. Tangannya siap melempar bantal. Namun kalah cepat dari Baifern yang sudah menutup pintu kamar lebih dulu.

BLACK PEARLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang