Zino merebahkan tubuhnya dan memandangi langit-langit kamar asramanya. Pikirannya menerawang kembali perkataan Joshua tadi soal anggota 10 keluarga besar.
Selama ini, Zino tidak tahu kenapa keluarga Joshua memilih untuk tinggal di kota kecil seperti Celestine. Dia hanya tahu kalau orang tua Joshua menyukai kota Celestine dan bagaimana para penduduknya sangat ramah terhadap satu sama lain.
' Jadi Paman dan Bibi seperti diusir, begitu? Karena memihak orang tuaku' batinnya.
Zino masih tidak memiliki petunjuk kenapa orang tuanya harus dihilangkan dari dunia. Apakah mereka berbuat salah? Ataukah ada sesuatu yang dilanggar?
Ceklek.
Perhatian Zino teralihkan saat pintu terbuka. Sean masuk dan mendudukkan dirinya di sofa yang ada di dalam tiap kamar. Laki-laki itu mulai mengeluarkan buku catatannya dan mempelajari kembali materi tadi.
" Sean, aku ingin bertanya"
Sean menghela napas, begitu mendengar suara Zino. Padahal dia baru saja ingin belajar, tapi sepertinya jika tidak disahuti Zino akan terus mengganggunya.
" Apa?"
" Kau kan dari keluarga Miller. Seandainya kau tidak suka dengan seseorang, apakah kau akan membunuhnya?"
Sean yang tadinya tidak ingin terlalu meladeni pertanyaan Zino, langsung berbalik dan menatap Zino yang duduk di pinggir kasur milik Marvel.
" Apa maksudmu? Kau pikir aku pembunuh?" tanya Sean, merasa tersinggung.
" Bu-bukan begitu. Maksudku, kau kan dari keluarga kelas atas. Apakah kau akan melakukan apapun kalau kau tidak menyukai seseorang? Seperti membunuh misalkan" tanya Zino gugup.
Zino memperhatikan Sean yang langsung diam begitu pertanyaan itu diajukan untuk kedua kalinya. Zino langsung merasa tidak enak, karena sebenarnya topik ini tidak benar-benar berhubungan dengan Sean.
" Kalau-"
" Mungkin keluargaku begitu. Kalau aku..... Entahlah. Aku tidak memiliki pikiran untuk membunuh seseorang, hanya karena aku tidak menyukainya"
Kali ini Zino yang terdiam.
Secara tidak langsung, Sean mengatakan kalau keluarganya bisa saja melakukan itu karena mereka keluarga kelas atas. Jadi bisa saja orang tua Zino dibunuh karena sesuatu hal yang belum bisa dia ketahui.
" Ada apa kau bertanya begitu?" tanya Sean curiga.
" Eh? Tidak, tidak. Aku hanya penasaran saja" sahut Zino panik.
Keduanya pun langsung menyibukkan diri mereka sendiri, tanpa mengetahui kalau masing-masing masih memikirkan percakapan mereka tadi.
***
" Aku merasa tidak asing saat melihatnya"
Justin, laki-laki yang dikenal sebagai mantan aktor cilik itu mengangkat kepalanya dan menatap temannya yang kini tengah makan siang bersamanya. Perkataan itu sudah dikatakan sejak kelas pertama mereka dimulai.
Hanya karena temannya itu melihat laki-laki yang bernama Zino Cooper.
" Mungkin kau pernah berpapasan dengannya," sahut Justin.
" Tidak. Ini bukan seperti aku pernah berpapasan dan merasa familiar. Tapi aku seperti pernah bertemu langsung, walaupun mungkin itu saat aku masih kecil"
Justin menghela napas. Temannya itu memang memiliki ingatan yang kuat, tapi terkadang membuat Justin juga kesulitan karena temannya itu harus tahu alasan kenapa wajah Zino sangat familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fighter
FanfictionNegara Fortissi, negara baru yang terbentuk setelah meteor superpower menghantam bumi. Negara damai yang banyak dijadikan tempat wisata bagi turis asing. Namun, siapa yang sangka jika dibalik keindahan dan kedamaian di negara itu, tersimpan sebuah r...