Chapter 8 : Point of View

222 23 1
                                    

Sejujurnya, Zino sudah merasakannya sejak awal. Saat dia bergabung dengan tim 17, seluruh pasang mata menjadi sangat memperhatikannya entah karena apa. Bahkan bisik-bisik selalu menyertai saat dirinya lewat entah di koridor menuju kelasnya, maupun menuju kamarnya.

Apakah karena mayoritas rekan setimnya anggota 10 keluarga besar?

Ataukah karena dia sedikit aneh?

Atau karena namanya tidak ada tadi?

" Hei, makan makananmu" tegur Joshua.

Zino mengangguk dan mulai memakan makanannya. Namun pikirannya terus memikirkan alasan orang-orang memperhatikannya sejak tadi. Apakah dia memang seaneh itu?

" Kak Zino! Kami gabung ya"

Zino lagi-lagi hanya bisa tersenyum tidak enak pada Joshua saat Dylan dan David bergabung dengan mereka. Tentu saja Joshua tidak menyukai keberadaan mereka, namun tidak menunjukkannya sama sekali.

" Kak Zino jadi populer ya" celetuk Dylan, membuka obrolan karena meja mereka sangatlah sepi dan canggung.

" Iya, aku juga tidak tahu karena apa" sahut Zino.

" Itu karena kau seperti bercahaya. Kulitmu kok bisa putih sekali? Lalu, rambutnya juga pirang" ucap David, menjawab keheranan Zino sejak tadi.

Oh, jadi karena itu.

Zino pikir apa yang aneh darinya, ternyata karena penampilannya. Sejujurnya, beberapa orang kerabat keluarga Joshua juga mengatakan hal serupa. Dia seperti bercahaya, walaupun mungkin itu karena kulitnya dan rambutnya.

" Iya, Kak David sampai bilang kalau Kak Zino seperti malaik-" mulut Dylan sudah dibekap duluan oleh David, walaupun Zino bisa menebak kata apa yang ingin diucapkan oleh Dylan.

Sejujurnya, Zino baik-baik saja bersama David dan Dylan. Dia merasa kalau kakak beradik ini sangatlah baik, entah itu palsu atau tidak. Tapi terkadang, dia merasa tidak enak pada Joshua yang jelas-jelas tidak menyukai para anggota 10 keluarga besar.

Ah, Zino ingin Joshua juga berteman dengan mereka.

***

" Kenapa kau menanyakan itu padaku? Aku tidak bilang aku benci mereka kan?" tanya Joshua.

Keduanya tengah melangkah menuju perpustakaan kala Zino bertanya perihal David dan Dylan pada Joshua. Dia hanya ingin merubah pola pikir Joshua perihal anggota 10 keluarga besar.

" Iya sih, tapi kau selalu diam tiap kali Dylan makan bersama kita. Kupikir kau tidak menyukainya" ucap Zino.

" Yah, bukannya aku membencinya kan? Aku hanya tidak suka saja. Apapun itu yang berhubungan dengan 10 keluarga besar, aku tidak menyukainya" sahut Joshua.

Keduanya memasuki perpustakaan dan langsung menuju meja penjaga perpustakaan. Mereka ingin meminjam satu ruangan diskusi untuk mereka berdua, agar tidak ada yang mengganggu mereka.

Di Fortisse Academy, mereka memiliki beberapa ruangan yang bisa dijadikan tempat diskusi yang kedap suara. Hal ini bertujuan supaya murid-muridnya bisa fokus pada hal yang mereka bicarakan, tanpa takut berbicara keras yang biasanya dilarang di perpustakaan.

" Berarti kau membenci mereka kan? Anggota 10 keluarga besar," tanya Zino lagi, memastikan.

Joshua menghela napasnya," bukan benci. Hanya tidak menyukai mereka. Aku tidak akan bersikap kekanak-kanakan hanya karena teman setim kita dan teman sekamarmu adalah anggota 10 keluarga besar," ucapnya.

Zino mengangguk saja. Dia sebenarnya yakin Joshua tetap tidak menyukai mereka dan malas berurusan dengan mereka. Tapi demi ketenangan Zino yang sejak tadi mengusiknya dengan pertanyaan yang sama, itu adalah jawaban yang paling tepat.

The FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang