Suasana hening menyelimuti kamar Sean. Baik Joshua maupun Robert sama-sama saling bertatapan dengan tajam, tanpa mengeluarkan suara sama sekali.
Robert memperhatikan Joshua yang tampaknya tidak asing baginya. Lalu tatapannya teralihkan pada Zino yang hanya diam di belakang Joshua dan Sean. Seketika, dia terkejut kala dia menyadari jika wajah Zino mirip seseorang.
" Apa marga kalian?" tanya Robert.
" Untuk apa kau tahu? Ingin menyerang keluargaku?" tanya Joshua tanpa takut.
" Katakan saja, atau-"
" Atau apa? Asal kau tahu, aku tidak takut padamu sama sekali. Berani kau menyentuh keluargaku, maka kau akan kuhabisi," potong Joshua.
Zino, Sean, dan David, sama-sama terkejut mendengar ucapan Joshua. Seumur hidup mereka, baru kali ini mereka melihat seseorang berkata seperti itu pada Seorang Robert Miller. Bahkan berani memotong perkataannya.
" Hei, kau sudah gila ya? Aku tahu kau membenci mereka, tapi jangan asal bicara seperti itu," bisik Zino.
Joshua tidak menghiraukan bisikan Zino padanya. Bahkan tatapan terkejut Sean dan David pun dia abaikan. Dia serius soal perkataannya tentang dia tidak takut pada Robert Miller.
" Sean, kurasa kau harus mencari teman lain yang bisa diajak ke pesta. Karena Ayahmu itu tidak suka jika temanku ini ikut denganmu," ucap Joshua.
" Ayo, kita pulang saja. David, kita bertemu langsung di gedungnya saja,"
Zino terkejut kala Joshua menarik tangannya begitu saja. Dia menatap Sean yang hanya diam, namun dia tahu Sean setuju untuk membiarkannya pergi bersama Joshua. Sean tidak mungkin terus menahan Zino dan membuatnya terlibat dengan Ayahnya lebih dalam lagi.
" Joshua, aku sudah janji dengan Sean. Jadi-"
" Ini berbahaya! Kau sudah janji padaku untuk tidak melakukan hal yang berbahaya disini. Aku setuju membantumu mencari tahu, tapi tidak sampai berurusan langsung dengan Robert Miller," sentak Joshua.
Joshua tahu Zino kuat. Dia tahu Zino bisa melindungi dirinya sendiri. Tapi masalahnya adalah mereka tidak tahu siapa saja yang terlibat dan mengincar Zino. Dia belum tahu apakah Robert Miller termasuk atau tidak. Dia juga tidak tahu apakah Sean adalah pion untuk mengawasi Zino dan dirinya atau tidak.
" Aku akan memperbolehkanmu melakukan apapun, selain langsung berurusan dengan Robert Miller. Kau tahu dia jahat kan? Mau kau bilang Sean baik pun, bukan berarti Ayahnya itu sama dengannya," ucap Joshua.
Zino paham maksud Joshua. Dia juga tidak ingin menjerumuskan dirinya dalam bahaya yang ada di depan matanya. Tapi dia tidak bisa membiarkan Sean berada di lingkaran berbahaya itu sendirian.
" Tapi aku tidak bisa membiarkan Sean disana sendirian. Setidaknya, biarkan aku mencoba meyakinkan Ayahnya Sean supaya aku bisa tetap berteman dengan Sean dan-" ucapan Zino terhenti kala mereka melihat Sean melangkah keluar bersama David.
" Sean, tadi-"
" Maafkan aku soal tadi. Ayahku tadi hanya asal bicara saja. Zino, kita jadi kan ke pestanya?" ucap Sean.
Zino tampak senang dan langsung mengangguk, berbeda dengan Joshua yang mengerutkan dahinya bingung dan curiga. Siapapun yang melihat pasti akan mengira jika Joshua tidak suka pada pertemanan mereka. Tapi kenyataannya, Joshua hanya curiga pada keputusan tiba-tiba Robert Miller yang memperbolehkan Sean berteman dengan Zino.
" Apa yang kau katakan pada Ayahmu sampai dia memperbolehkanmu berteman dengan Zino?" tanya Joshua.
" Aku tidak bilang apa-apa. Ayahku tiba-tiba memperbolehkanku pergi dengan Zino," ucap Sean.
" Aku saksinya, kau bisa percaya padaku," tambah David.
Zino tidak peduli apapun alasan Robert Miller, yang penting dia bisa ke pesta malam ini dengan Sean. Karena entah mengapa, dia memiliki firasat buruk soal pesta itu.
Berbeda dengan Zino, Joshua masih curiga atas alasan yang dimiliki Ayah dari Sean Miller itu. Seperti ada sesuatu yang sengaja tidak dikatakan pada Sean yang adalah alasan sebenarnya kenapa Zino diperbolehkan berteman dengan Sean.
' Pasti ada sesuatu. Tapi apa?'
***
Zino menatap kagum pada gedung besar milik keluarga Rovergart, tempat diadakannya pesta ulang tahun sang Putri. Dari luar saja, Zino sudah melihat kemewahan dari dekorasinya.
" Kita menunggu William dan Joshua kan?" tanya Zino.
" Iya. Sebentar lagi William sampai, aku tidak tahu kalau Joshua," ucap Sean.
" Joshua bilang dia juga akan sampai. Mungkin seben- ah! Itu Joshua dan David," ucap Zino seraya menunjuk dua sosok laki-laki dengan setelan jas hitam mereka.
" Malam, Zino, Sean. Kalian masih menunggu siapa lagi?" tanya David.
" Kami menunggu William. Katanya dia sebentar lagi sampai," ucap Zino.
Tidak lama, William benar-benar datang bersama seorang perempuan yang Zino bisa bilang cantik. Tapi sepertinya, Zino harus tarik kembali pemikirannya saat melihat bagaimana sifat perempuan itu.
" William~ ayo kita masuk, disini dingin," ucap perempuan itu manja.
William menghela napas lalu mengangguk. Mereka pun masuk, dengan perempuan itu melingkarkan tangannya di lengan William erat. Tentu saja itu membuat Zino penasaran tentang hubungan keduanya.
" Siapa dia?" tanya Zino pada Sean.
Sean melirik Zino," orang yang dijodohkan dengan William," ucapnya.
Zino sedikit terkejut saat tahu William mengajak calon tunangannya itu untuk pergi ke pesta ulang tahun sang Putri dari keluarga Rovergart. Itu berarti, semua orang akan tahu soal hubungan mereka.
" William menyukainya?" tanya Zino lagi, penasaran.
" Kau terlalu penasaran ya," celetuk Joshua yang berada di kanan Zino.
" Ya maaf, aku hanya ingin tahu saja apa-"
" Tidak. William tidak pernah menyukai perempuan itu,"
Tbc.
Aku update lagi.
Ujianku udah selesai dan waktunya balik ke aktivitas rutin. Aku akan coba update seminggu sekali, atau paling lambat dua minggu sekali.
Sekali lagi, aku mau berterima kasih sama semua pembaca yang sempetin waktu kalian buat baca karyaku.
Sampai ketemu di chapter berikutnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fighter
Fiksi PenggemarNegara Fortissi, negara baru yang terbentuk setelah meteor superpower menghantam bumi. Negara damai yang banyak dijadikan tempat wisata bagi turis asing. Namun, siapa yang sangka jika dibalik keindahan dan kedamaian di negara itu, tersimpan sebuah r...