Kabar soal penyerangan yang terjadi pada tim 17 saat sedang melaksanakan misi, langsung menyebar begitu mereka sampai di Fortisse Academy. Bahkan ada beberapa murid yang terang-terangan bertanya soal kejadian itu.
Zino yang memang tidak populer, tentu saja tidak ditanya. Jadi dia bisa langsung ke kamarnya tanpa perlu dicegat oleh orang-orang hanya untuk dimintai keterangan perihal kejadian di Desa Goldie.
" Ah, lelahnya. Memang kasur sendiri itu yang terbaik," ujarnya begitu menghempaskan tubuhnya keatas ranjang yang sebenarnya milik Sean.
Suasana kamar mereka sangat sepi karena Zino sendirian disana. Yang lainnya masih sibuk entah apa di luar sana dan Joshua katanya ingin merapikan barangnya dulu baru ke kamar Zino.
Perhatian Zino teralihkan pada kubus berwarna biru muda yang ada di pojok ranjang milik Sean. Sesuai persetujuan yang lainnya, kubus itu disimpan oleh Sean agar lebih aman.
Zino mengambilnya dan memperhatikan kubus itu. Itu benar-benar mirip dengan liontinnya jika dibuat menjadi kecil. Tapi kenapa ada nama-nama beberapa keluarga besar?
" Apa yang kau lakukan di kasurku?"
Zino terkejut dan segera berbalik. Dia mendapati Sean berdiri di dekat pintu yang baru saja dia tutup. Tanpa sadar dia menghela napas karena dia pikir tadi dia ketahuan oleh guru atau orang lain.
" Kau mengejutkanku. Aku hanya melihat kubus ini tadi," ucap Zino.
Sean juga ikut duduk dan ikutan melihat kubus itu. Sebenarnya beberapa hari sejak mereka menemukan kubus itu, Sean terus mencari tahu milik siapa kubus itu dan apa kegunaannya. Tapi hingga kini dia tidak juga mengetahui apapun tentang kubus itu.
" Sean,"
" Hm?"
" Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi tolong rahasiakan ini dari siapapun. Hanya Joshua yang tahu soal ini,"
Sean menatap Zino yang menatapnya dengan tatapan penuh kepercayaan. Melihat itu, tentu saja Sean penasaran apa yang ingin dikatakan Zino padanya.
" Aku janji, katakan saja," ucap Sean.
" Kubus ini..... Mirip dengan liontin yang diberikan Ibuku dulu," ucap Zino seraya mengeluarkan kalung yang selama ini dia pakai.
Sean memperhatikan liontin milik Zino dan kubus itu secara bergantian. Jika dilihat-lihat, memang keduanya mirip dan hanya berbeda di ukuran saja. Di liontin milik Zino juga tidak ada nama-nama keluarga besar.
" Iya..... Memang mirip. Tapi ini bisa saja hanya kebetulan," ucap Sean.
Zino mengangguk," iya bisa saja. Tapi kenapa bisa se-kebetulan ini? Kubus itu ada disini dan aku menempati tempat ini juga," tanyanya.
Sean mengendikkan bahunya, pertanda dirinya tidak tahu. Kemudian, keduanya sama-sama menoleh begitu pintu kamar terbuka. Disana, berdiri Joshua bersama David dan Dylan yang tampaknya kebetulan juga ingin masuk.
" Sedang apa kalian?" tanya Joshua saat mendapati Zino bersama Sean duduk diatas kasur.
" Membicarakan kubus yang waktu itu. Tapi tidak penting, ayo kau katanya ingin menemaniku ke kafetaria,"
***
Kegiatan pembelajaran kembali seperti biasa saat tim 17 sudah menyelesaikan misi mereka. Hari ini, mereka kembali mempelajari soal ramuan bersama Mr. Yohanes. Ramuan kali ini adalah ramuan untuk melumpuhkan musuh.
" Ah, Milo. Kau salah memasukkan bahan," ucap Zino sembari mengambil bahan yang hampir saja dimasukkan Milo, salah satu anggota kelompoknya.
Milo yang pada dasarnya terlihat pendiam dan sangat tertutup langsung menundukkan kepalanya sembari meminta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fighter
FanfictionNegara Fortissi, negara baru yang terbentuk setelah meteor superpower menghantam bumi. Negara damai yang banyak dijadikan tempat wisata bagi turis asing. Namun, siapa yang sangka jika dibalik keindahan dan kedamaian di negara itu, tersimpan sebuah r...