Zino mencoba untuk tidak menunjukkan rasa irinya saat melihat Joshua berpelukan dengan kedua orang tuanya. Walaupun tadi dia sempat berpelukan dengan sepasang suami istri yang merupakan orang tua Joshua itu, tapi rasanya pasti akan berbeda bila yang memeluknya adalah orang tua kandungnya.
" Kalian jaga diri ya. Berhati-hatilah disana dan jangan membuat masalah. Joshua, ingat pesan Ayah. Jangan-"
" Berurusan dengan 10 keluarga besar. Aku akan mengingatnya," sambung Joshua, tanpa memperdulikan raut kesal sang Ayah, Serge.
" Zino, jaga Joshua ya. Dia-"
" Justru aku yang menjaga Zino. Dia kan ceroboh dan sering melakukan suatu tanpa memikirkan resikonya," lagi-lagi, Joshua memotong kalimat sang Ayah.
" Kau tidak suka Ayah bicara ya?" tanya Serge kesal.
Zino hanya tertawa melihat obrolan hangat keluarga itu. Tidak lama, pemberitahuan keberangkatan pesawat mereka terdengar. Walaupun Joshua bisa menggunakan teleportasi untuk mengirim mereka ke Fortisse Academy, tapi itu membutuhkan banyak tenaga. Dan Zino tidak mau Joshua membuang tenaganya hanya karena ingin cepat sampai.
" Kami berangkat dulu. Paman, Bibi, terima kasih sudah mengantar kami. Sebisa mungkin kami akan sering pulang kesini" ucap Zino.
" Tentu saja, Zino. Kau juga anak kami, jadi kau juga harus pulang ya" ucap Anna.
Zino tersenyum dan kemudian berbalik dan berjalan menuju pesawat mereka. Perjalanan dari kota Celestine ke kota Serenity, kota dimana Fortisse Academy berada, membutuhkan waktu 5 jam.
" Tommy dan Sera tidak berangkat bersama kita?" tanya Zino, mempertanyakan kedua sepupu dekatnya Joshua yang juga masuk Fortisse Academy.
" Mereka sudah duluan minggu lalu. Tommy katanya ingin melihat-lihat, jadi Sera ikut sekalian," sahut Joshua.
Zino mengangguk saja. Setelah ini, dia akan tidur hingga mereka sampai di kota Serenity. Sementara Joshua mungkin akan membaca-baca berbagai macam hal mengenai Fortisse Academy, sebelum mereka sampai disana.
***
" Aahhh, Vincent kau datang menjemputku ya,"
Vincent berpelukan dengan Stefan yang baru datang lengkap dengan koper miliknya. Dia dan sepupunya sudah datang sejak kemarin dan kini mereka ikut hanya untuk menyambut kedatangan Stefan di depan gerbang Fortisse Academy.
" Tentu saja. Bahkan aku membawa pasukan keluarga Miller bersamaku," kekehnya.
Stefan bisa melihat Erland yang kini juga ikut memeluknya. Lalu ada Smith yang hanya menyapanya dengan canggung. Yang terakhir, ada Sean yang hanya menyapa saja.
" Kau tidak perlu membawa semuanya! Kenapa juga kau mengajak mereka?" bisik Stefan.
" Jangan salah sangka. Kami kesini juga untuk bertemu keluarga Rodriguez yang sebentar lagi sampai," ucap Vincent.
Dan benar saja. Tidak lama dari datangnya Stefan, mobil mewah dengan lambang mahkota emas kebanggaan keluarga Rodriguez berhenti di depan gerbang Fortisse Academy. Dari dalam mobil, keluar William dan Jayden.
" Halo semuanya. Terima kasih karena menyambut kami," ucap William dengan kaku.
Stefan menahan tawanya karena mendengar ucapan William. Sementara Vincent sudah menyapa balik William, setelah memukul lengan Stefan agar berhenti menahan tawa.
" Ayo, kami akan menunjukkan kamar kalian," ajak Erland.
Fortisse Academy menggunakan sistem asrama yang dibagi menjadi asrama laki-laki dan perempuan. Tiap gedung memiliki 200 kamar lebih dengan 3 sampai 4 orang tiap kamarnya. Tentu saja teman sekamarnya diacak, walaupun tetap dengan teman satu semester yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fighter
FanficNegara Fortissi, negara baru yang terbentuk setelah meteor superpower menghantam bumi. Negara damai yang banyak dijadikan tempat wisata bagi turis asing. Namun, siapa yang sangka jika dibalik keindahan dan kedamaian di negara itu, tersimpan sebuah r...