Marvel tidak bisa menjelaskan seberapa canggungnya situasi ini bagi dirinya. Padahal dia hanya duduk dan mengamati peta di ponselnya. Tentu saja tidak ada yang salah dengan itu.
Yang menjadi masalah adalah, dia duduk diantara dua orang yang pendiam dan memiliki aura menakutkan. Bahkan Marvel merasa seperti akan mati di tempat saking heningnya keadaan di sekitarnya.
" Marvel, apakah tempatnya cukup jauh?"
Marvel cukup terkejut saat laki-laki yang menggunakan kacamata itu, William, mengajaknya mengobrol duluan. Padahal dia sudah berpikir akan menghabiskan waktunya menunggu anggota yang lainnya sembari menikmati keheningan diantara mereka.
" Uhm..... Kurasa iya. Tapi kita bisa tidur di bus, karena ada supir yang akan mengantar kita," ucap Marvel.
" Kenapa tidak menggunakan mobil saja? Kita bisa leluasa pergi kemanapun untuk mencari tanaman itu," tanya Sean, tiba-tiba ikut dalam obrolan.
" Eh? Maafkan aku, aku tidak terpikirkan hal itu. Mau diganti saja?" tanya Marvel panik.
Sean menatap Marvel dengan pandangan heran, lalu menggeleng. Lagipula belum tentu mereka semua bisa mengendarai mobil, yang ada malah repot nantinya.
" Pagi semuanya," sapa Dylan yang baru saja datang bersama David, Zidan, Joshua, dan Zino.
" Pagi, belum semua yang datang. Dylan, ayo kita cek lagi bus dan perlengkapan lainnya," ajak Marvel.
" Ayo, Kak. Kak David, aku titip tas ya" ucap Dylan, sebelum melenggang pergi bersama Marvel.
" Dylan hebat ya," celetuk Zino saat dirinya dan Joshua duduk bersebelahan di kursi kosong yang tersedia disana.
" Apanya?" tanya Joshua.
" Dia masih muda tapi sudah sehebat itu. Bisa diajak bekerja sama, pekerja keras, bahkan bisa memimpin kita yang lebih tua darinya," ucap Zino.
Joshua mengangguk setuju pada perkataan Zino. Walaupun belum sepenuhnya mengenal Dylan, tapi Joshua akui laki-laki yang lebih muda satu tahun darinya itu sungguh hebat. Dia seperti selalu memandang positif semua hal.
" Pagi semuanya!"
Sapaan Stefan, membuat mereka semua menoleh pada laki-laki manis itu. Stefan datang bersama Vincent dan Hexel yang kebetulan memang bertemu saat keluar dari gedung asrama.
" Pagi, siapa lagi yang belum datang ya?" tanya David.
" Kurasa Justin dan Malvin belum hadir. Hanya tersisa mereka yang-" ucapan Stefan terhenti kala dua nama yang disebutkannya tadi menunjukkan sosoknya.
" Maaf kami agak terlambat," ucap Justin.
" Tidak apa-apa, kami belum berangkat juga," ucap Zidan.
Tidak lama, Marvel dan Dylan kembali dan meminta mereka segera ke gerbang karena bus yang akan membawa mereka sudah menunggu disana. Mereka pun bergegas dan segera menaiki bus agar tidak membuang-buang waktu.
" Aku akan duduk di bagian depan, menemani supir. Kalian duduklah berdua," ucap Marvel.
Zino tentu saja duduk bersama Joshua, di kursi yang ada di belakang. Di sebelah kiri kursi Zino, ada Sean dan William yang tampaknya tenang dan sibuk dengan buku mereka masing-masing.
' Dasar anak rajin. Sempat-sempatnya mereka belajar,' batin Zino.
" Kau tidur saja, aku tidak tidur dan akan berjaga-jaga kalau ada sesuatu," ucap Joshua.
Zino mengangguk dan mulai menyandarkan tubuhnya. Dia memejamkan matanya, berusaha untuk tidur karena akhir-akhir ini dia kurang tidur.
Sayangnya, usaha tidurnya justru membuatnya bermimpi hal aneh yang menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fighter
FanfictionNegara Fortissi, negara baru yang terbentuk setelah meteor superpower menghantam bumi. Negara damai yang banyak dijadikan tempat wisata bagi turis asing. Namun, siapa yang sangka jika dibalik keindahan dan kedamaian di negara itu, tersimpan sebuah r...