" William,"
" Hm?"
" Apa menurutmu Joshua dan Zino adalah musuh?"
William yang tengah menikmati sarapannya, langsung menghentikan suapannya. Dia menatap Sean yang hanya menatapnya, menunggu jawaban dari dirinya.
" Tumben sekali kau menanyakan pendapatku tentang seseorang," ucap William sebelum kembali menyuapkan sarapannya.
" Aku hanya..... Merasa aneh saja. Mereka baik tapi seperti memiliki sebuah rahasia yang aku tidak tahu apakah itu baik atau tidak," ucap Sean.
" Hmm..... Aku juga tidak tahu kalau kau bertanya padaku. Aku tidak sedekat itu dengan mereka. Tapi kurasa Zino baik, tidak tahu kalau soal Joshua karena selama ini kita jarang satu pendapat dengannya," ucap William.
" Apa Joshua musuh? Lalu dia memanfaatkan Zino?" tanya Sean lagi, meminta pendapat William.
" Kurasa tidak mungkin dia memanfaatkan Zino. Mereka sudah kenal sejak lama, jadi kupikir walaupun Joshua itu musuh, dia tidak mungkin memanfaatkan Zino," ucap William.
Sean mengangguk paham, hal itu tidak luput dari penglihatan William. Dia tahu ada sesuatu yang mengganggu teman dekatnya itu dan pastinya berhubungan dengan dua orang itu.
" Ada apa? Mereka bertingkah mencurigakan?" tanya William.
" Entahlah. Kemarin saat kita membunuh musuh..... Joshua seperti tahu banyak soal eksperimen yang terjadi pada manusia itu. Seperti dia tahu banyak hal," ucap Sean.
Sebenarnya, William tidak begitu memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakan Joshua. Tapi setelah Sean mengatakannya, sepertinya William bisa menduga kenapa Joshua bisa tahu.
" Mungkin dia pernah menjadi bagian dari eksperimen?" ujar William.
" Maksudmu..... Dia pernah dijadikan kelinci percobaan dan dia selamat? Kurasa itu agak tidak mungkin," ucap Sean yang pernah terjun langsung menangkap pelaku pelaksana percobaan manusia.
Dulu saat dia masih di sekolah menengah, dia pernah ikut terjun langsung ke misi untuk menangkap sekelompok orang yang melakukan percobaan manusia pada manusia-manusia tidak bersalah. Dia pernah melihat bagaimana laboratoriumnya dan bagaimana keadaan para manusia.
Kemungkinan berhasil belum ada. Semuanya gagal. Berhasilpun hanya bisa bertahan beberapa bulan, setelahnya mereka mati. Termasuk percobaan pada manusia yang memiliki kekuatan.
" Tapi ada kemungkinan. Atau mungkin dia baru-baru ini kabur dari markas tempat percobaan manusianya itu dan masa hidupnya hanya sebentar lagi," ucap William.
Sean diam mendengarnya. Apakah iya Joshua pernah jadi kelinci percobaan? Lalu bagaimana keadaan tubuhnya saat ini?
" Daripada kau kebanyakan berpikir, lebih baik tanyakan pada Zino. Setidaknya dia cukup tahu daripada kita langsung bertanya pada Joshua dan malah menyinggungnya,"
***
Dylan membaca bukunya lagi, lalu di detik berikutnya dia kembali melirik Zino yang sibuk dengan ponsel di tangannya. Dia terus begitu sejak masuk ke kamar mereka.
Zino sendiri sadar sejak tadi Dylan terus memperhatikannya, tapi dia mencoba untuk tidak menghiraukannya. Namun lama kelamaan itu malah mengganggunya yang tengah mempelajari beberapa hal.
" Dylan, ada sesuatu yang ingin dikatakan?" tanya Zino pada akhirnya.
" Eh? Ti-tidak ada. Memangnya kenapa, Kak?" ucap Dylan sedikit terkejut.
" Kau dari tadi memperhatikanku, seperti ingin mengatakan sesuatu. Katakan saja, aku tidak akan marah," ucap Zino.
Dylan tetap ragu mengatakannya. Dia memainkan jarinya dengan gugup, takut jika perkataannya justru menyakiti Zino dan membuat laki-laki yang lebih tua menjauhinya. Dylan sudah terlanjur nyaman.
" Aku tidak akan marah, sungguh. Kau bisa katakan padaku," ucap Zino berusaha meyakinkan Dylan.
" Ta-tapi ini akan benar-benar menyinggung Kak Zino. Apa benar Kakak tidak akan marah dan menjauhiku?" tanyanya.
Zino terdiam sebentar, mencoba menerka-nerka kira-kira apa yang ingin dikatakan Dylan hingga dia seragu itu.
" Tidak akan, aku janji," ucap Zino yang menyerah memikirkannya.
Dylan kemudian ikut duduk di kasur milik Sean yang kini diduduki oleh Zino. Dia duduk di sebelah Zino, membuat Zino meletakkan ponselnya dan berfokus pada Dylan.
" Kak Zino dan Kak Joshua..... Apa kalian musuh?"
Pertanyaan Dylan membuat Zino terdiam sesaat. Kemudian, Zino justru tertawa kecil dan membuat Dylan kebingungan sekaligus takut. Ya bisa saja kan ternyata Zino benar-benar musuh dan kini malah ketahuan oleh Dylan.
" Hahaha..... Jadi daritadi ini yang kau pikirkan sampai ragu bertanya padaku? Dylan polos sekali ternyata," ucap Zino gemas.
" Aku serius, Kak. Kakak bukan musuh kan?" tanya Dylan sekali lagi.
" Ya, tergantung. Kalau kau berpihak pada lawanku, maka aku musuhmu. Tapi kalau kau berpihak padaku ya kau rekanku," ucap Zino santai.
" Siapa musuh Kakak?" tanya Dylan penasaran.
" Aku bisa dimarahi Joshua kalau memberitahumu," sahut Zino yang membuat Dylan sedikit kecewa.
" Tapi Kak Zino bukan di pihak musuhku kan? Maksudku, seperti orang-orang jahat yang selalu menyerang dunia," ucap Dylan.
" Bukan, itu juga musuhku jadi kita satu tim," ucap Zino.
" Oh, syukurlah. Aku lega mendengarnya, kupikir Kak Zino ada di pihak mereka," ucap Dylan.
Zino tersenyum kecil sembari mengacak rambut Dylan pelan. Dylan mana mungkin tahu kalau sebenarnya musuh Zino adalah orang-orang yang dia kenal juga.
' Apa sebaiknya aku mengatakannya pada Dylan? Siapa tahu dia bisa membantuku,' batin Zino.
Disela obrolan keduanya, Marvel masuk dengan beberapa buku di tangannya. Sepertinya dia berniat mengerjakan tugas di kamarnya, mengingat mereka memang memiliki tugas waktu itu.
" Kalian sudah mengerjakan tugas memangnya?" tanya Marvel saat mendapati dua teman sekamarnya bersantai.
" Sudah dong, aku dan Kak Zino kan rajin," ucap Dylan yang membuat Marvel mencibirnya.
Setelahnya, hanya ada keheningan di kamar mereka. Marvel yang sibuk dengan tugasnya, juga Dylan dan Zino yang sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
" Kalian musuhan? Kenapa diam saja? Sana mengobrol," ucap Marvel yang tidak tahan akan keheningan yang dibuat keduanya.
" Kak, apa Kakak pernah dengar soal organisasi gelap dunia?" tanya Dylan pada Marvel.
" Hm? Tidak pernah. Tapi pasti ada sih, namanya juga dunia," ucap Marvel.
" Kira-kira tujuan mereka apa ya?" tanya Dylan penasaran.
" Bisa saja seperti mengendalikan dunia. Aku pernah dengar soal rumor kalau organisasi gelap itu mengendalikan jumlah penduduk supaya tidak terlalu banyak," ucap Marvel sembari tetap menulis di lembar kertasnya.
" Hei, kalian berdua. Bolehkah aku mengatakan sesuatu?"
Baik Dylan maupun Marvel sama-sama menoleh kala Zino berucap. Mereka menatap laki-laki berkulit putih dan rambut pirang itu.
" Boleh, katakan saja,"
" Aku..... Bisakah kalian merahasiakan apa yang akan kukatakan?" tanya Zino dahulu.
" Tentu saja. Akan aku rahasiakan," ucap Dylan yang diikuti anggukan oleh Marvel.
" Aku...... Aku dan Joshua memiliki sebuah misi rahasia disini. Dan itu menyangkut soal kematian Ibuku,"
Tbc.
Aku update lagi. Ujianku udah selesai jadi aku bisa buat cerita ini dengan leluasa lagi.
Zino udah bilang soal misinya ke Dylan sama Marvel nih. Kira-kira gimana ya? Mereka bakal bantuin atau enggak ya?
Sampai ketemu di chapter berikutnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fighter
FanfictionNegara Fortissi, negara baru yang terbentuk setelah meteor superpower menghantam bumi. Negara damai yang banyak dijadikan tempat wisata bagi turis asing. Namun, siapa yang sangka jika dibalik keindahan dan kedamaian di negara itu, tersimpan sebuah r...