Chapter 11 : Suspicion

203 27 1
                                    

Setelah gempanya menghilang, semua murid diminta ke kamar masing-masing. Saat semua murid diminta kembali ke asrama dengan tenang, Zino justru masuk kembali ke gedung utama untuk mencari Joshua.

' Duh, kemana sih anak itu?'

Zino berlari menuju gedung olahraga, dan bertepatan dengan Joshua dan David yang keluar dari gedung yang cukup ramai dengan petugas itu. Zino segera menghampiri temannya itu.

" Ada apa disana? Kau baik-baik saja kan?" tanya Zino.

" Ya, aku baik-baik saja. Tadi aku dan David memberikan informasi yang kami tahu soal musuh," ucap Joshua.

Zino menatap gedung olahraga penasaran karena melihat banyaknya orang berseragam petugas Fortisse Academy yang berlalu lalang. Namun Joshua dan David sudah lebih dulu menariknya menjauh dari sana.

" Ah iya, David. Dylan daritadi mencarimu bersama..... Ah, aku lupa siapa namanya. Yang pendek dan putih itu, dia bersama Dylan mencarimu" ucap Zino.

" Ohh..... Zidan ya? Terima kasih sudah memberitahuku. Kurasa Dylan juga sudah di kamarnya, jadi aku ikut kalian ya" ucap David.

Mereka menuju kamar nomor 1004. Begitu pintu dibuka, Dylan langsung memeluk David yang hanya bisa tertawa kecil melihat tingkahnya. Di dalam kamar, ada Sean dan Marvel yang hanya memperhatikan interaksi dua orang itu.

" Aku mencarimu kemana-mana! Kakak kemana sih?!" tanya Dylan khawatir.

" Yah, tadi aku bersembunyi bersama Joshua. Tapi setidaknya aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir" ucap David.

Tiba-tiba saja, perhatian mereka teralihkan pada Sean yang berdiri dan berjalan menuju pintu. David dan Dylan memberikan jalan agar Sean bisa keluar, namun Sean justru menarik lengan Zino.

" Ikut denganku sebentar, ada yang ingin kutanyakan" ucap Sean.

Melihat hal mencurigakan, Joshua tentu saja menahan Sean yang akan membawa Zino. Mengingat dia tahu rahasia Zino, dia tidak boleh membiarkan laki-laki kelahiran Oktober itu jauh dari pandangannya.

" Mau kemana? Aku harus ikut" tanya Joshua.

" Ini bukan urusanmu. Aku hanya memiliki urusan dengan Zino" ucap Sean.

" Urusan Zino adalah urusanku, dia berada dalam pengawasanku" ucap Joshua.

Keduanya terlibat dalam adu tatap yang cukup lama, sampai Zino mau tidak mau menghentikannya. Kalau tidak, mungkin saja sampai malam mereka akan terus seperti itu.

" Sean, apa yang ingin kau katakan? Joshua harus ikut denganku karena ada suatu hal yang membuatku harus bersamanya terus" ucap Zino, berusaha membujuk Sean.

Sean menghela napas, dia pun mengangguk dan melangkah duluan. Membiarkan dua laki-laki seumurannya itu mengikutinya hingga perpustakaan lantai dua.

" Kau mau apa? Belajar?" tanya Zino.

Sean tidak menjawab. Dia sibuk memesan satu ruangan khusus untuk berdiskusi, lalu segera membawa kunci ruangan tersebut ke salah satu ruangan di sudut.

" Mau bicara apa kau dengan Zino sampai membawa kami kesini?" tanya Joshua.

" Katakan, siapa kau sebenarnya?"

Pertanyaan Sean justru mengundang tanda tanya bagi Zino. Memangnya dia siapa? Dia kan hanya seorang anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Hanya itu.

" Aku tidak tahu apa maksudmu. Bisa kau jelaskan saja?" tanya Zino.

Sean menatap keduanya dengan pandangan curiga. Sejujurnya, kecurigaan itu sudah ada sejak pertama kali dirinya bersitatap dengan Zino dan Joshua di ruang tata usaha. Namun dia berusaha mengabaikan rasa curiganya.

The FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang