Zino memperhatikan tanaman di depannya dengan teliti, lalu memetik beberapa dan memasukkannya ke dalam plastik multiguna yang membuat barang di dalamnya mengecil. Jadi dia tidak akan merasa berat apabila membawa banyak tanaman.
Pagi ini, tim 17 memulai misi mereka dan mencari tanaman obat-obatan yang mereka perlukan dan yang tercantum di dalam misi. Mereka menyebar di hutan Halachite, membagi mereka menjadi 6 tim dengan anggota 2-3 orang yang ditentukan dengan pengocokan.
Dan sialnya, Zino terpisah dengan Joshua dan malah bersama Sean dan Justin. Dia mau protes, tapi setidaknya dia lebih enak dibandingkan Joshua yang harus berdua bersama Stefan. Zino yakin Stefan tidak akan berani membuka mulut, mengingat dia pernah membuat Joshua marah.
" Kurang tanaman apa lagi ya?" tanya Justin.
" Hmm..... Kurasa sudah semua. Ada lagi yang belum, Sean?" tanya Zino pada sosok yang dia anggap ketua di tim kecil ini.
" Satu lagi. Kita masih belum menemukan tanaman Chronia. Harusnya tanaman itu ada di sekitar sungai," ucapnya sembari memetik bunga Vylorin.
" Kita kesana bertiga saja? Atau mau menunggu yang lain?" tanya Zino.
" Bertiga saja. Ayo, kita harus cepat" ucap Sean, memimpin jalan.
Walaupun Sean yang memimpin jalan, Justin tetap menunjukkan jalannya. Karena mau bagaimanapun, Justin sudah mengenal betul wilayah Halachite karena sering disini.
" Ini sungainya. Aku tidak tahu apakah tanaman Chronia ada disini atau tidak, karena aku belum pernah melihatnya" ucap Justin, saat mereka sampai di sebuah sungai dengan air yang sangat jernih.
Zino terkagum akan pemandangan di depannya. Air sungai yang mengalir deras, terlihat sangat jernih. Suaranya pun menenangkan pikiran Zino yang akhir-akhir ini sedang kacau. Ditambah tumbuhan-tumbuhan warna-warni di sekelilingnya, menambah kesan indah bagi Zino.
" Coba kita telusuri saja. Justin, kau ke kanan dan aku ke kiri. Zino, kau cari di sekitar sini" ucap Sean.
" Ah, oke,"
Ketiganya mulai fokus mencari tanaman Chronia, yang konon katanya jarang ditemui oleh para pencari tanaman obat-obatan. Karena sangat jarang ada, tanaman ini termasuk spesies langka.
Zino melepas sepatu yang dia pakai, lalu mulai mencelupkan kakinya ke dalam air sungai. Dia ingin ke bebatuan yang ada di seberang, berharap disana dia menemukan tanaman yang dia cari.
" Hmm..... Ada tidak ya?" gumamnya, seraya melangkah perlahan.
Karena ada beberapa bebatuan, jalan Sini menjadi licin yang membuatnya beberapa kali hampir terjatuh. Tiba-tiba, kakinya serasa ditarik dan dia pun tercebur ke dalam sungai. Beruntunglah dia karena sungainya dangkal, jadi dia baik-baik saja.
Namun, seperti sebuah kaset rusak, tiba-tiba saja Zino seperti melihat sepotong adegan yang tampak asing namun tak asing baginya. Zino tidak merasa pernah mengalaminya, namun dalam dirinya dia merasa pernah mengalaminya.
Zino bisa melihat seorang perempuan berlarian di tengah jalan raya yang tampak kosong seolah dikejar sesuatu. Lalu dirinya sampai di sebuah jembatan yang Zino kenali sebagai jembatan Thalassa.
Adegan berganti dan Zino bisa melihat perempuan itu sudah siap untuk loncat dan terjun menuju laut di bawah sana. Tanpa sadar, Zino berlari dan berusaha menghentikan perempuan itu. Walaupun berakhir dengan dirinya yang terlambat, karena perempuan itu sudah terjun duluan dan dia bisa mendengar suara sesuatu yang tercebur ke lautan di bawahnya.
" Semoga dia mati. Kita harus segera mencari jasadnya dan melaporkannya pada WDO, supaya Tuan Argio tidak marah lagi"
' WDO? Apa itu? Siapa Argio? Sebenarnya apa yang terjadi?'
Zino berusaha mengetahui apa yang dikatakan mereka, namun suara-suara itu seolah-olah hilang dan perlahan pandangannya menghitam. Di detik berikutnya, yang bisa dia lihat hanyalah wajah panik Justin dan Sean.
" Zino! Astaga! Kau baik-baik saja kan?!" tanya Justin panik.
" Hei, kau baik-baik saja? Bernapas perlahan," ujar Sean.
Zino tidak paham apa yang terjadi, namun mengikuti apa yang dikatakan Sean. Lalu kemudian, dia sadar kalau sekujur tubuhnya basah semua. Dia baru ingat kalau barusan dia baru saja tercebur ke dalam sungai.
' Apa itu pemicu kekuatanku?' batinnya.
" Kau kenapa bisa sampai tercebur ke sungai dan hampir pingsan? Kau tidak sakit kan?" tanya Sean, saat Zino sudah mendudukkan dirinya.
" Aku..... Entahlah, tiba-tiba saja seperti ada yang menarik kakiku" ucap Zino.
" Tapi kau sampai pingsan dan sekarang wajahmu pucat. Kau yakin baik-baik saja?" tanya Justin.
Zino hanya mengangguk saja. Dia juga bingung sebenarnya apa yang baru saja terjadi. Tapi firasatnya mengatakan kalau barusan adalah pemicu kekuatannya. Kakinya tidak ditarik oleh siapapun, melainkan dirinya yang mendadak dibawa ke sebuah adegan yang entah siapa pemeran utamanya.
" Aku akan memanggil Joshua. Dia yang lebih tahu tentangmu," ucap Sean.
" Biar aku saja, aku hapal jalannya. Kalian tunggu sebentar disini," ucap Justin, yang lebih dulu berdiri dan segera menuju tempat Joshua berada.
Kini, Zino hanya berdua dengan Sean yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan curiga. Zino berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak bertatapan dengan Sean, karena mungkin dia akan keceplosan mengatakan apa yang sedang dia pikirkan.
" Kurasa kau tidak se-ceroboh itu sampai pingsan di sungai. Apa yang terjadi?" tanya Sean.
" Kan..... Aku sudah katakan, itu karena seperti ada yang menarik kakiku. Lalu, pandanganku menjadi gelap. Sudah, hanya seperti itu" ucap Zino, berusaha tenang.
" Tidak ada yang kau sembunyikan?" tanya Sean lagi.
" Tidak ada. Lagipula, apa hakmu untuk tahu? Kan itu rahasiaku. Joshua saja belum tentu tahu jika aku punya rahasia," ucap Zino, tanpa sadar.
Sean sebenarnya ingin marah, namun yang dikatakan Zino ada benarnya. Mereka bahkan tidak sedekat itu untuk mengetahui rahasia masing-masing. Kenapa juga dia penasaran dengan rahasia Zino?
" Maaf, aku tidak bermaksud berbicara seperti itu. Hanya saja..... Aku punya sesuatu yang memang tidak boleh kuberitahu ke orang lain," ucap Zino saat sadar dia berkata dengan nada kasar pada Sean.
" Tidak apa-apa, aku yang salah. Kau memang tidak perlu memberitahu rahasiamu. Lagipula, bisa saja aku ini orang yang berbahaya," ucap Sean.
Zino melirik Sean yang masih celingak-celinguk, seperti masih mencari tanaman Chronia. Zino sebenarnya sempat berpikir untuk memberitahukan rahasianya pada Sean. Toh, Sean kelihatan baik di matanya.
Tapi Sean dari keluarga Miller.
Zino tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika sampai keluarga besar itu tahu soal kekuatannya. Apalagi sampai tahu tentang Ibunya. Zino benar-benar menghindari segala hal buruk itu.
" Sean," panggilnya.
" Hm? Ada apa? Kakimu sakit?" tanya Sean.
" Tidak, aku..... Hanya ingin bertanya sesuatu," ucap Zino.
" Apa?"
" Kau..... Seandainya aku adalah hama bagi keluargamu, apakah kau akan ikut memusuhiku?"
Tbc.
Maaf banget aku telat update ya. Aku berusaha secepat mungkin selesaiin chapter ini, tapi selalu ada gangguan.
Sampai ketemu di chapter berikutnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fighter
FanficNegara Fortissi, negara baru yang terbentuk setelah meteor superpower menghantam bumi. Negara damai yang banyak dijadikan tempat wisata bagi turis asing. Namun, siapa yang sangka jika dibalik keindahan dan kedamaian di negara itu, tersimpan sebuah r...