Chapter 24 : The Plan

158 23 2
                                    

" Jadi, teman kalian yang bernama Hexel itu diculik. Dan penculiknya turun ke bawah dan mungkin bersembunyi di pedesaan, begitu?"

Marvel yang duduk berhadapan dengan sang Kepala Desa langsung mengangguk. Dia tidak membuat kode pada teman-temannya, namun berharap mereka memahami peran mereka masing-masing dan jangan bertindak yang membuat mereka dicurigai.

Sesaat setelah mereka sampai di bawah, mereka segera menghampiri rumah Kepala Desa dan mengatakan kalau Hexel hilang. Marvel yang mengatakannya dan bilang kalau si penculik berlari turun dan mereka langsung kehilangan jejaknya.

" Tapi Saya ada di bawah sejak tadi dengan beberapa warga. Tidak ada yang mencurigakan," ucap sang Kepala Desa, Hans.

" Bagaimana ini? Apa Bapak bisa membantu kami? Teman kami sudah hilang 3 orang dan kami harus kembali selambat-lambatnya 2 hari lagi," pinta Stefan.

" Baiklah, Saya akan meminta para warga untuk memberitahu jika ada hal yang mencurigakan. Lalu ada kemungkinan jika markas mereka di bawah tanah, jadi nanti Saya dan beberapa orang akan mencoba mengecek di beberapa wilayah yang berkemungkinan besar menjadi markas mereka," ucap Hans.

Mereka mengangguk saja dan mulai kembali ke penginapan mereka. Sesaat setelah masuk, mereka segera menuju kamar Marvel yang ada di lantai satu. Vincent langsung menempelkan sebuah alat peredam suara agar percakapan mereka tidak bisa di dengar.

" Bagaimana? Ada yang mencurigakan?" tanya Marvel.

" Kau merasa curiga tidak?" tanya balik Stefan.

" Tidak. Kurasa dia mengatakan yang sejujurnya," ucap Marvel polos.

" Jelas-jelas dia berbohong dan kau bilang dia jujur? Aku heran bagaimana bisa kau termasuk dalam anggota 10 keluarga besar," ucap Joshua tajam.

" Tapi menurutku juga dia jujur," ucap David yang kini menatap Joshua bingung.

" Dia berbohong,"

Ucapan Sean disertai anggukan William, membuat mereka menatap dua orang itu tidak percaya. Bahkan mereka juga ikut-ikutan menatap Joshua yang hanya menghela napas.

" Bagaimana bisa kau tahu?" tanya Marvel.

" Kau tidak mengatakan soal si penculik yang memiliki kekuatan pengendali tanah, tapi dia malah berkata soal markas bawah tanah. Bukankah itu sudah jelas?" ujar William.

Mereka baru sadar akan hal itu dan mulai menyadari kalau sang Kepala Desa berbohong. Beruntunglah mereka karena Marvel tidak mengatakan soal kekuatan si penculik, jadi mereka bisa menjebak Hans.

" Tapi bisa jadi kan Pak Hans hanya berjaga-jaga jika saja markasnya ada di bawah tanah? Bagaimana kalau dia sebenarnya juga tidak terpikirkan soal kekuatan si penculik dan mengatakan soal markas bawah tanah itu?" tanya Stefan.

" Ya, kalau itu-"

" Tidak, aku yakin dia berbohong,"

Kali ini, ucapan Justin mengundang tatapan terkejut dan penuh tanya oleh teman setimnya. Bahkan Malvin yang sudah lama bersama Justin pun sempat terkejut.

" Bagaimana bisa kau yakin? Kalau kau salah, kita akan malu bertemu dengan Pak Hans," tanya Malvin.

" Gerak-geriknya. Kalau kalian berbohong atau merasa panik, kalian akan beberapa kali mengelus leher bagian belakang kalian atau menyembunyikan tangan kalian," ucap Justin.

Bertahun-tahun berada dalam industri perfilman, membuat Justin tahu mana yang akting dan mana yang sikap sesungguhnya dari seseorang. Bahkan kerap kali ini menjadi suatu kemampuan yang membuatnya terhindar dari beberapa berita tentang kedekatannya dengan sang pemeran wanita dalam film yang dia perankan.

Kemampuan ini juga berguna baginya saat mendapatkan teman. Itulah mengapa dia hanya berteman dengan Malvin sejak dulu hingga sekarang. Karena semua orang yang mendekatinya, tidak lebih dari ingin memiliki popularitas karena telah berteman dengannya.

" Lalu? Apa tadi Pak Hans melakukan itu?" tanya Marvel penasaran. Dia pribadi tidak memperhatikan gerak-gerik sang lawan bicara kecuali matanya yang sebenarnya tetap menatapnya dan tidak dialihkan kemanapun.

" Iya. Saat kita baru turun dan mengatakan kalau penculiknya sudah turun ke bawah dan bersembunyi di pedesaan. Juga saat kau dan Pak Hans mengobrol, Pak Hans tampaknya tidak nyaman dan menyembunyikan tangannya di dalam saku jas yang dia pakai," ucap Justin.

Mendengar penjelasan Justin, tentu saja mereka langsung terdiam dan saling pandang. Ucapan Justin adalah sumber terpercaya bagi mereka. Mana mungkin Justin mau berbohong pada mereka kan?

" Bagaimana rencana selanjutnya? Kita tidak tahu dimana markas rahasia mereka, jadi kita tidak bisa langsung menyelamatkan Zidan dan Zino. Kalaupun memang di rumah Kepala Desa, kita tidak tahu pintu masuknya," ujar David.

" Kita bagi menjadi 2 tim. Katakanlah tim satunya mengikuti Pak Hans untuk mencari Hexel, lalu tim satunya akan mencari kembali di puncak. Tim yang mencari di puncak, nantinya akan periksa rumah Pak Hans diam-diam. Menyelinap atau bagaimana itu terserah kalian, pokoknya cari cara untuk masuk ke dalam. Kemungkinan besar markasnya bisa diakses dari dalam rumah Pak Hans," jelas Marvel.

Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya Marvel akan memimpin tim 1 yang akan mengikuti Pak Hans nantinya. Marvel bersama Stefan, Vincent, Justin, dan Malvin. Sedangkan tim 2 akan dipimpin oleh Sean, bersama dengan Joshua, William, David, dan Dylan.

" Pokoknya ini denah yang aku dan Justin ingat. Kalau ada sedikit perubahan, aku kurang tahu karena sudah jarang kesana," ucap Malvin.

Sean mengangguk dan membawa serta kertas yang berisi sketsa rumah Pak Hans yang digambar Malvin. Mereka segera menemui Pak Hans dan mengatakan untuk membagi menjadi 2 tim.

" Loh? Saya pikir semuanya ikut Saya sekalian. Jaga-jaga kalau kita kalah jumlah," ucap Pak Hans.

" Saya pikir lebih baik membagi tim, supaya jangkauannya luas Pak. Karena kita ada dibawah, mungkin saja Hexel masih diatas sana bersama penculiknya. Jadi mereka akan mencari Hexel, kami akan ikut Pak Hans mencari dibawah," ujar Stefan dengan tenang.

" Oh, baiklah kalau begitu. Yoshua, temani mereka ke pegunungan. Kabari kalau ada apa-apa disana," ucap Pak Hans, kepada seorang pria muda yang dia panggil Yoshua.

Beberapa diantara mereka tampak panik saat tahu akan ada orang yang ikut tim 2. Namun, Sean tampak biasa saja. Toh, ini adalah hal yang diluar rencana mereka yang sudah diduga oleh Sean. Justru dengan begini, dia tahu kalau Pak Hans sudah pasti terlibat.

" Ayo kita segera ke pegunungan, kita harus menemukan Hexel sebelum dia kenapa-napa," ucap Sean yang membuat tim 2 segera mengikuti langkahnya.

Sementara tim 2 bersama Yoshua melangkah ke pegunungan, Marvel bersama timnya mengikuti Pak Hans menyusuri pedesaan. Berharap mereka bisa menemukan jejak dari para penculik.

" Pak, apa ada penduduk yang mungkin mencurigakan?" tanya Malvin.

" Saya rasa tidak ada, atau mungkin mereka berpura-pura. Saya merasa mereka hanyalah warga biasa," ucap Pak Hans.

Malvin menyenggol Justin, memberikan kode pada laki-laki itu soal apa yang ada di pikirannya. Beruntungnya Justin sudah mengenal Malvin sejak lama, jadi dia tahu banyak bagaimana cara Malvin berpikir.

" Kalau..... Yang bagian pengurus desa, bagaimana Pak?"

Pertanyaan Justin berhasil menghentikan langkah Pak Hans, begitupun teman setimnya yang lain. Walaupun dalam hati Justin sudah ketakutan karena takut diserang tiba-tiba, tapi laki-laki itu tetap bertanya.

" Saya rasa tidak ada, karena Saya sendiri yang menyeleksi mereka," ucap Pak Hans sembari menyunggingkan senyum.

Justin membalas senyuman itu dengan senyumnya. Bagi teman setimnya yang lain, itu hanyalah senyum biasa. Tapi bagi Malvin, dia tahu kalau itu hanyalah senyum palsu. Itu tandanya, Justin sudah memastikan kalau Pak Hans bagian dari musuh.

' Tim 2, semoga kalian bisa menyelinap masuk,'

Tbc.

Holaaa!! Aku balik lagi.

Mereka mulai bergerak nih. Kira-kira bener gak ya Pak Hans itu musuh? Kalau iya, dimana markas mereka?

Sampai ketemu di chapter berikutnya~

The FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang