Chapter 12 : Joshua

197 29 1
                                    

Zino tertawa mendengar cerita Dylan soal obrolan antara David dan Joshua. Joshua belum dan mungkin tidak akan pernah menceritakan hal ini padanya. Pastinya karena alasan malu.

" Kak, apakah keluarga kami memang dinilai seperti itu oleh keluarga biasa?" tanya Dylan penasaran.

" Hmm..... Tidak juga. Ada beberapa yang menganggap kalian keren dan bisa diandalkan. Tapi ada juga yang menganggap kalian seperti yang Joshua katakan" ucap Zino.

Dylan agaknya merasa tidak enak pada orang lain. Jika Dylan meminta tolong sesuatu, mereka mungkin terpaksa mengabulkannya karena dia dari keluarga besar. Mereka takut ada akibat yang akan mereka terima jika tidak menurutinya.

" Aku..... Merasa jahat. Kalau aku meminta tolong seseorang, mereka mungkin akan terpaksa mengabulkannya" ucap Dylan.

Zino memperhatikan Dylan yang tampak menunduk. Berbeda dengan Joshua, Zino tampak tidak peduli dengan status seseorang. Walaupun bisa dibilang dia juga tidak menyukai 10 keluarga besar karena mungkin saja mereka ada hubungannya dengan kematian orang tuanya.

Tapi tidak semua.

Dylan, David, dan beberapa orang yang dia kenal tidak ada hubungannya. Lagipula, saat orang tuanya mati mungkin mereka belum lahir. Jadi mana mungkin mereka ikut campur dalam hal itu.

" Dylan, dengarkan aku," Zino memegang kedua bahu Dylan.

" Apapun yang orang lain pikirkan, biarkan mereka. Tidak semua memiliki pikiran yang sama satu sama lain. Yang perlu kau tahu, ada yang sayang padamu. Dan itu sudah cukup," ucapnya.

Kalau Dylan boleh jujur, dia merasa aman dan tenang tiap bersama Zino. Sama seperti jika dia bersama David. Zino membawa ketenangan hingga dirinya lupa kalau keduanya bukanlah saudara, mereka hanyalah teman.

' Bahkan Ibu tidak pernah membuatku merasa aman. Aku hanya tertekan tiap kali berdua dengan Ibu' batinnya.

" Kak Zino, apa Kakak juga termasuk orang-orang itu?" tanya Dylan.

" Orang-orang apa?"

" Yang sayang padaku. Yang tidak peduli statusku dan memandangku sebagai Dylan, tanpa marga Nicolov" ucapnya.

Zino tidak menyangka pertanyaan ini keluar dari sosok yang lebih muda darinya. Sepertinya, Dylan memiliki beban yang tidak bisa dia ceritakan sembarangan hingga membuatnya tertekan.

" Iya, aku tidak akan memandangmu sebagai Dylan Nicolov, tapi hanya sebagai Dylan saja" ucap Zino.

Zino terkejut kala Dylan langsung memeluknya. Mengingat tubuh Dylan lebih berisi dari pada dirinya, keduanya pun terjatuh keatas kasur milik Sean. Bertepatan dengan Marvel yang membuka pintu.

" Kalian..... Sedang apa?" tanyanya.

" Kak Marvel! Kak Zino sekarang jadi Kakak keduaku" ucap Dylan.

Marvel menatapnya bingung walaupun tetap menjawab," oh, selamat ya. Aku tidak paham sih, tapi ya sudah," ucapnya.

Zino hanya tersenyum canggung kearah Marvel yang mengendikkan bahunya. Yah, dia juga hanya memiliki Joshua sebagai saudaranya. Tidak ada salahnya kan menambah satu adik lainnya?

***

" Serius? Disaat kau dalam misi pentingmu, kau sempat-sempatnya mendapatkan adik baru?"

Zino tertawa kecil mendengar pertanyaan Joshua. Memang seharusnya dia fokus pada misinya. Tapi dia tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di sekelilingnya. Termasuk tentang Dylan dan beberapa orang lainnya.

" Yah, tidak ada salahnya kan menikmati apa yang terjadi?" tanyanya.

Joshua hanya menghela napas saja. Misi ini juga bukan miliknya, jadi dia tidak bisa menyuruh Zino untuk tetap fokus pada misi. Tujuannya disini hanyalah membantu dan menjaga Zino dari kecerobohannya.

The FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang