Chapter 20 : Goldie Village

165 20 2
                                    

Pagi-pagi sekali, anggota tim 17 sudah bersiap untuk pergi ke Desa Goldie, tempat bunga Laverie berada. Bunga Laverie sendiri adalah tanaman langka yang tumbuh di pegunungan Desa Goldie yang katanya sulit ditemukan karena entah bagaimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihatnya.

" Teman-teman, karena kita akan masuk ke Desa dulu sebelum mendaki pegunungan, kita tidak bisa menggunakan bus. Kita akan menaiki semacam angkutan umum khas Desa Goldie. Dari sini kita naik bus menuju pintu masuk Desanya, barulah kita menaiki angkutan umum itu," jelas Marvel.

Mereka mengangguk dan mulai masuk satu persatu kedalam bus setelah sebelumnya berpamitan pada . Duduk pada kursi masing-masing, dan mulai sibuk dengan diri sendiri.

Zino kali ini tidak ingin tertidur, karena takut mendapatkan mimpi yang aneh-aneh. Semalam dia kembali bermimpi hal aneh tentang seorang perempuan dan anak kecil berambut pirang yang lucu. Sayangnya, dia tetap tidak mengetahui siapa nama perempuan itu.

" Kau tidak tidur?" tanya Joshua, yang paham sifat Zino yang selalu tidur jika ada waktu senggang.

" Tidak, aku takut bermimpi yang aneh-aneh lagi," ujarnya jujur. Kali ini, dia tidak akan merahasiakan apapun lagi pada Joshua karena takut laki-laki bermarga Kennedy itu marah besar lagi seperti kemarin.

Kemarin di kamar keduanya, Zino menceritakan soal kejadian di sungai. Joshua yang baru saja selesai mandi, langsung marah-marah sampai wajahnya memerah akibat amarahnya. Dia mengomeli Zino dari sore itu hingga malam menjelang mereka ingin tidur.

" Maaf aku tidak memberitahumu. Aku hanya..... Tidak mau membuatmu khawatir. Dan lagi, disana masih ada Sean dan yang lainnya. Kekuatanku bisa ketahuan nanti," ucap Zino kala mereka sudah berbaring dan siap untuk tidur.

" Setidaknya beri aku kode, jadi aku tahu kalau ucapanmu itu bohong. Kau sungguh membuatku panik," ucap Joshua.

" Ya, maafkan aku,"

" Hm, sudah lupakan. Besok kita harus bangun pagi, jadi malam ini kita harus tidur cepat," ucap Joshua.

Zino melirik Joshua yang sudah memejamkan matanya, berusaha untuk terlelap dengan cepat. Sementara dirinya justru kesulitan untuk tidur karena entah mengapa dia takut bermimpi.

" Joshua, kau tidak marah padaku lagi kan?" tanya Zino.

" Tidak, mana mungkin aku marah. Aku hanya kesal dan khawatir saja," ucap Joshua, tanpa membuka matanya.

" Hmm..... Baiklah, selamat tidur"

Kalau dipikir-pikir lagi, mereka berdua tidak pernah bertengkar hebat hingga mendiamkan satu sama lain. Pertengkaran mereka hanya berlangsung di hari itu, dan pada malamnya mereka pasti akan berbaikan.

' Kalau tidak ada Joshua, bagaimana aku bisa bertahan?'

Perjalanan mereka cukup lama hingga sampai di gerbang Desa Goldie. Mereka disambut oleh Pak Bruno, sang kepala Desa Goldie. Lalu mereka, termasuk Pak Bruno, menaiki sebuah mobil angkut yang bisa mengangkut mereka semua.

Mereka naik ke bagian belakang mobil yang bisa dibilang mirip dengan truk pengangkut barang itu. Kursi dibagi menjadi dua, disisi kanan dan kiri. Zino duduk di paling pojok, dihimpit oleh Joshua dan bagian mobil. Di depannya, ada Dylan yang tampak serius membaca sebuah buku yang entah darimana dia bawa.

" Dylan, buku apa itu?" tanya Zino, sembari menunggu yang lainnya naik.

" Oh? Ini buku tentang tanaman-tanaman di Desa Goldie, Kak. Selain bunga Laverie, masih banyak tanaman langka lainnya yang ada disana," ucap Dylan.

The FighterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang