3📖

8K 553 13
                                    


Dulunya Galen sangat senang bertemu Inara, dulunya Galen selalu bersyukur atas hadirnya Inara, dulu pula Galen bersumpah tak ingin meninggalkan Inara.

Galen akui kalau dirinya berengsek, tapi Galen sendiri tak ingin membohongi perasaannya. Semenjak datangnya Syakila, Galen merasa ada yang berbeda, Galen seolah-olah merasa tenang ketika bersama gadis itu.

Galen kagum karena ketangguhan Syakila yang menjalani kehidupan. Galen pun kagum dengan kesabaran hati Syakila yang sepertinya Galen menyukai gadis itu dan membuatnya tutup mata akan kesempurnaan yang dimiliki Inara.

"Len, bagi minum dong. Gue haus banget nih." Keano mengusap keringatnya dengan tisu.

Galen menggeleng. Tak ada seorangpun yang boleh mengambil minumnya dengan alasan itu adalah pemberian Inara.

"Kalo minta jangan sama orang pelit. Nih gue kasih," sambung Dean lalu menyodorkan satu botol Aqua kecil kepada Keano.

Keano menerimanya lalu meneguk air tersebut hingga tak tersisa, setelah habis Keano duduk di samping Galen, Viger dan juga Dean.

Keano memandangi Galen yang sibuk menatap botol minum tapi tak diminum. Dulu sempat Keano bertanya pada Galen, kenapa nggak lo minum air dari Inara? Bukannya diminum saat itu Galen malah meminta air padanya dan jawaban Galen saat itu, sayang kalo diminum. Biarin aja utuh kayak cinta gue ke dia. Memang terdengar alay saat itu tapi mata Galen terpancar rasa cinta yang sangat besar.

"Enggak lo minum?" tanya Keano. Sama seperti biasa, ia akan menanyakan kala Galen hanya memainkan botol abu-abu tersebut.

"Sayang," jawab Galen lirih.

Dean berdecih memandang Galen sinis. "Kalo lo udah nggak cinta sama tuh cewek, ya udah sih jangan terima apapun dari dia."

"Gue nggak terbiasa."

"Bego banget sih lo, mempertahankan cewek jahat kayak Inara," maki Dean hingga membuat Harsa yang sedang memantulkan bola basket bersama Ben itu menjadi emosi.

Selama ini, di saat mereka membicarakan Inara, Harsa hanya diam menjadi pendengar dan juga diam. Harsa menahan emosi karena setiap membicarakan Inara, Dean akan selalu memaki. Temannya itu terlalu menunjukkan rasa ketidaksukaannya pada Inara.

"Heh, Dean! Harusnya lo minta Galen buat jauh-jauh dari Syakila karena mau diliat dari sisi manapun Inara lebih unggul dari tuh cewek. Inara lebih tangguh, dia tuh terlalu perfect," ujar Ben.

Dean terkekeh. "Perfect kata lo? Inara itu cewek toxic, cewek iblis, cewek jahat! Cuma orang buta yang suka sama dia."

Keano mengembuskan napas lalu menatap Dean yang sedang memasang wajah dongkol. "Artinya lo juga buta."

Terdiam, ucapan Keano membuat Dean merapatkan mulutnya enggan untuk mengeluarkan suara atau sekedar membicarakan Inara.

"Udah sih, jangan ngomongin Inara mulu. Gue muak dengernya," celetuk Viger lalu melangkah pergi.

Harsa memandang punggung Viger yang kian menjauh. Merasa miris saat tahu Viger manjadi sangat dingin dan terlihat membenci saudaranya sendiri.

Padahal mereka kembar hanya tak seiras saja.

_JARATARA!!_

"Denger-denger tadi pagi lo cari ribut lagi, ya, sama Syakila?" tanya Zoya-teman dekat Inara.

Berita tentang Inara yang mendatangi kelas 10 sudah menyebar luas bahkan para guru pun juga tahu akan berita tersebut namun tak ada yang menghukum Inara, entah apa alasannya.

Inara hanya mengangguk singkat sambil mengaduk es teh di depannya. Kepala Inara hanya terisi Galen dan Galen jadi dirinya tak fokus dan tidak berminat mendengarkan ocehan Zoya.

"Cewek kayak Syakila memang harus dibasmi, sih, biar populasinya menurun. Heran deh, jaman sekarang itu pelakor enggak tau malu banget." Kana bertopang dagu. "Kenapa sih lo nggak kasih tau orang tua Galen sama orang tua lo? Biar tuh cowok kapok."

Zoya mengangguk, menyetujui ucapan Kana. "Iya, tuh. Pasti Syakila sama Galen ada apa-apa. Nggak mungkin sebatas kakel bimbingan fisika doang, kan?"

"Kalo dipikir-pikir, si Syakila itu anak beasiswa dan pastinya dia pintar dong. Cuma fisika aja masa nggak bisa. Terus kalo dia nggak bisa fisika, tuh, beasiswa dapat dari mana?" oceh Kana merasa kesal.

Zoya kembali mengangguk. "Mungkin dia bisa di semua pelajaran kecuali fisika atau alasan doang nggak bisa fisika biar bisa deketan mulu sama Galen."

"Noh, kan! Mending putusin aja, deh, Ra. Gue yakin ada gajah di balik batu, nih, kalo gini ceritanya!" seru Kana.

Inara mengembuskan napas. "Gue nggak bisa putus gitu aja sama Galen. Gue sayang banget sama dia. Lo berdua tau lah berapa lama hubungan gue berjalan, enggak mungkin putus gitu aja."

Inara bertopang dagu sambil memainkan pipetnya di gelas. "Apalagi orang tua Galen tuh deket banget sama gue. Mereka bahkan anggap gue layaknya anak kandung, gue jadi nggak tega dan nggak bisa bayangin gimana sedihnya mereka kalau gue sama Galen putus."

Mata Inara menatap beberapa murid yang keluar masuk kantin hingga tatapannya tertuju pada cowok yang menjabat sebagai seksi keamanan itu sedang membawa banyak sekali makanan hingga membuat cowok itu kesusahan dan tanpa disadari Inara tertawa kecil.

Zoya menegakkan tubuhnya, ia mengingat sesuatu yang sepertinya harus disampaikan kepada Inara. "Eh, Ra. Lo dapat undangan dari Dean nggak?"

Kening Inara berkerut. "Undangan apa?"

"Dean, kan besok ulang tahun, Ra. Masa lo nggak diundang sih, kebangetan banget tuh orang." Alis Kana menukik.

"Lo ... lo berdua diundang sama Dean?" tanya Inara ragu.

Zoya mengangguk dengan semangat lalu merogoh sakunya dan memperlihatkan undangan kecil dengan motif Minions. Dean itu memang suka sekali dengan Minions.

"Tuh cowok kalo enggak suka terlalu diliatin banget sampai-sampai satu sekolah tau kalo dia benci sama lo," jelas Zoya dongkol. "Satu angkatan diundang semua bahkan guru-guru juga kok. Lagian nih, apa sih yang buat si Dean benci banget sama lo? Padahal kalo gue teliti, lo nggak pernah cari masalah sama tuh orang."

Inara membasahi bibirnya yang kering. Alasan Dean membencinya, Inara tahu namun Inara tak ingin memberitahu siapapun termasuk Zoya dengan alasan 'ingin menjaga perasaan Dean' Inara tak ingin hanya karena ia memberitahu alasannya, Dean malah menjadi malu dan semakin benci padanya.

"Udahlah jangan mikirin Dean. Walaupun gue nggak diundang, gue tetap bakalan dateng ke acaranya."

Mata Zoya melebar. "Serius, Ra? Padahal dia benci banget sama lo."

Inara memutar bola matanya jengah. "Bukan karena Dean, gue datang ke pestanya buat mantau Galen. Dia pasti datang sama Syakila dan lo pasti udah tau kan kebiasaan Galen sama yang lainnya kalo mereka party bakalan mabuk?"

Zoya mengangguk.

"Nah, mangkanya itu gue nggak mau Galen diapa-apain sama Syakila," lanjut Inara.

"Oh, gitu? Yaudah nanti gue kirim alamatnya aja deh, soalnya gue denger si Dean nggak ngerayain di rumahnya."

Inara kemudian menggeleng. "Lo nggak perlu kirim alamatnya, gue mau minta langsung sama Dean. Masa bodoh dia mau maki-maki gue yang penting gue dapat alamatnya."

**************************

JAGRATARA!! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang