"BANGSAT LO, SIALAN! ANAK ANJING, YA, GINI KELAKUANNYA!"
Tak henti-hentinya Ben memukul wajah cowok tanpa mengunakan baju itu.
Pukulan demi pukulan terus dilayangkan oleh Ben ke cowok itu.
"KENAPA? KENAPA LO LAKUIN ITU, BANGSAT!" Ben menangis membuat semua orang memalingkan wajah.
Vino, Damian, serta Brian hanya diam memandangi Rayyan yang sudah babak belur.
Tubuh Brian seolah-olah kehilangan nyawanya, ia ingin memukul wajah Rayyan tapi tidak lagi sanggup. Putrinya hancur karena cowok itu, semua impian Inara untuk menjadi seorang astronot pupus karena cowok itu dan kebahagiaan juga hilang sejak kehadiran Syakila dan juga Rayyan.
Rayyan pun hanya menunduk, ia malu karena kepergok sedang melakukan hal tak senonoh dengan selingkuhan Galen di rumahnya sendiri.
Sementara Harsa, cowok itu pergi ke ruangan lain yang ada di lantai atas. Cowok itu terkejut saat berada di sebuah kamar yang di sana banyak sekali foto Inara lalu di meja belajar Rayyan terdapat banyak foto gadis cantik yang tak berbusana, hal itu membuat Harsa memalingkan muka.
"Gila si Rayyan," gumam Harsa lalu mengambil semua foto para perempuan itu dengan mata terpejam.
Ben kembali menampar wajah Rayyan. "Inara punya salah apa sama lo? BERAPA BANYAK CEWEK YANG UDAH LO GAULI? Lo tau nggak kalau lo udah merenggut kebahagiaan Inara? Kenapa? Kenapa lo ngehancurin perempuan yang gue sayang, kenapa?"
Ben beralih menatap perempuan yang kini tubuhnya ditutupi oleh selimut. "Lo!" Ben menunjuk wajah Syakila. "KATANYA LO CINTA SAMA GALEN, TAPI APA? LO EMANG SAMPAH SYAKILA!"
"Ben berhenti, ayo bawa mereka ke kantor polisi." Vino melangkah maju tapi nampaknya Ben tidak menyetujui usul Vino.
"Bunuh aja, manusia kayak dia halal buat dibunuh, Yah." Harsa melangkah mendekati Vino lalu memberikan foto-foto tersebut.
Vino pun dibuat tercengang dengan apa yang anaknya dapatkan hingga mulutnya pun sampai terbuka sedikit. Vino lantas menggeleng tak habis pikir dengan Rayyan yang begitu menggilai sosok perempuan cantik.
"Bunuh aja." Rayyan mendongak lalu menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya. "Bunuh aku kalau kalian mau."
"Tujuan lo apa ngelakuin ini?" Dengan tenang Harsa mendekati Rayyan, ia sedikit melirik ke arah Syakila yang hanya diam.
Rayyan terkekeh. "Semua perempuan itu bajingan."
"LO YANG BAJINGAN!" bentak Ben tak terima.
"Perempuan itu murahan, semua perempuan itu sama aja. Kalian semua tau apa impianku?" Rayyan menatap mereka semua. "Menghancurkan hidup perempuan. Aku pun menggauli Inara karena aku suka sekaligus benci. Benci karena dia terlahir jadi perempuan yang cantik dan serba bisa, aku benci Inara yang hanya berpatok pada Galen tapi ... Di lain sisi aku juga suka sama Inara."
Rayyan memiliki ambisi besar untuk menghancurkan hidup semua perempuan yang menarik perhatiannya. Rayyan memiliki masa lalu yang begitu menyeramkan terhadap perempuan hingga membuatnya bersumpah akan menghancurkan siapa saja yang dapat membangkitkan hasratnya.
Vino geram, ia melangkah maju sambil merogoh borgol di sakunya. Vino ingin memborgol tangan Rayyan tapi dicegah oleh Harsa.
"Biarin dia pake baju dulu," kata Harsa lalu melangkah pergi.
Brian ingin ikut keluar tapi pergelangan tangannya dicekal oleh Syakila. "Lepaskan tangan saya."
"Om, maafin Syakila. Syakila ngelakuin ini demi uang, Papa ngejual Syakila ke Rayyan. Tolong jangan bawa Syakila ke penjara, Om."
Brian menepis tangan itu lalu menatap Syakila dengan tajam. "Kamu dijual dan itu bukan urusan saya. Lagipun kamu menikmati persetubuhan dengannya, kan?"
"Entah sudah berapa banyak perempuan yang anak itu gauli dan kemungkinan kamu akan terkena penyakit." Setelah itu Brian melangkah pergi.
*************************
Inara di operasi kurang lebih 5 jam, tengah malam. Usai di operasi Inara di pindahkan ke ruang rawat dan dikatakan oleh dokter bahwa gadis itu koma. Kabar mengenai Inara yang kecelakaan sudah di dengar oleh Zoya dan Nathan. Tak hanya itu, Galen pun juga tahu tapi tak berniat menemui Inara entah apa alasannya.
Nanda kini terduduk lemas di sofa yang sudah tersedia di ruang rawat. Tatapannya lurus ke arah brankar Inara. Jika dihitung, gadis itu sudah belasan kali masuk rumah sakit dan ini yang paling parah.
Viano mengusap punggung Nanda. "Mama makan, ya?"
Nanda tidak menjawab apapun menggerakkan kepalanya. Nanda hanya memandang kosong diiringi dengan air mata yang mengalir membuat Viano mengembuskan napas.
"Gue beli makanan buat Mama aja," ujar Viger memberikan usul membuat Viano mengangguk sekali lalu kemudian Viger melangkah pergi.
"Mama capek, Vi." Nanda mendongak menatap anaknya yang paling tua. "Mama bunuh diri aja, ya? Atau Mama pisah sama ayah, biar kamu sama yang lain tinggal sama ayah."
Viano duduk di samping Nanda. "Ma, Viano tau Mama lagi stres sama masalah yang terus aja berdatangan tapi Viano nggak akan pernah ngizinin Mama sama Ayah pisah. Begitupun dengan Inara dan Viger, mereka pasti nggak akan mau kalau orang tuanya pisah."
"Nggak ada anak yang setuju kalau orang tuanya pindah, nggak ada, Ma."
Nanda tergugu. "Tapi Mama capek, Vi. Dari dulu Ayah selalu mikirin diri sendiri, lalu akhir-akhir ini banyak banget masalah yang datang. Mama capek."
Viano hanya diam mendengarkan keluhan demi keluhan yang keluar dari mulut Nanda. Mama nya itu memang tak pernah mengeluh pada Inara maupun Viger, jika sedang ribut dengan Brian, Nanda pasti akan datang kepadanya sambil menangis lalu mengeluh.
Viano sendiri merasa maklum karena ia pun anak pertama dan ia lah yang paling dewasa. Viano harus bisa mengerti posisi kedua orang tuanya.
Kemudian Viano melihat Inara yang terbaring tak sadarkan diri di brankar. "Mama liat Inara?"
Nanda pun mendongak melihat ke arah putrinya yang dihiasi tabung oksigen. Wanita itu sebenarnya merasa terpukul melihat anaknya yang seperti ini.
"Anak Mama yang satu itu lagi butuhin Mama, aku, dan semua orang. Inara butuh semangat dari kita semua. Inara bisa sembuh kalau kita selalu ada buat dia. Ma, kita harus bangkitin impian Inara buat jadi astronot kayak dulu."
Viano mengusap pipi Nanda yang basah kemudian ia tersenyum lembut. "Kita semua harus sabar dan kuat, Ma. Tuhan lagi nguji kita."
***************************
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGRATARA!! (REVISI)
Teen Fiction** CERITA DALAM MASA PEROMBAKAN! Saat itu, Inara begitu mencintai sosok Galen. Inara selalu mempertahankan hubungannya yang seolah-olah sedang berada di dalam kapal dengan ombak dan badai yang berdatangan. Terombang-ambing. Galen percaya diri. Dia s...