32📖

6.7K 436 3
                                    

"Rumah lo enggak ada kopi, ya, Vi?" tanya Ben yang tengah berbaring di kasur.

Viger hanya menggeleng tanpa niat melihat lawan bicaranya, ia masih saja fokus pada ponsel dan entah apa yang cowok itu lakukan padahal sudah jelas tidak ada yang memberimu pesan, bahkan kuota saja Viger lagi dalam masa tenggang pastinya tak dapat bermain game online.

"Nggak enak banget. Semenjak kamar lo dipindah gue keringetan," keluh Dean lalu melepas kaos panjangnya yang berwarna putih.

Kontan saja Harsa mendongak lalu melebarkan mata saat Dean yang baru saja melepaskan baju itu ingin keluar kamar. "Mau ke mana?"

"Luar, cari angin."

"Jangan!" seru Harsa membuat yang lainnya menatap Harsa penuh rasa bingung.

Dean pun mengurungkan niatnya untuk membuka pintu lantas berbalik menatap Harsa.

"Kalo keluar pake baju," lanjut Harsa lalu melempar baju Dean.

"Biasanya juga kagak pake baju, lo biasa aja tuh. Enggak ngelarang kayak sekarang," sambung Keano.

Galen hanya diam memperhatikan mereka, lagian aneh saja tiba-tiba Harsa mulai melarang mereka padahal biasanya cowok itu enggan memperhatikan gerak-gerik teman-temannya sedetik pun.

"Ogah, ah. Lo emang enggak panas? Kamar Viger yang ini tuh sumpek banget, mana enggak ada AC." Dean kembali mengeluh hingga membuat Viger merasa sedikit kesal.

Viger meletakkan ponselnya di kasur lalu menatap Dean yang sedang berdiri di dekat pintu. "Awal gue ngundang lo pada kan gue udah bilang gimana keadaan kamar gue yang sekarang dan lo juga iya-iya aja waktu gue kasih tau. Sekarang malah ngeluh, kalo nggak suka ya sana pergi!" sarkasnya membuat Dean terdiam.

Keano terkikik. "Mampus lo."

Dean mendengus lalu memegang gagang pintu, saat ingin membukanya suara Viger kembali terdengar.

"Jangan lupa pakai bajunya kalo keluar, nanti diliat Inara gue malas tanggung jawab."

Dean tidak merespon. Memangnya kenapa jika ada gadis itu? Toh, sudah biasa kan Inara melihat dirinya atau yang lain tanpa baju seperti ini saat main ke rumah Viger?

Harsa menggelengkan kepala saat mengingat bahwa Dean adalah manusia keras kepala, buktinya saja Dean tak mau mendengarkan Viger lantas pergi keluar dengan baju yang tersampir dipundak.

Viger pun sama halnya, hanya bisa pasrah. Semoga ayahnya tidak marah akibat kelakuan Dean. Sebenernya Viger pun dilarang keluar kamar tanpa baju semenjak perilaku Inara yang aneh, bahkan Viger kerap kali membawa baju ganti saat ingin ke kamar mandi lantai bawah saat kamar mandinya kering kerontang.

Tidak terlalu memikirkan Dean, kini mereka kembali pada ponselnya masing-masing hanya Ben saja yang saat ini sudah pulas bahkan sampai mendengkur.

"SIALAN, NGAPAIN LO DI SINI!"

Viger dan yang lainnya terkejut mendengar suara di lantai atas. Tentunya Ben tidak terganggu.

Jantung Harsa berdegup kencang mendengar Inara berteriak. Merasa amat khawatir akhirnya ia lebih dulu keluar dari kamar Viger dan berlari ke kamar Inara.

Reaksi Harsa tak luput dari Viger, Galen, dan Keano.

***************************

Dean mengusap keringat di pelipisnya, ia menghela napas sesudah keluar dari kamar Viger.

"Gila, di sini lebih enak dari pada di kamar Viger."

Kemudian Dean melangkah mendekati sofa, diiringi siul riang Dean mengambil beberapa permen di sana lalu ia masukkan ke dalam saku celana.

JAGRATARA!! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang