Sore ini Zoya dan Nathan mengajak Inara untuk ke Gramedia, bukan keinginan Nathan ataupun Inara melainkan Zoya yang sudah heboh sedari tadi pagi karena mendapatkan informasi bahwa cerita kesukaannya sudah terbit dan tersedia di Gramedia.
Setelah dapat, Zoya memeluk erat novel tersebut dengan senyum lebar yang tidak pernah luntur. Gadis berambut panjang itu melirik ke arah Inara yang duduk di kursi depan dan Nathan yang sedang mengendarai mobil.
"Habis ini mau ke mana lagi?" tanya Nathan sedikit melirik ke arah Inara lalu kembali fokus pada jalan di depan sana.
Zoya menatap Inara yang hanya diam kemudian Zoya melirik Nathan. "Ke caffe dekat rumah Inara aja gimana?"
"Enggak!" sentak Inara membuat Nathan terkejut.
Inara tak ingin ke caffe tersebut karena ia akan mengingat kenangannya bersama Galen masa itu. Bukan karena takut galau, namun Inara tak ingin mengingat hal-hal bodoh yang pernah ia lakukan untuk cowok itu. Bahkan saat terakhir kali dirinya ingin merayakan ulang tahun untuk Galen, saat itu Inara benar-benar bodoh.
"Inara, lo suka bakso, kan?" Nathan mengemudikan mobil menuju toko makanan terdekat. "Gue punya kenalan tukang bakso di sekitar sini, pokoknya dijamin jos deh."
"Oh, tempatnya mang Alex, ya, Kak?" Zoya merespon dengan antusias membuat Nathan mengangguk.
Zoya kemudian menatap Inara lalu bertanya, "gimana, Ra, mau nggak?"
Inara mengangguk sekali, pasrah saja walaupun ia tahu tempat yang dituju Nathan kali ini masih dekat dengan caffe Mandara tapi Inara tak menunjukkan rasa ingin protesnya, kasihan dengan Nathan yang sudah berjam-jam menjadi supir untuknya dan Zoya keliling kota.
Lagu Love In Silence mengalun indah di telinga tiga remaja dalam mobil, sesekali Nathan bersenandung menikmati lagu tersebut.
"Lo suka juga sama lagunya?" tanya Inara membuat Nathan menoleh singkat kemudian tersenyum lembut.
"Ya, gue sama Zoya suka."
"Lagunya bagus tapi gue nggak tau siapa yang ciptain," sambung Zoya.
Benar saja apa yang diucapkan Zoya. Lagu Love In Silence memang sempat viral bahkan banyak anak muda yang menyanyikan lagu tersebut.
"Hm, gue cuma tau kalo dia asli Indonesia. Ada kok Chanel You--tubenya. Cuma, ya, itu ... nggak diperlihatkan mukanya kayak apa." Inara berkata dengan kening berkerut.
Inara pun menyukai lagu tersebut, berkali-kali ia dengarkan. Suara bass yang ada di channel Boyxzyr666 itu benar-benar mampu membuatnya candu.
"Pasti ganteng, Ra, udah keliatan dari suaranya yang serak-serak basah gitu." Zoya cekikikan hingga membuat Nathan menatapnya tajam dari balik kaca mobil.
Inara mengangguk santai. "Bisa jadi."
Nathan mengembuskan napas. Ada rasa tak nyaman saat Inara menyetujui ucapan Zoya. Seumur hidupnya, dari jaman mereka berteman, Inara tak pernah sekalipun memujinya.
Nathan cemburu, sangat cemburu.
"Nathan juga ganteng, kok." Inara berkata lembut menatap Nathan yang sekarang sudah memasang wajah tak enak dipandang.
******************
Selepas dari caffe, Syakila meminta Galen untuk mengantarkannya ke toko buku terdekat. Tidak perlu menggunakan kendaraan, Galen dan Syakila cukup menyebrang jalan lalu melangkah lurus hingga berhadapan dengan toko buku bekas tersebut.
"Kamu mau ikut masuk?"
Galen benci buku, bahkan Galen tak pernah ke perpustakaan ataupun ke Gramedia. Melihat banyak buku yang tersusun membuatnya mual dan pusing.
Galen menggeleng ogah-ogahan. "Aku tunggu luar aja."
Syakila mengerti bahwa Galen merasa sudah bosan, memang kencan mereka hari ini tidak ada yang menarik, hanya makan dan menceritakan masa lalu Galen dan Inara lalu ke toko buku bekas. Percakapan mereka pun terdengar sangat membosankan.
Gadis berwajah manis itu kemudian mengangguk lalu tersenyum tipis, miris sekali meratapi hubungannya yang masih saja kaku seperti ini.
Syakila kemudian melangkah masuk dengan kepala tertunduk menyembunyikan kesedihannya. Sementara Galen kini hanya berdiri di depan pintu toko, cowok itu sudah seperti satpam saja.
Matanya berkeliaran, berharap mendapatkan hiburan yang membuat bosannya hilang, namun apa yang Galen lihat hari ini malah membuat hatinya kian kacau.
Kedua tangan Galen terkepal kuat saat melihat sebuah mobil hitam terparkir tak jauh dari tempat Galen berdiri.
Di sana-Nathan baru saja keluar dari mobil lalu berlari kecil memutari mobil lalu membukakan pintu untuk sekarang gadis dengan mengenakan dress biru langit bercorak bunga.
Disusul pintu belakang mobil terbuka dan memunculkan sosok Zoya yang dengan riang berlari meninggalkan Nathan dan Inara yang masih sibuk tertawa melihat kelakuan Zoya. Hati Galen merasa sudah terbakar, kedua orang itu sudah seperti sepasang kekasih saja dan Galen tidak terima.
Mata Galen melebar seakan-akan ingin keluar dari tempatnya. Cowok itu sangat syok saat melihat Nathan yang dengan santainya merangkul bahu Inara membuat gadis itu sedikit terkejut lalu tersenyum canggung.
Tidak bisa dibiarkan!
Galen melipat baju panjangnya lalu berjalan dengan langkah panjang ke tempat Inara dan Nathan, mereka sepertinya ingin menjajakan Inara dengan makanan kesukaan gadisnya.
Dengan emosi yang meletup-letup, Galen menarik pergelangan tangan Inara lalu menyembuhkan gadis itu di belakang tubuhnya, tidak membiarkan Nathan menyentuh Inara lagi.
"LO APA-APAAN, SIH!" bentak Inara ketakutan.
Galen menatap Inara dengan pandangan pilu. "LO YANG APA-APAAN! Bisa-bisanya lo jalan sama dia," seru Galen sambil menunjuk wajah Nathan.
"Kalo Inara jalan sama gue terus kenapa?" Satu alis Nathan terangkat. "Siniin Inara, Len. Lo buat dia takut."
Galen terkekeh sinis. "Inara nggak pernah takut gue sentuh. GUE PACARNYA!" Galen kemudian menatap Inara lagi, benar saja wajah gadis itu sudah sangat pucat. "lo benar-benar ganjen, Ra. Semua aja lo deketin. Dulu gue, habis itu si Nathan tolol ini. Kemarin juga gue liat lo berduaan sama Harsa di halte."
"Jaga omongan lo, Le." Nathan menatap tajam orang di hadapannya. "Kalo Inara ganjen terus lo apa? Lo cowok yang nggak cukup sama satu cewek, bahkan untuk selingkuh aja lo cari cewek rendahan. KURANG APA INARA BUAT LO, LEN!" bentak Nathan berang.
Galen terdiam, sementara Inara memundurkan langkahnya lalu berlari ke arah Nathan dan menyembunyikan dirinya sendiri di belakang si seksi keamanan tersebut.
Galen melirik Inara. Wajahnya berubah sedih dan terlihat amat menyesal. "Ra, maaf--"
"Enggak perlu. Maaf lo nggak akan pernah berlaku, Len. Sampai kapanpun gue akan ingat perilaku buruk lo ke gue dan lo harus ingat kalo kita udah nggak ada hubungan apa-apa," ujar Inara dingin. "Ayo, Than, gue udah lapar," lanjutnya lalu menyeret Nathan dan masuk ke toko bakso tersebut.
Galen memandang punggung Inara dengan nanar. Penyesalan di hatinya kian melebar, ingin melepaskan Syakila namun sulit, tapi hatinya terus meronta agar ia kembali pada Inara.
Tekadnya sudah bulat. "Gue nggak akan ninggalin Syakila tapi gue juga harus berusaha dapetin Inara lagi."
***********************
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGRATARA!! (REVISI)
Teen Fiction** CERITA DALAM MASA PEROMBAKAN! Saat itu, Inara begitu mencintai sosok Galen. Inara selalu mempertahankan hubungannya yang seolah-olah sedang berada di dalam kapal dengan ombak dan badai yang berdatangan. Terombang-ambing. Galen percaya diri. Dia s...