"INARA!"
Semua murid menatap Galen yang berjalan tergesa-gesa mendatangi dua gadis di bawah pohon. Tidak hanya Galen, tapi teman-teman cowok itu pun mengikuti dari belakang yang tidak ada hanya Dean dan Viger.
Wajah Galen sudah terlihat berang sekarang.
Inara melipat kedua tangannya di dada, memandang Galen yang kini di hadapannya dengan pongah. Keduanya memang berjarak sedikit jauh jadi Inara tidak perlu khawatir.
Galen menatap Syakila yang sedang menunduk sambil memegangi pipinya.
"LO APAIN SYAKILA, RA!"
Inara terkejut bukan main saat tiba-tiba saja Galen berteriak kencang membuat aktivitas murid lain terhenti.
Inara terkekeh. "Serius lo tanya itu ke gue?" ujarnya masih diiringi kekehan kecil kemudian menatap Syakila yang masih saja menangis. "Syakila, lo jangan bisanya nangis doang, dong!"
Syakila enggan mendongak atau sekedar merespon Inara. Sungguh, pipinya benar-benar terasa sangat perih tak sanggup ia mengeluarkan beberapa kata saja.
"Minta maaf sekarang," kata Galen dengan nada rendah. Cowok itu sangat marah sekarang, ketara sekali dengan wajahnya yang kian memerah.
Inara minta maaf? Memang apa salahnya? Toh, Syakila yang meminta lalu kenapa dirinya yang harus minta maaf.
"MINTA MAAF SEKARANG, RA!" teriak Galen merasa gemas dengan Inara yang masih saja bungkam dan menatap Syakila tajam.
Harsa mengerutkan kening, ia tak suka jika Inara dibentak seperti itu. Harsa mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras, napasnya naik turun. Harsa ingin mendekati Galen dan memukul kepala cowok itu tapi Keano mencegahnya.
"Gue nggak merasa bersalah jadi buat apa minta maaf?"
Galen menatap cewek di depannya dengan tajam, ia melangkah maju tapi Inara mundur. Gadis itu tampaknya sedang was-was. "Nggak mau minta maaf?" Satu alis Galen terangkat. "Sekali lagi gue bilang, minta maaf atau lo yang gue tampar balik."
"Galen!" bentak Keano di dekat Harsa.
Keano sebenarnya juga tidak suka kalau Inara diperlakukan seperti ini oleh Galen. Keano tidak tahu mana yang salah mana yang benar jadi ia tak akan membela salah satunya. Tapi ... Inara perempuan yang ia suka, Keano tak ingin orang seperti Galen menyakiti Inara.
Inara mengangguk pelan sambil tertawa sumbang. Gadis dengan mata yang sedikit memerah mulai maju beberapa langkah membuat Harsa menggelengkan kepala.
"Enggak, Ra. Jangan dekati Galen."
Sayangnya Inara tidak mendengar suara Harsa. Gadis itu terus maju hingga benar-benar berdekatan dengan Galen. Percayalah, jantung Inara sudah berdecak kencang, bahkan kepalanya terasa pusing.
"Ayo tampar gue," ujar Inara dengan suara serak. "Gue nggak akan mau minta maaf, jadi lebih baik lo tampar gue sekarang."
Galen masih diam menatap Inara tajam. Sejujurnya, ia pun tak tega berbuat kasar pada Inara tapi Galen tidak menyukai gadis yang kasar. Dengan mata kepalanya sendiri, Galen dapat melihat dari kejauhan bahwa Inara menampar pipi Syakila begitu kuat.
"Ayo tampar gue, tunggu apa lagi? Tapi setelah lo tau alasan yang sebenarnya, jangan harap gue maafin lo."
"Gue nggak akan nampar lo kalo lo minta maaf, gue nggak akan bentak lo kalo lo nggak sekasar tadi, Ra. Gue benci sama cewek keras kepala!"
"GUE NGGAK AKAN NAMPAR CEWEK LO, KALAU DIA NGGAK MINTA!" teriak Inara sudah habis kesabarannya.
Galen tentu saja terkejut mendengar teriakan Inara. Mata itu ... mata tajam yang tak pernah ditunjukkan oleh Inara kepadanya. Sekarang, mata Inara memancarkan kebencian yang sangat besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGRATARA!! (REVISI)
Teen Fiction** CERITA DALAM MASA PEROMBAKAN! Saat itu, Inara begitu mencintai sosok Galen. Inara selalu mempertahankan hubungannya yang seolah-olah sedang berada di dalam kapal dengan ombak dan badai yang berdatangan. Terombang-ambing. Galen percaya diri. Dia s...