Galen pikir hanya di hari Minggu saja Inara tidak ada kabar, nyatanya gadis itu sama sekali tidak ada kabar selama seminggu penuh.
Tidak mengabarinya lewat chat, tidak menelponnya, tidak lagi main ke rumahnya, bahkan Inara tidak berangkat sekolah selama satu Minggu penuh.
"Sebenarnya adik lo kemana sih, Vi?" tanya Keano seolah-olah sedang mewakili pertanyaan Galen.
Viger diam sejenak. Ingin menjawab, tapi dirinya pun tak tahu kemana gadis itu pergi. Semenjak Inara menelponnya malam itu, semua seakan berubah, perasaan Viger pun nyatanya sampai sekarang tidak memiliki rasa nyaman. Otak Viger seminggu ini terus memikirkan Inara yang menghilang begitu saja.
Dean menyenggol lengan kekar milik Viger. "Heh, ditanyain juga. Si cewek ular ke mana?"
Harsa menutup buku tulisnya dengan kasar, kemudian memandang Dean dengan tatapan sinis. "Bisa nggak, sih, jangan maki Inara sekali aja?"
Semua terdiam bahkan Galen menatap Harsa bingung karena tidak biasanya Harsa akan sensitif seperti ini.
"Kenapa? Emang salah sama omongan gue?" Dean mengerutkan kening.
"Salah banget, bego!" sambung Keano lalu menjitak kening Dean, ia gemas dengan mulut sahabatnya itu.
Viger hanya mendengus lalu menggeleng pelan. "Sebenarnya ... " Menggantung, membuat teman-temannya menatap Viger penasaran.
Viger membasahi bibirnya yang kering lalu kembali berucap, "Inara udah lama nggak di rumah semenjak pestanya Dean waktu itu ... gue nggak pernah liat Inara. Orang tua gue juga jadi jarang banget balik, kalau balik cuma ambil berkas penting, baju atau ... ngingetin gue supaya nggak telat makan setelah itu mereka bakalan pergi dan nggak tau ke mana."
Viger menatap temannya satu persatu. "Bukan cuma itu, tapi bang Vian juga kayaknya pulang dari Amsterdam soalnya gue ada liat satu koper punya dia cuma orangnya nggak ada."
Galen kembali termenung. Kemana gadis itu pergi? Pertanyaan seperti ini selalu ada dibenaknya, apalagi sekarang Viano-kakak tertua dari Viger dan Inara kembali dari Amsterdam yang artinya ada yang tidak baik-baik saja dengan keluarga gadis itu, tetapi kenapa Viger tidak tahu?
Keano mengibaskan tangannya ke udara. "Bang Vian mau nikah mendadak kali. Ya, lo tau sendirilah abang lo itu udah tua dan mungkin lo nggak diajak karena bukan asli keluarga om Brian."
"Sialan lo," gumam Viger.
"Lagian ngapain juga nanya-nanya soal tuh cewek. Harusnya kita senang dong, selagi nggak ada Inara semua jadi tentram. Nggak ada yang ngerecokin kita, nggak ada yang ngejar-ngejar Viger, nggak ada yang ganggu Galen dan nggak ada yang nyindir-nyindir Syakila." Dena menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi belakang, mata sipit itu memandang beberapa murid yang keluar masuk kelas.
Galen mengangguk samar. Ucapan Dena ada benarnya, semenjak Inara menghilang semua baik-baik saja. Sekolah seakan tentram tanpa adanya Inara, begitu pula dengannya dan juga Syakila. Berbeda sekali saat masih ada Inara, Galen akan merasa resah dan khawatir kalau-kalau nanti Inara akan menunjukkan sisi iblis di hadapan gadis yang ia sukai.
"Benar sih kata Dena, semenjak nggak ada Inara Syakila jadi tenang, nggak ngerasa takut gitu. Tapi jujur nih, ya, gue ngerasa kayak ada yang kurang aja kalo nggak ada Inara," ujar Keano.
Dean tergelak. "Bilang aja lo masih suka Inara."
Galen, Harsa dan Viger menatap Keano dengan pandangan yang ... entahlah sulit sekali untuk menebak tatapan mereka.
Keano hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal tak pula pula ia memasang cengiran canggung. "Ya ... gue emang masih suka---"
Galen, Viger dan Harsa melebarkan mata membuat Keano sedikit gelagapan. "Tapi ... t-tapi gue nggak ada niatan buat nikung teman kok."
Sebenarnya, fakta yang satu ini sudah diketahui oleh Galen dan yang lainnya tapi mereka pun tidak menyangka kalau Keano sampai saat ini masih menyimpan rasa pada gadis itu.
Keano menyukai Inara dari semester 2 kelas 10 dan bertahan sampai 2 tahun lamanya. Patut diapresiasikan karena cowok itu sama sekali tidak menampakkan rasa cemburu saat Galen dan Inara bermesraan di hadapan Keano.
Sebenarnya jika dipikir-pikir, yang menyukai Inara itu lumayan banyak bahkan saudara Galen pun ikut terlibat namun, sayang sekali Inara yang pandai di bidang sains itu malah memilih Galen untuk menjadi kekasihnya. Padahal cowok yang menyukai Inara tidak ada yang neko-neko.
Saat Viger ingin berbicara tiba-tiba ponselnya memunculkan notifikasi dari Viano membuatnya bergegas untuk membaca pesan tersebut.
[Pulang sekolah, bawa Galen, Dean ke rumah. Ada yang mau saya omongin.]
Kening Viger berkerut. Abangnya sudah ada di rumah dan artinya Inara juga berada di rumah. Tapi, untuk apa Viano meminta Galen dan Dean ke rumahnya?
Kalau hanya Galen ini masih wajar karena cowok itu adalah pacar adiknya tetapi Dean?
"Kenapa, Vi?" tanya Galen.
Viger menyodorkan ponselnya ke arah Dean dan juga Galen.
Dean berasa bahunya sangat lemas. Kenapa dirinya diikut sertakan? Sebenarnya, ia merasa takut dengan wajah Viano, apalagi saat membaca pesan di ponsel Viger. Dean merasa ada sesuatu yang mengganjal dan dirinya terlihat masalah besar.
"Perasaan gue nggak enak, lo semua hati-hati aja," celetuk Harsa lalu melangkah keluar kelas.
_JAGRATARA!!_
"Kamu bilang, kamu nggak akan ninggalin aku."
"Kamu juga pernah janji sama alam semesta kalo kamu ninggalin aku, kamu bakalan minta maaf sambil bawa 5 senja buat aku dan aku udah bilang kalau kamu ninggalin aku, kamu harus bawain banyak bunga dandelion."
"Galen, jangan ingkar janji, ya."
"Cinta aku ke kamu itu sedalam samudera."
Galen bangkit, ia terengah-engah dengan keringat yang bercucuran di kening. Merasa sadar, cowok berkulit putih itu melihat sekelilingnya yang ternyata Galen masih di rofftop. Karena jelasnya jam kosong, Galen lebih memilih pergi ke rofftop dan tidur tapi sayang sekali, ia harus memimpikan Inara.
Bayangan mimpinya melihat bahwa Inara sedang menangis dengan tubuh yang ditutupi banyak darah, ada banyak lebam di wajah Inara, suara isak tangis gadis itu terdengar menyayat dan mampu membuat hati Galen merasa perih. Mimpinya seolah nyata.
Galen mengusap sudut matanya yang berair, memimpikan Inara membuatnya panas dingin hingga gemetar.
Cowok itu kemudian mengotak-atik ponselnya mencoba untuk menghubungi Inara, karena kenyataannya semenjak pesta yang diadakan oleh Dean, Galen sama sekali tidak pernah menghubungi Inara karena biasanya gadis itulah yang akan menghubunginya lebih dahulu.
Galen: Nara, di mana? Knp g prnh ada kbr?
Galen: Nara, hub gue kalo ad masalah. Gue khawatir.
Akhirnya Galen menyingkirkan segala gengsinya dan mengakui kalau dirinya merasa khawatir dengan gadis itu. Seminggu tidak mendapatkan kabar dari kekasihnya, siapa yang betah?
Galen menunggu beberapa menit tapi tidak ada balasan hingga membuat cowok itu berdecak kesal. Galen mencoba menelpon tapi tidak ada jawaban.
Ya Tuhan, sebenarnya ke mana Inara pergi?
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
JAGRATARA!! (REVISI)
Teen Fiction** CERITA DALAM MASA PEROMBAKAN! Saat itu, Inara begitu mencintai sosok Galen. Inara selalu mempertahankan hubungannya yang seolah-olah sedang berada di dalam kapal dengan ombak dan badai yang berdatangan. Terombang-ambing. Galen percaya diri. Dia s...