13📖

8.9K 564 2
                                    

Pulang sekolah sudah menjadi rutinitas Harsa untuk berenang di kolam samping rumah tak lupa menyediakan berbagai macam buah, salad sayur, dan minuman dingin. Tapi untuk hari ini Harsa tak memiliki hasrat untuk berenang atau sekedar memakan buah seperti biasa.

Hanya ditemani secangkir kopi hangat dan alunan lagu Love In Silence.

"Bu, liat tuh Kakak. Tumben nggak berenang," ujar gadis 16 tahun menunjuk Harsa yang sedang melamun di kursi taman.

Fika---Ibu Harsa dan Vanya itu lantas tersenyum lembut ke arah putrinya. "Kamu ke kamar dulu, ya. Nanti kita nonton lagi."

Vanya mengangguk lalu pergi ke kamar sedangkan Fika kini mulai mendekati Harsa lalu duduk di sebelah pemuda itu dan ikut memandangi berbagai macam bunga.

"Harsa sekarang punya hobi baru, ya?"

Harsa mengerjapkan mata lalu menatap Fika.

Fika terkekeh kecil. "Biasanya kamu tuh kalo pulang sekolah pasti berenang sambil makan buah tapi hari ini tumben nggak berenang dan malah ngeliatin bunga-bunganya Ibu."

Harsa menggaruk kepalanya, ia bingung mau merespon seperti apa hingga akhirnya tetap diam dan kembali melihat bunga-bunga cantik di depannya.

"Harsa, kamu tau nggak makna dari bunga mawar?"

"Mendeskripsikan cinta, kan?" Satu alis Harsa terangkat lalu disusul sudut bibirnya yang ikut terangkat. "Mawar juga melambangkan kesetiaan antara dua cinta dan bunga mawar jadi pilihan yang paling tepat untuk diberikan sama orang terkasih."

Harsa menatap Ibunya yang sedang tersenyum manis. "Ibu kenapa tanya gitu? Ibu mau kasih mawar ke siapa? Inget, ya ... ayah lagi kerja di luar kota jadi Ibu nggak boleh selingkuh."

"Kamu ini ngomong apa sih? Ibu itu bahas bunga mawar karena lagi nyindir kamu."

Harsa terdiam. Mengingat temannya tukang selingkuh, Harsa jadi sedikit parno. Takutnya salah satu keluarga juga tergiur dengan kata selingkuh. Sangking takutnya, Harsa pun sering menelpon ayahnya yang menjadi polisi di luar kota, Harsa tak ingin saat ayahnya yang sedang bertugas itu malah mencari wanita lain.

"Ibu tau kamu lagi patah hati, mungkin setiap hari kamu patah hati." Fika melihat Harsa yang sedang menatapnya kesal. "Kenapa nggak kamu kasih mawar aja biar si dia yang kamu suka biar peka?"

"Ibu kira gampang? Bertahun-tahun Harsa suka tapi Harsa nggak punya nyali. Apalagi dia sekarang kayak nggak suka didekatin sama banyak cowok kecuali Nathan dan ... mungkin juga Tiar."

"Siapa Nathan dan Tiar?" tanya Fika. "Wah, sainganmu tambah banyak, ya? Kayaknya teman-temanmu itu juga suka."

Harsa mengangkat bahunya tak tahu tentang kabar perasaan teman-temannya. "Nathan itu seksi keamanan di sekolah kalau Tiar itu ketua takraw. Entah dari kapan mereka dekat dan Harsa nggak suka liatnya."

"Kamu udah ketinggalan jauh lho ... katanya dia pernah pacaran sama Galen dan sekarang dekat sama anak berpengaruh di sekolahmu, terus kapan anak Ibu bisa ngalahin mereka?"

"Dia sakit, Bu."

"Kalo gitu kirim aja bunga Peony."

"Aku nggak pernah dekat sama dia, Bu. Nanti kalo tiba-tiba aku kasih bunga malah dia nya takut."

Kali ini Fika terbahak. "Kamu ini cowok, ganteng, pinter, kaya, nggak kasar, tapi kok nyalinya ciut banget sih. Perasaan Ibu, ayahmu nggak gini deh."

Harsa mendengus kesal. Mungkin saja jika ada ayahnya di sini, bukan hanya Fika yang tertawa kemungkinan besar ayahnya akan mengolok-olok sampai tahun depan.

JAGRATARA!! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang