9. HOW IS EVERYTHING DIFFICULT

7.2K 562 33
                                    

AUTHOR POV

Menunggu adalah kata yang sederhana namun sangat sulit untuk diterapkan. Butuh kesabaran dan keikhlasan hati untuk bisa menjalaninya. Sayangnya, tidak sedikit orang yang memiliki sifat tidak sabar dalam menunggu dan terkesan terburu-buru. Sabar menunggu mungkin terasa sulit dilakukan, tapi kita bisa mendapatkan manfaat hidup darinya.

Dalam kehidupan sebenarnya kita sudah terbiasa menunggu. Seorang ibu yang dengan sabar menunggu kelahiran anaknya, seseorang yang sabar menunggu kesembuhan tubuhnya yang sakit, atau seperti Lisa yang sabar menunggu kehadiran wanita berpipi mandu yang memberinya silent treatment selama dua hari ini.

Lisa melirik waktu di jam tangannya, sudah sepuluh menit sejak dia berada di parkiran basement itu. Dia terus melirik ke arah pintu lift dan berharap orang yang dia tunggu segera datang. Sekitar lima menit kemudian dia melihat sosok wanita cantik yang mengenakan setelan kerja panas itu akhirnya keluar.

Lisa yang semula bersandar pada kap mobil, seketika menegakkan tubuhnya. Lisa hanya mematung di sana tanpa bisa menyapa Jennie. Wanita berambut cokelat itu berjalan ke arah kursi penumpang dan menatap Lisa yang hanya bergeming di tempatnya.

"Mau sampai kapan kau berdiri di sana? Apa kau memiliki 9 nyawa sehingga berani mengajakku bicara di tempat terbuka seperti ini?"

"Anieyo, kita tidak akan berbicara di sini. Aku akan mengajakmu ke tempat lain."

"Kalau begitu cepat buka pintu mobilnya." Jennie berdecak.

Lisa menekan tombol open pada remote mobilnya dan mengikuti Jennie masuk ke dalam mobil berwarna hitamnya. Sebelum Lisa sempat mengucapkan sesuatu, Jennie sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Bisakah kau hidupkan dulu mesin mobil dan membawaku keluar dari gedung ini sebelum kau mengucapkan apa pun yang ingin kau katakan?"

"Ya, baiklah." Lisa mengangguk.

Keduanya pergi dari gedung Skynet dan masuk ke kawasan sibuk kota Seoul. Lisa sesekali melirik Jennie, mulutnya terasa kaku untuk mengeluarkan satu kata sekali pun.

"Apa kau lapar?" Tanya Lisa ragu-ragu.

"Ini sudah masuk waktunya jam makan malam, menurutmu bagaimana?" Jennie memutar bola mata.

"Aku juga lapar." Lisa terkekeh.

Karena takut kejadian di Dandelion Cafe akan terulang kembali, Lisa memilih untuk mengajak Jennie pergi ke restaurant lain yang jarang mereka kunjungi. Jennie hanya diam menikmati makanan karena Lisa masih belum berani mengatakan apa pun untuk mencairkan suasana.

"Mandu?" Lisa akhirnya mengeluarkan satu kata.

Lisa membersihkan tenggorokan dan Jennie melirik ke arahnya.

"Sebenarnya aku bingung harus mengatakan apa karena telah salah menuduhmu tadi. Aku minta maaf tentang kejadian di kantor tadi siang dan juga sebelumnya."

Jennie melirik sekilas lalu kembali melanjutkan mengunyah makanannya.

"Bagus jika kau sadar mengapa aku tidak mengikutsertakanmu dalam project ini."

UNHOLY [ JENLISA ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang