ONE MONTH AGO
AUTHOR POV
Perpisahan terkadang membuat kita merasa seperti dunia akan berakhir. Namun perpisahan juga memberikan kesempatan untuk merenung ingin menjadi seperti apa, serta tumbuh sebagai pribadi yang lebih baik dan menghargai kebersamaan dengan diri sendiri.
Tidak ada orang yang benar-benar bersenang-senang saat berkendara melewati kota yang memiliki kenangan bersama orang yang dicintai. Tetapi di sisi lain, kita bisa menjadi lebih kuat dan lebih bahagia karena cobaan yang berhasil kita lewati.
Terlepas dari situasi yang mampu menyiksa diri, ingatlah bahwa badai akan berlalu. Kita hanya membutuhkan suatu penghiburan dan menyadari bahwa akan selalu ada cahaya di ujung jalan gelap ini. Bukankah Tuhan tidak memberikan cobaan di luar kemampuan hambaNya?
Patah hati bukanlah hal baru bagi Jennie, tapi setiap kali hal ini terjadi selalu menyisakan rasa sakit berkepanjangan. Jennie tidak terkejut dengan akhir cerita ini, tapi dia masih tetap berani untuk menjalani semuanya dengan harapan kosong.
Seharusnya Jennie menyadari jika mimpi itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan, terlalu baik untuk menjadi akhir kisah mereka. Mungkin Jennie akan kembali pada tahapan di mana dia akan menangis, belajar dari pengalaman, memaafkan dan move on. Membiarkan air mata itu menyirami benih kebahagiaan di masa depan.
Jennie tidak mengetahui sudah berapa lama dia menangis, hal yang dia ingat adalah air mata itu jatuh ketika pertengkarannya bersama Lisa. Hatinya benar-benar hancur, bahkan lebih sakit dari sebelumnya. Siapa yang sanggup menjalani kehidupan seperti itu? Harus mengulang rasa sakit berulang kali, mungkin Jennie terlalu bodoh dan dibutakan sesuatu yang bernama cinta.
Jennie benar-benar tidak tidur semalaman, meski tubuhnya kelelahan tapi rasa kantuk sama sekali tidak menghampiri. Dia mengambil ponsel yang berada di atas tempat tidur dan mencari nama Chaeyoung di sana. Langit masih gelap, namun Jennie benar-benar tidak sabar menunggu matahari hadir untuk menyapa dunia.
KIM HOUSE
RING RING RING
Jisoo mendengus kesal mendengar suara dering ponsel Chaeyoung. Wanita berambut raven itu mengutuk beberapa kali dan kembali memejamkan mata. Namun suara dering tidak berhenti dan berhasil membawa kesadaran Chaeyoung kembali. Wanita berambut peach itu bergeser untuk meraih ponsel yang berada di atas nakas.
"Annyeonghaseyo.."
Tidak ada balasan.
"Wifey?"
Chaeyoung melirik ponsel untuk memastikan jika dia tidak salah menyapa orang yang menghubunginya.
"Are you there, Jennie-ya?"
Dan Chaeyoung berhasil mendengar sesuatu.
Seperti suara tertahan yang begitu menyakitkan.
"Jen?"
"Wifey?"
Tangisan Jennie akhirnya pecah.
"Oh, Sweetheart.." Chaeyoung bangkit dan bersandar di kepala tempat tidur.
Chaeyoung ikut merasakan kesedihan dalam suara tangisan Jennie di seberang sana, dia sudah siap untuk ikut meledak dalam rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNHOLY [ JENLISA ] ✔
Fanfiction[ AREA 🔞 G!P ] Kita jatuh terlalu dalam, lalu terpaksa berpisah karena suatu keadaan. Padahal kita tahu perasaan itu masih ada. Dalam perjalanannya, aku bertemu dan memulai sesuatu untuk berakhir tanpa sebuah kepastian. Pada cinta yang belum benar...