CHAPTER 8 - PREDATOR

9.1K 793 44
                                    

Update!!!!

Pasti udah banyak dari kalian yang nunggu chapter ini ahahaha bener ga? Coba mana suaranya!! Absen dulu!

Oke, langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

Luna berlari keluar kamar dan menyusuri lorong gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna berlari keluar kamar dan menyusuri lorong gelap. Dia bisa mendengar geraman penuh amarah yang berasal dari kamar dimana dirinya berasal. Sekilas dia menoleh ke belakang sebelum kembali menatap ke depan, berlari dengan sekuat tenaga. Luna berharap keberadaan Giana tidak terdeteksi oleh kaisar gila itu karena lebih terfokus pada dirinya semata. Satu-satunya harapan dirinya hanya Giana, dan jika sampai Giana tertangkap, maka dia tidak dapat memiliki kesempatan untuk pulang dan kembali ke dunianya.

Dengan kaki yang tanpa beralaskan sendal, dia berjalan cepat menuruni tangga. Sebisa mungkin Luna berusaha mengabaikan pemandangan mengerikan yang mengisi seluruh lantai dasar. Tubuhnya gemetar penuh teror saat kakinya menyentuh genangan cairan pekat yang memiliki bau menyengat. Dia menahan diri untuk tidak menangis ketakutan, karena jika dia tidak fokus sedikit saja, tubuhnya akan ambruk dan terjatuh. Luna tidak mau bermandikan darah para korban yang mati ditangan Sang Kaisar gila itu. Lagipula dia harus segera pergi.

Manik cokelatnya tertuju pada pintu yang bergerak terbuka dan tertutup karena angin yang berhembus kencang. Sekali lagi Luna menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah tangga yang menjadi akses menuju lantai dua sebelum berlari menuju pintu. Dia melangkah keluar dari penginapan. Angin serta air hujan yang turun deras langsung menyambut dirinya. Luna sejenak ragu, tapi keraguan itu langsung terhempas saat mendengar geraman dari dalam penginapan. Dia langsung berlari menembus hujan, membuat tubuhnya seketika menjadi basah kuyup.

Dia gemetar kedinginan, tapi tekadnya untuk lari sejauh mungkin dari monster itu membuatnya tetap bertahan, mendorong kedua kakinya untuk terus mengayun. Dia menoleh ke kanan dan kiri mencari tempat untuk bersembunyi, tapi tidak ada satupun tempat yang bisa dijadikan perlindungan. Seluruh pertokoan tutup, dan rumah-rumah penduduk terlihat gelap gulita, menandakan bahwa para penghuni tengah tertidur lelap. Luna menggigit bibir dan berdiri di tengah jalan dengan gugup. Dia ingin mencari kuda atau kereta kuda yang bisa dijadikan sebagai transportasi, tapi tidak ada. Seolah keadaan memaksanya untuk pasrah dan membiarkan dirinya tertangkap oleh monster itu.

Luna kembali berlari hingga persimpangan jalan, berbelok ke kanan dan kembali berlari. Kakinya yang telanjang mulai terasa sakit akibat luka lecet karena tidak mengenakan alas kaki. Dimana aku harus bersembunyi? Tanyanya dalam hati dengan panik. Dia terus berlari, namun kakinya langsung berhenti saat matanya menangkap sebuah gang kecil di antara bangunan bagian kanan jalan. Luna berhenti sejenak untuk menimbang keputusan mana yang lebih terbaik, tapi dia tidak melakukan itu lama karena telinganya mendengar suara lolongan serigala dari kejauhan. Dia tidak tahu apakah lolongan itu berasal dari monster yang sedang mengejarnya atau lolongan serigala lain, tapi yang pasti dia tidak bisa berdiri diam begitu saja.

Luna's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang