EPILOG

10.9K 549 234
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Jangan lupa berikan tip sebagai bentuk apresiasi kalian pada Luna Journey dan supaya aku dapat terus bersemangat. Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

 Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa bulan kemudian

"Luna apa kau sudah siap?" Marinka bertanya seraya menyembulkan kepalanya dari celah pintu kamar apartemen milik Luna. Wajah wanita itu sudah dipoles dengan make-up sederhana dan rambut panjang yang biasa diikat kuda, sekarang terlihat digerai, lalu kacamata yang biasa wanita itu kenakan digantikan dengan kontak lensa berwarna biru yang membuat mata wanita itu lebih indah. "Lucy dan kekasihnya George sudah menunggu di lobby." Kemudian Marinka melangkah masuk dan berhenti di tengah ruangan, menatap Luna yang berdiri di depan cermin besar. Marinka membuka mulutnya lebar seraya bergumam, "wow ... kau cantik sekali ..." kemudian Luna berbalik menghadap Marinka seraya menyunggingkan senyum lebar. "Aku tahu ini hanya makan malam, tapi kau terlihat lebih menawan. Auramu ... kau sungguh berbeda ... lebih bersinar ..."

Luna terkekeh pelan seraya berjalan menghampiri manajernya. Sekilas dia melirik cermin antik yang tertutup kain putih dengan tatapan sedih, sebelum meraih clutch yang ada di atas kasur. "Apa kurir museum sudah tiba?" Marinka mengangguk dan berkata bahwa mereka siap untuk mengangkut barang yang Luna sumbangkan kapan saja. "Baiklah." Luna melangkah ke cermin dan menyibakkan kain putih yang menutupi cermin antik tersebut. Tatapan sedih begitu kentara terlihat dari pantylan cermin yang ada di depannya. Sudah beberapa bulan berlalu sejak dirinya kembali ke dunianya.

Luna masih ingat dengan jelas di kepalanya ketika Marinka tiba untuk menjemputnya di café tempatnya menunggu, beruntung saat itu Marinka dan Lucy sedang melakukan perjalanan bisnis ke Paris, karena bagaimanapun perusahaan kosmetik miliknya harus tetap berjalan walaipun dirinya tidak ada, sehingga tidak membutuhkan waktu lama bagi manajernya itu untuk tiba di London.

Ya, London.

Luna begitu terkejut saat tahu dirinya berada di London dan tiga bulan berlalu sejak kepergiannya ke dunia lain. Dia begitu terkejut sampai tidak bisa berkata-kata, karena bagaimanapun juga London adalah kota yang sangat jauh, dan jika dia ingin kembali ke Vasilos, apakah bisa? Disaat dia tidak tahu pemilik rumah yang memiliki cermin tersebut, dan London ... Luna tidak mungkin menetap di London dan membuang kehidupan serta bisnis yang baru dirintisnya begitu saja.

Lalu ketika Marinka tiba, dia bisa melihat kelegaan terlihat jelas di wajah sahabatnya tersebut. Hal pertama yang dirinya lakukan adalah memeluk Marinka, menumpahkan air mata serta kesedihan yang menyayat hatinya begitu dalam. Butuh waktu lama baginya untuk kembali tenang dan itu membuat mereka harus menginap di salah satu hotel terdekat.

Luna's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang