CHAPTER 38.5 - ABSOLUTE BOND (Pt. 2)

4.7K 445 129
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Jangan lupa berikan tip sebagai bentuk apresiasi kalian pada Luna Journey dan supaya aku dapat terus bersemangat. Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

Note : Full chapter sudah aku update di Karyakarsa ya. Kalian bisa merapat sekarang juga. Bagi yang ingin baca di KaryaKarsa, tidak diwajibkan baca versi wattpad kay ;)

 Bagi yang ingin baca di KaryaKarsa, tidak diwajibkan baca versi wattpad kay ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nona, saya harus membawa anda pada Baginda kaisar sekarang." Luna langsung menghapus air mata yang mengalir di pipinya dengan lengan gaun ketika mendengar salah satu dayang yang ditugaskan untuk mendampinginya berkata dari balik pintu yang tertutup. Dia memang menangis tanpa suara, namun jika melihat pipinya basah semua orang akan dapat mudah menebak dirinya sedang menangis. Dengan deheman pelan dia mencoba untuk bangkit berdiri, tapi tidak bisa, bukan karena rasa sakit, melainkan dirinya sudah begitu lelah.

Terdengar suara pintu terbuka dan dua orang dayang langsung berada di sisinya dan salah satu dari mereka, bergumam, "biar kami membantu anda, nona." Kemudian Luna dibantu untuk bangkit berdiri dengan hati-hati.

"Terima kasih," bisiknya pada kedua dayang yang memapahnya untuk berjalan keluar. Lalu dengan tertatih-tatih, Luna beserta para dayang berjalan menyusuri koridor istana. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara, dan Luna sendiri telah kehabisan tenaga untuk sekedar membuat percakapan, ditambah dengan rasa lelah dan pusing yang mulai mendera, membuat keadaan Luna semakin tidak karuan. Mereka terus berjalan menuju throne room dalam keheningan. Kaki Luna meninggalkan sedikit jejak darah meskipun kain perban yang melilit di kakinya cukup tebal, begitupun dengan rasa sakit yang tidak terperih dan hal tersebut membuat langkah Luna menjadi pincang.

Ketika sampai di throne room, Luna langsung dipersilahkan masuk oleh penjaga pintu, tapi dia hanya sendiri tanpa bantuan para dayang, karena mereka tidak diperbolehkan untuk membantunya lagi. Luna meneguk ludah dan melangkah memasuki aula sambil memperhatikan sekeliling. Aula besar terlihat masih sama seperti terakhir kali dia masuk ke dalam ruangan ketika berkeliling istana, begitupun dengan kursi tahta yang ada jauh di depannya, tetapi dengan satu perubahan, Alkrevas serta orang-orang yang memenuhi aula.

Suasana begitu hening mencekam, dan ketika Luna berhenti tepat di tengah jalan menuju singgasana, bisik-bisik kecil terdengar dari kerumunan. Sejenak Luna menarik napas panjang dan mencoba menguatkan kakinya yang gemetar. "Datanglah padaku, little mate." Suara yang dingin membuat fokus Luna langsung tertuju pada pria yang sedang duduk di kursi tahta tersebut.

Luna's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang