CHAPTER 25 - SECOND DAY OF MOON FLOWER FESTIVAL

5.5K 534 55
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Jangan lupa berikan tip sebagai bentuk apresiasi kalian pada Luna Journey dan supaya aku dapat terus bersemangat. Kalian bisa berikan tip lewat trakteer atau lewat Karyakarsaku 😄😄

 Kalian bisa berikan tip lewat trakteer atau lewat Karyakarsaku 😄😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama sarapan, baik Luna maupun Alkrevas tidak berbicara. Jika pria itu sibuk menyuapi dirinya makanan, maka Luna sibuk dengan pikirannya yang begitu senang bahwa dia akan kembali keluar gerbang istana, berjalan-jalan di keramaian festival, melihat festival kekaisaran yang memiliki suasana berbeda dengan suasana festival yang dilihatnya di New York maupun ditempat lain bagaikan sebuah pengalaman tersendiri, namun satu hal yang paling membuatnya tidak sabar adalah pertemuannya dengan Gianna. Dia bahkan tidak protes dan membiarkan Alkrevas melakukan apapun yang pria itu inginkan pada dirinya seperti membantunya mandi, bersiap dan juga menyisir rambutnya. 

Luna berpikir itu semua sebanding dengan izin pria itu yang membiarkannya keluar gerbang istana. Luna memperhatikan Alkrevas yang berdiri di belakangnya, sibuk menyisir rambutnya dari cermin lalu memperhatikan pakaian pria itu yang terlihat begitu misterius —namun tetap sempurna— berupa waistcoat yang memiliki warna serasi dengan outercoat, yaitu berwarna hitam. Kemeja putih dengan kravat putih yang dihiasi pin bertatahkan batu permata hitam, breeches untuk bagian bawah dilengkapi dengan leather boots, ditambah dengan wajah tampan serta rambut yang ditata rapih, belum lagi dengan posisi yang diduduki pria itu, Luna tidak merasa heran jika Alkrevas menjadi pusat perhatian seluruh wanita di kekaisaran. 

Hell, jika pria itu eksis di dunianya, sudah dia jamin Alkrevas akan menjadi selebritis atau aktor yang memiliki banyak penggemar. Luna tersenyum membayangkan semua hal tersebut. apa reaksi Alkrevas jika pria itu dikejar oleh paparazzi atau diundang ke acara di tv yang tidak pria itu sukai? "Kenapa kau tersenyum?" tiba-tiba pria itu bertanya. Manik cokelat pria itu masih tertuju lurus ke helaian rambut Luna, tapi seperti memiliki mata ketiga, pria itu mampu menebak kalau saat ini Luna sedang memperhatikan. Luna mengerjapkan mata dan mendengus pelan kemudian dia menatap para pelayannya yang berbaris di salah satu sisi ruangan.

"Tidak ada." Luna menjawab seadanya. "Kenapa kau melakukan semua ini? Biarkan para pelayanku saja yang melakukannya. Aku tahu kau memiliki jadwal yang padat."

"Sigmund bisa mengatasi mereka semua, begitupun dengan Zennon dan Thymos."

Luna menghela keras. "Mau sampai kapan kau menyisir rambutku? Ini sudah lebih daru cukup," ucapnya seraya mengangkat tangan dan menyentuh beberapa helai rambutnya yang begitu lembut karena disisir dengan penuh hati-hati oleh Alkrevas. Mendengar kalimat itu tentu saja gerakan tangan Alkrevas terhenti. Pria itu mendongakkan kepala dan menatap wajah Luna yang terpantul di cermin. Selama sesaat ada setitik emosi yang tidak Luna kenali mengisi manik cokelat pria itu, namun sekejap menghilang begitu saja dan tergantikan dengan tatapan familiar yang dikenali oleh Luna. Alkrevas meletakkan sisir yang ada di genggaman tangan, namun tidak berhenti disitu, Alkrevas juga menata rambut Luna berupa kepangan sederhana. Setelah selesai, pria itu melangkah mundur dan tersenyum puas melihat hasil kepangan yang Luna akui lebih baik dibandingkan dirinya sendiri. "Ada yang kurang ..." gumam pria itu pelan, lalu berjalan ke tempat penyimpanan aksesoris, membuka salah satu laci dan mengeluarkan pin rambut yang terbuat dari perak dengan hiasan berbentuk bunga yang kelopaknya terbuat dari batu kristal, sesuai dengan dress berwarna kuning pastel yang dikenakan. Luna melihat Alkrevas berjalan menghampirinya, menyematkan pin tersebut di kepala Luna.

Luna's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang