CHAPTER 44 - VENIAM GRAND DUCHY

3.8K 437 69
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Jangan lupa berikan tip sebagai bentuk apresiasi kalian pada Luna Journey dan supaya aku dapat terus bersemangat. Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄



Dua hari kemudian, situasi di Morgena dan perbatasan masih tidak juga berubah, justru semakin bertambah tegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua hari kemudian, situasi di Morgena dan perbatasan masih tidak juga berubah, justru semakin bertambah tegang. Luna duduk melamun memperhatikan piring yang tersaji di depannya. Kepergiannya ke Veniam Duchy awalnya akan dilakukan sehari setelah status siaga dikeluarkan oleh Duke Veniam, namun rencana tersebut tiba-tiba ditunda karena alasan keamanan. Jadi setelah pertimbangan lagi dan persiapan yang lebih matang, kepergiannya baru akan dilakukan esok hari. "Nona, apa anda tidak berselera makan?" Luna tersadar dari lamunannya dan menatap pelayan yang sedang menatap dirinya khawatir.

Pelayan tersebut melirik ke wajahnya sebelum turun ke makan malam dan kembali naik ke wajahnya. Luna menghela pelan dan mendorong piring berisi makan malam yang disajikan dengan tidak berselera. Bukannya tidak bersyukur, hanya saja perutnya bergejolak dan jika memaksakan diri untuk makan, sepertinya Luna akan memuntahkannya kembali. Semua ini karena kekhawatiran serta perasaan bersalah yang menggerogoti hatinya. "Apa anda tidak suka dengan menu makanan yang tersaji? Jika begitu, saya akan meminta koki istana membuat menu makan malam yang anda inginkan."

Luna menggelengkan kepala dan memberikan senyum pada pelayan tersebut, walaupun jelas sekali senyumannya dipaksakan. Dia memperhatikan langit malam dengan tatapan kosong. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai macam hal, namun yang paling penting adalah bisikan Duke Veniam padanya saat itu. Helaan meluncur dari bibirnya, kemudian dia mengangkat tangan, memijat kepalanya yang berdenyut sebelum menunduk dan mengulurkan tangan meraih garpu yang disediakan di atas meja, lalu mulai memakan makanannya dengan lambat. Sesekali dia melirik pelayan yang menunggu dirinya dengan sabar dan patuh.

Dilihat dari gelagat wanita itu, Luna sudah dapat menebak kalau pelayan tersebut salah satu mata Alkrevas dalam mengawasinya. Bisa jadi jika dia tidak makan saat ini, maka setelah pelayan itu keluar, laporan mengenai dirinya akan sampai ke telinga Alkrevas, dan itu yang tidak Luna butuhkan sekarang, membuat fokus Alkrevas teralihkan hanya karena sifat overprotektif pria itu padanya. Cukup lama dia menghabiskan makan malam, dan ketika selesai, Luna langsung mendorong piring yang telah kosong, meraih segelas air, meminum air hingga kosong sebelum bangkit berdiri dan berjalan ke arah jendela. "Nona, apa anda ingin makanan penutup?" tawar pelayan tersebut sambil membersihkan meja dari piring kotor.

Luna's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang