CHAPTER 7 - KEEGOISAN

8.5K 804 77
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat!!! Siapa yang udah nunggu chapter ini? Mana suaranya??

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx


Wajah Luna memucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah Luna memucat. Jantungnya berdegup dengan cepat akibat kepanikan. Dia tidak tahu apa yang pria gila itu maksud dengan kata seperti itu, tapi yang pasti tidaklah baik baginya, karena dsri sorot mata serta ekspresi yang menghiasi wajah pria itu, menandakan kegilaan yang begitu nyata. Cengkraman Luna pada ujung gaun tidur Giana semakin mengencang dan saat dia mencoba mengalihkan tatapan dari manik merah mengerikan milik pria itu, suara geraman penuh peringatan langsung mengisi kesunyian. Luna tidak tahu kenapa pria itu menggeram, tapi matanya dengan otomatis kembali terpusat pada dua bola mata merah tersebut. “My mate.” Pria itu kembali mendesis dan dengan perlahan berjalan menghampiri tangga dimana dirinya serta Giana berada. Pedang penuh darah yang masih ada di tangan pria itu diseret hingga menimbulkan suara gesekan yang menyeramkan. Seketika tubuh Luna menggigil dan tanpa mengalihkan tatapan dari sosok pria berbahaya tersebut, dia bertanya dengan suara gemetar pada Giana, “apa yang pria itu inginkan? Giana?” Luna semakin merasakan rasa takut saat jarak pria itu semakin dekat. “Giana!”

“Dia membunuh Gregory.” Giana berbisik lirih dan saat itulah Luna memaksakan kedua matanya untuk beralih. Matanya menyipit kemudian mengedar cepat sambil berusaha menahan makan malamnya yang sudah di ujung kerongkongan dan siap keluar kapan saja. Rasa mual semakin terasa kala melihat pemandangan yang lebih mirip pembantaian secara massal. Luna berusaha untuk mengabaikan pemandangan tersebut untuk mencari sosok Gregory, berharap bahwa apa yang dikatakan Giana adalah salah, namun napasnya tercekat melihat sosok Gregory atau lebih tepatnya mayat Gregory tergeletak di lantai kayu dengan tubuh yang penuh luka sayatan pedang. Tidak seperti lainnya, bisa dikatakan Gregory satu-satunya yang anggota tubuh masih terlihat utuh dan menyatu. Luna meneguk ludah dan merasakan seluruh tubuhnya gemetar. Apa di dunia ini tidak ada peraturan bahwa pembunuhan massal seperti ini dilarang? “Kakak …” Giana bergumam lirih dengan air mata yang mengalir deras dan tubuh ambruk di tangga. Mata wanita itu menatap tubuh sang kakak dengan tatapan kosong penuh kesedihan.

Luna menggigit bibir bawah dan melirik ke arah sang pembunuh yang melangkah semakin dekat. Jantung Luna sudah seperti mau copot melihat pria itu menatap dirinya dengan sangat lekat. Apa pria itu akan membunuh mereka berdua juga? Tidak! Dia tidak boleh mati disini! Dia harus kembali ke dunianya dimana Marinka dan Lucy berada! Sekarang bukan waktunya mereka bersedih, yang menjadi prioritas mereka adalah lari menyelamatkan diri. “Giana! Sadar! Sadar!” Luna mencoba menyadarkan wanita fae yang masih menangisi kematian sang kakak. “kita harus pergi sekarang juga! Atau tidak kita juga akan mati!” Luna berbisik dengan panik. Tidak ada hal lain di kepalanya selain lari menyelamatkan diri. Jika pria-pria bertubuh besar nan kekar seperti mereka semua saja mati mengenaskan oleh pria berjubah tersebut, apalagi mereka berdua yang hanya wanita? Segala akal dan logika hilang begitu saja dan hanya satu yang mengisi pikiran,

Luna's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang