CHAPTER 48 - THE TRUTH

4.3K 401 51
                                    

UPDATE!!!

Ayo semua merapat! Siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx

Jangan lupa berikan tip sebagai bentuk apresiasi kalian pada Luna Journey dan supaya aku dapat terus bersemangat. Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

 Kalian bisa berikan tip lewat trakteer (@ dyah-utami2) atau lewat Karyakarsaku (@ DyahUtami25)😄😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika ada yang bertanya apa yang sedang dirinya rasakan saat ini, dia akan menjawab tidak ada. Hanya ada kekosongan. Perasaan yang begitu besar dan kuat berupa kemarahan, pengkhianatan, atau hal lainnya membuat dia merasa kosong. Tentu dia tidak peduli akan apa yang Sigmund dan Zyne lakukan padanya, pengkhianatan baginya bukanlah hal baru, dia sudah sering membunuh banyak orang dengan alasan klise seperti itu, hanya saja dia tidak bisa membohongi diri sendiri. Sigmund sudah mengabdi padanya cukup lama bahkan ketika dirinya masih menjadi Putra Mahkota, jadi kekecewaan tentu pasti dia rasakan.

Alkrevas mengepalkan tangan kuat dan geraman kecil yang tertahan, sesekali lolos dari bibirnya. Manik merah-cokelat yang melambangkan bahwa dirinya beserta Tayron adalah satu kesatuan semakin menggelap penuh dengan kemarahan. Telapak tangan Alkrevas terbuka lebar, mengeluarkan sedikit mananya untuk melepaskan sihir transparan yang menyelubungi tubuhnya, namun terhenti ketika mendengar suara lirih Philip yang terikat oleh bayang hitam kekuatan Zyne. “Kenapa … kenapa kau berkhianat Sigmund …? Aku tidak peduli pada tua bangka itu …” Philip melirik tajam ke arah Zyne, membuat pria itu mengetukkan tongkat jalan kayu yang Alkrevas tebak adalah kunci dari kekuatan sihir hitam yang digunakan.

Seketika tentakel hitam yang melilit di tubuh Philip menguat, dan Alkrevas bersiap untuk memotong kekuatan menyebalkan itu dan menyelamatkan Philip dari kematian yang tidak diinginkan. “… tapi kau … kau sudah berada di sisi Baginda Kaisar begitu lama … kau adalah teman masa kecilnya … aku ingin mengetahui alasanmu, mengkhianatinya …!”

Alkrevas mengeluarkan cakar di jarinya, siap menyerang target pertamanya. Dia tidak sabar untuk merasakan darah membasahi tubuhnya kembali. Seringai sadis perlahan terukir di bibirnya, menunjukkan taring-taring nan mengerikan yang dapat merobek apapun. Dengan hati-hati dia masuk ke dalam ruangan, dan sepertinya baik Zyne maupun Abigail tidak menyadari aura maupun mananya. Dasar makhluk bodoh, pikir Alkrevas sinis. Dia menimbang dari ketiga mangsa yang berjejer di depan matanya.

Siapakah yang harus dia bunuh lebih dulu? Ketika dia sedang mempertimbangkan hal tersebut, Sigmund menjawab, “karena Kaisar membantai keluargaku, dan aku satu-satunya yang tersisa, harus membalaskan kematian mereka.” Philip mengerutkan kening bingung, sedangkan Alkrevas memutar otak mencari nama keluarga yang dibinasakan baik oleh mendiang ayahnya maupun dirinya, tapi tidak menemukan satu yang cocok dengan ciri-ciri Sigmund karena cukup banyak keluarga yang mati. Cih, sungguh teledor sekali karena menyisakan sampah yang tidak berguna untuk hidup. Padahal aku selalu memastikan tidak ada satupun anggota keluarga pengkhianat untuk hidup. Dia melihat kening Philip berkerut samar, sepertinya pria itu juga memikirkan hal yang sama dengannya. “Demetri.” Philip memberitahu tanpa memberi kesempatan bagi Philip untuk bertanya.

Luna's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang