Kenapa?

329 65 36
                                    

Aku kembali, sebelum baca part ini, kalian posisikan dulu tubuh kalian di tempat ternyaman. Baca secara perlahan aja. Jan buru-buru biar feel-nya dapat, gak bakal kemana-mana juga ceritanya.
Jan lupa vote biar saya semangat.

Happy reading ...

Awalnya Najma berniat bolos dari jadwal pelajaran ke-3 dan ke-4 hari ini. Tapi apa mau dikata hati dan otaknya tidak sinkron. Nuraninya terlalu berat untuk mengizinkan Najma melakukan perbuatan tercela itu. Pada akhirnya Najma tetap kembali ke kelas meskipun tahu dia pasti akan mendapat ceramah dari guru.

Najma kembali ke kelas tanpa memberikan pesanan yang Anzel minta. Dia berniat akan memberikannya nanti saat jam istirahat ke dua.

Seisi kelas merasa heran dengan kedatangan Najma. Mungkin karena ini pertama kali Najma terlambat masuk kelas atau mungkin karena mereka tak peduli dengan ada atau enggaknya Najma.

"Maaf saya terlambat," ucap Najma lirih.

Guru yang sedang mengajar mengerutkan kening, lalu berkata,
"Kamu siapa?" Najma tidak bisa berkata-kata. Bahkan wali kelasnya sendiri tidak tahu siapa dia.

"Kamu dari kelas mana? Kalau main tuh jangan kejauhan. Siapa wali kelas kamu?" lanjutnya masih dengan ekspresi geram.

"Saya Najma—"

"Najma kan izin hari ini." Kalimat Najma terpotong begitu saja.

"Saya juga murid di kelas ini." Najma melanjutkan kalimat meski sudah dipotong oleh gurunya.

"Najma? Murid kelas ini." Keningnya berkerut seperti tengah berpikir sesuatu, kemudian melihat daftar absen dan berkata, "Ya benar juga, ada dua Najma di kelas ini, yaudah kamu duduk di tempatmu." lanjutnya.

Najma mengangguk sopan. Lalu berjalan ke arah bangkunya berada. Yakni bangku paling ujung di sebelah kanan tepat di bawah jendela. Tempat yang cocok untuk orang berkepribadian seperti dirinya.

Lihat. Bahkan wali kelas sendiri tidak peduli dengannya, tidak ada pertanyaan kenapa dia terlambat, atau pertanyaan darimana dulu.
Padahal dia butuh perhatian, apalagi dilihat dari latar belakang keluarga yang tidak baik-baik saja. Tentu saja dia butuh diperhatikan.

Sakit? Tentu saja. Makanya dia lebih memilih mendengarkan musik lewat earphone yang selalu ia bawa, alih-alih mendengarkan penerangan materi di depan sana. Untuk saat ini suara biasnya bisa menenangkan hati yang tengah lebam. Tapi awas ya, kalian jangan memberi Najma label sebagai siswa pemalas. Dia sebenarnya rajin, dia selalu mengerjakan tugas dan mengumpulkan tepat waktu. Cuma hari ini aja dia seperti itu, tapi entah untuk ke depannya. Bisa jadi dia kecanduan.

Tuhan, sejak kapan aku terbiasa dengan hati yang remuk-redam?


"Memang cuma mereka yang benar-benar ada untukku. Gomawo." gumaman kecil yang keluar dari mulut dia untuk idolnya.

Dia tidak tahu materi apa yang sedang disampaikan wali kelas di depan sana. Otaknya hanya terisi dengan Anzel juga telinga tersumpal dengan lagu biasnya yang sengaja dia putar dengan volume keras. Tentu dia tidak akan bisa menyerap materi yang sedang disampaikan. Untung saja gak ada drama ditanya kek di film-film, dan berakhir menjadi bahan tertawaan sekelas karena jawaban yang diberikan ngaco. Eh, lupa kan kehadiran Najma gak dianggap, jadi gak bakal mungkin ada drama kek gitu.

Kini jarum yang dipakai seluruh umat manusia sebagai acuan waktu telah menunjuk ke angka 11:00, saatnya kelas XI-IPA 1 masuk jam pelajaran ke-4 yaitu pelajaran Sejarah. Najma tetap dengan keadaan sebelumnya mendengarkan suara yang sudah menjadi candu, tapi kali ini dengan posisi tubuh menelungkup di atas meja.

Najma Sagara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang