Tembok Tinggi

139 24 2
                                    

Hai sorry telat mulu up-nya, soalnya banyak kesibukan di real life.
Oke, jan lupa vote.
Di part ini udah mulai panas plot twist nya.

Happy reading ...

"Aku benar-benar minta maaf Na ... aku harus bagaimana supaya bisa kamu maafin?" Anzar mengacak rambutnya frustasi.

Najma tersenyum miring. "Kamu masih waras,'kan?"

Najma tak habis pikir kenapa Anzar bisa punya kepercayaan diri setinggi itu? Padahal kesalahannya tidak mungkin bisa dimaafkan, tapi dengan percaya dirinya dia meminta Najma untuk memaafkannya. Se egois itukah Anzar sekarang? Najma menyeringai,

"Haha, aku menyesal pernah suka sama kamu."

Anzar tertohok mendengar apa yang barusan Najma ucapkan.

"Na, lo egois tahu gak?"

"Egois? kamu bilang aku egois?" Najma tak terima dikatakan egois.

"Iya. Lo egois. Kalau bukan karena lo yang egois hubungan kita masih baik-baik saja. Dan hubungan gue sama dia gak bakalan kaya gini." Anzar bersedekap menantang, mengeluarkan unek-unek yang sudah lama tertahan di hatinya.

"Terus apa yang kamu lakukan ke aku waktu itu? Kalau bukan karena kamu egois, lalu apa?" Menurutnya Anzar lah yang egois.

"Karena gue cinta sama lo." Anzar memalingkan mukanya, dia sadar karena apa yang barusan dia katakan, hubungannya dengan Najma jadi buruk.

"Cinta kamu bilang?" Najma tersenyum meremehkan. "Sadar gak sih, kamu hampir merenggut kehormatanku?" Suara Najma meninggi yang berakibat Anzar membekap mulutnya karena takut di dengar keluarganya. Najma segera menyingkirkan tangan Anzar dari mulutnya dengan kasar dan mengelap bibirnya dengan tangan. Takut ada bekas tangan Anzar disana.

"Berapa kali harus gue bilang? gue takut kehilangan lo. Kalau bukan cinta, terus itu apa?" Anzar menggertakan giginya, dia sudah sangat geram dengan Najma yang menurutnya tak mau mengerti penjelasannya.

"Itu obsesi. Yang kamu inginkan itu bukan Najma tapi cuma tubuhnya." Air mata Najma turun perlahan mengingat apa yang di lakukan Anzar padanya saat itu.

"Itu karena gue gak ingin kehilangan lo." Anzar tetap keukeuh dengan argumennya.

Melihat air mata Najma mengalir semakin deras tentu saja membuat Anzar sedih, apalagi ini di sebabkan olehnya. Jujur Anzar sangat mencintai Najma makanya dia sampai nekat melakukan hal gila itu. Tapi mungkin karena rasa cintanya yang besar sampai membuat anyzar kesulitan mengekspresikannya dan salah cara menyampaikannya. Tapi cinta yang Anzar maksud itu seperti itu. Memiliki segalanya.

Meskipun status mereka sekarang saudara tiri. Menurutnya mereka masih bisa bersama. Masih bisa saling mencintai, masih bisa menikah, itu juga sah-sah saja menurut agama akal ataupun negara. Tapi kenapa Najma tak mengerti? Malah Najma mengatakan kalau itu bukan cinta tapi obsesi. Di mana letak kesalahannya? Di mana letak obsesi nya? Pikir Anzar.

Melihat gadis yang sangat di sayanginya menangis, batin Anzar terasa perih. Bagaimana mungkin dia membuat gadis yang begitu sangat ingin dia bahagiakan malah dia buat menangis.

Perlahan tangan Anzar terulur untuk menghapus bulir-bulir bening yang jatuh dari netra gadis di depannya. Tapi dengan cepat gadis itu menepis tangan Anzar dan menghapus air matanya dengan tangan.

"Jijik."

Anzar menghela nafas, "Na yang buat hubungan kita kaya gini itu lo. Lo yang larang gue bilang ke Ayah. Lo yang nyuruh gue ngerestuin mereka. Padahal kalau waktu itu gue gak ngerestuin mereka Ayah gue sama Ibu lo gak bakalan nikah. Dan hubungan kita juga gak bakal kaya gini. Kita tetep bakal pacaran. Atau mungkin kita bakal nikah punya anak-"

Najma Sagara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang