Dua Rumah

203 53 12
                                    

Hai, hai, hai aku kembali.
Jangan lupa vote sebelum baca.

Happy reading...

"Nih, gue udah bawa dia. Lagian jadi babu aja belagu."

"Haha. Munafik," pikir Najma.

Najma melirik Anzel. Ada seringaian meremehkan di mukanya. Apa yang sedang dia lakuin saat ini? Apa dan siapa anak yang ada di bawah Anzel itu? Apa dia juga seperti Najma, babu Anzel? Apa Najma juga bakal diperlakukan begitu? Kesalahan apa yang sudah dibuat anak itu sehingga dia diperlakukan begitu oleh Anzel? Najma diam mematung, otaknya sibuk mencerna situasi yang terjadi di depan. Kepalanya penuh dengan pertanyaan apa dia juga akan begitu? Disiksa?

Apa yang sebenarnya Anzel lakukan?

"Oh kamu anak yang waktu itu."

Najma tersadar dari lamunan dikala Kana bicara padanya. Dia juga baru menyadari ada Kana di sana. Ada Taqi juga. Najma lupa kalo mereka satu cirlce.

"Lo kenal dia?" tanya Anzel dengan mata memicing ke arah Kana.

Selama ini Najma hanya mendengar dari pembicaraan teman-teman di kelas. Tapi melihat secara langsung seperti ini mereka tampak sangat cocok seperti pasangan webtoon yang pernah ia baca.

"Zel lo mau lakuin apa sama dia?"
Anzar berucap sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari saku seragam dan membagi bersama Taqi, Anzel, dan juga Kana. Tapi Anzel menolak. Dia malah mengeluarkan rokok elektrik dari saku celana. Apa boleh anak sekolah merokok?

Fokus Najma tertuju pada siswa yang posisinya seperti sedang push-up dengan diduduki Anzel di atas.

"Tenang aja dedek gemes. Ini bentuk pelatihan terbaru buat anak klub olahraga." Seperti mengerti akan kekhawatiran Najma. Taqi menjawab untuknya.

"Sini lo ikutan!" perintah Anzel.

Mata Najma membola begitu juga Anzar dan Taqi yang berdiri di sebelahnya.

"Tapi dia cewek Zel." Anzar terlihat gelisah.

"Emang. Terus kenapa kalau dia cewek? Lagian kan lo juga yang bakal ngehukum dia. Ya,'kan?Ayolah. Kalian kan dekat." ucap Anzel sengaja memanasi Anzar dengan senyuman manis yang ditunjukan.

Anzar mengepalkan tangan. Dia sekuat mungkin menahan emosi supaya dia gak memukul Anzel saat itu juga. Karena dia masih ingin lulus dari sekolah dengan aman.

Setelah berpikir beberapa saat, Anzar menyanggupi.

"Ok. Lo mau gue lakuin apa sama dia?"

"Ya terserah lo sih. Yang penting bikin gue senang," jawab Anzel.

"Ok. Berlutut!" Anzar memerintah dengan suara lantang.

Mau tak mau Najma harus menuruti apa yang Anzar perintahkan. Meski hati kesal setengah mati. Dia juga tak mampu melawan mereka. Dia hanya gadis biasa yang tak punya apa-apa dan gak bisa apa-apa, apalagi punya kekuatan magic yang bisa mengutuk orang. Tentu saja itu tidak mungkin.

"Selanjutnya?" Anzel menuntut kelanjutan drama yang disaksikan.

Anzar mendekati Najma. Mensejajarkan tingginya dengan Najma yang saat ini tengah berlutut dan mendekatkan wajah. Hingga jarak di antara mereka hanya beberapa senti. Bahkan hembusan nafas Anzar bisa Najma rasakan di dahinya. Najma tak berani menatap Anzar dia lebih memilih nunduk menghindari tatapan Anzar, takut Najma hilang kendali dan memukul Anzar. Meski sebenarnya dia sangat ingin melakukannya.

"Ayo. Bilang minta balikan sama gue sekarang."

Anzel dan yang lain tertawa melihat kelakuan Anzar yang menurutnya konyol. Respon Anzel yang tertawa sangat berbeda dengan ekspresi yang diperlihatkan Najma. Matanya memerah. Ada kemarahan yang sangat kentara dalam tatapannya.

Najma Sagara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang