Double Date

136 15 2
                                        

Haaii aku kembali lagi nihh.
Gimana ada yang nunggu cerita aku gak?
Jan lupa share cerita ini ke temen kalian juga ya.

Happy reading...

"Woii, kita juga ada di sini!"

Najma sontak menoleh. Betapa terkejutnya dia saat melihat dua orang yang sangat dikenalnya tengah berjalan ke arahnya. Tubuhnya memaku di tempat dengan mulut yang menganga.

"Kalian ...?" suaranya teramat lirih.

"Apa mereka sudah tahu?" pikir Najma.

"Sorry ganggu kalian," ucap cowok itu dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Kak Ray? Naya? ... jadi kalian sudah tahu?" ujar Najma menunduk menyembunyikan muka sedihnya. "Maaf Nay." lanjutnya merasa bersalah. Karena tadi pagi sudah membohongi Naya perihal Anzel.

"Sebenernya aku agak kecewa. Tapi siapa yang bakal percaya kalau lihat foto di mading. Sekali lihat pun aku udah tahu itu kamu. Lagian siapa sih yang ngedit gak berbakat banget," papar Naya sekenanya. Dia juga terkekeh kecil melihat wajah menyesal Najma.

Anzel meraih tangan Najma, menggenggamnya dan menariknya menuju motor miliknya yang terparkir tak jauh dari sana.

"Soal foto di mading, gak usah dipikirin. Itu biar gue yang urus," ujar Anzel. Kedua tangannya ia gunakan untuk memasang helm di kepala Najma.

Najma mendongak. Menatap mata Anzel. Pandangannya beradu sampai Anzel menampakkan seulas senyum. Buru-buru Najma memalingkan muka. Takut semakin terhipnotis oleh mata hazel miliknya.

Setelah merapikan rambut Najma. Tangan Anzel perlahan turun hingga berhenti di atas pundak Najma. Kedua tangan besarnya sedang memegang pundak Najma saat ini.

"Nana, tatap mata gue," pinta Anzel.

Ternyata bukan hanya matanya saja yang bisa menghipnotis. Suaranya juga bisa membuat Najma menurut tanpa menuntut.

"Buat gue itu gak masalah. Gue juga gak akan maksa. Gue bakal turutin kemauan lo buat sembunyiin hubungan kita. Tapi lo yang bakal kena masalah. Lo yakin mau tetep sembunyiin hubungan kita?" ujar Anzel dengan suara rendah.

"Beri aku waktu," sahut Najma. Ada kesan ragu di ucapannya.

Benar Najma memang ragu. Najma memang meminta untuk diberi waktu. Tapi Najma sendiri tak tahu tempo waktu itu sampai kapan. Apa sampai Najma siap atau sampai move on dari Anzar atau ... sampai orang-orang tahu dengan sendirinya. Selain itu ada yang membuat Najma semakin ragu. Dia tak tahu apa statusnya dengan Anzel benar-benar pacaran? Dan kalau memang pacaran, akan bertahan sampai kapan? Seminggu, sebulan, dua bulan, setahun atau cuma beberapa hari?

"Oke. Gue tunggu. Tapi jangan lama. Gue bukan orang yang sabar." ucap Anzel sambil menghembuskan nafas kasar.

Lho? Bukannya tadi bilang gak akan maksa?

"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat—"

"Aku belum izin sama Ayah. Ini juga udah sore," sela Najma.

"Lo gak ada hak nolak di sini." Anzel mendengus kesal. Tangannya ia gerakan kembali untuk memasang pengait di helm Najma. Lantas ia beringsut naik ke atas motornya.

Dengan isyarat mata, Anzel meminta Najma untuk segera naik ke atas motor. Selain waktu yang terus berjalan dan hari yang kian sore dia juga tak ingin membuang-buang waktu membahas hal yang dia sendiri sudah tahu jawabannya.

Najma menurut. Dia bergerak naik ke atas boncengan Anzel tanpa komentar. Tanpa bertanya ke mana tujuan mereka.

Anzel melajukan motornya. Memimpin jalan dengan Ray membonceng Naya di belakangnya. Mereka menuju ke suatu tempat. Tempat yang sudah dia rencanakan dari semalam.

Najma Sagara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang