A.M.T.W.R.G

273 41 1
                                        

Yuhuu aku hadir lagi. Makasih buat kalian yang stay disini dan buat kalian yang udah ngasih vote disetiap partnya. Jan lupa vote untuk part ini juga.

Oke mari kita lanjut.

Happy reading ...

Ruangan putih pucat dan bau obat-obatan yang pertama menyapa Najma begitu ia membuka mata. Tak ada siapapun di sana. Najma bertanya-tanya. Apa ini rumahnya? Tempat sebenarnya yang harus Najma tinggali.
Tidak. Kalau ini akhirat gak mungkin ada bau obat-obatan di sini. Ini pasti rumah sakit. Kemarin Najma pingsan dan pasti ada seseorang yang membawa ke sini.

Najma bangun dari tempat tidur. Ya benar setelah diperhatikan ranjang yang baru saja ditidurinya adalah brankar rumah sakit. Dan ini memang rumah sakit. Tepatnya bukan rumah sakit, tapi klinik. Bagaimana Najma tidak mengenali, sudah pernah beberapa kali Najma pergi ke sini. Ini adalah klinik tempat orang tua Anzel bekerja.
Tapi siapa yang membawa dia ke sini?

Saat Najma tengah termenung memikirkan siapa yang membawa kesini, dokter Hana masuk membawa semangkuk bubur dan segelas air. Najma baru sadar kalau ini sudah pagi. Dokter Hana adalah Ibu Anzel. Najma pernah bertanya-tanya dari mana paras rupawan Anzel berasal. Ternyata dari Ibunya. Cantik dan mereka mirip banget.

"Istirahat aja dulu. Kamu masih lemah." perintah dokter Hana dengan senyum ramah. Apa ini teknik marketing? Cantik banget senyumnya, pikir Najma.

Najma mengikuti apa yang diarahkan dokter Hana. Duduk di brankar dan memakan bubur yang diberikan dokter itu.

"Makan yang banyak cantik. Biar cepet sembuh," ucap dokter Hana sembari mengelus surai panjang milik Najma.

"Maaf Bu, yang membawa saya ke sini siapa?" Najma tak bisa menahan kepenasaranan tentang siapa yang menyelamatkannya. Najma bertanya, tapi yang ditanya malah tersenyum.

"Kamu juga pasti tahu." ucapnya kemudian.

Najma tak bisa berkat-kata lagi. Keduanya terlarut dalam keheningan. Menyelami pikiran masing-masing.

Merasa tak enak dengan kecanggungan di antara mereka, Najma kembali bersuara.

"Maaf Bu dokter. Saya boleh izin pulang kan?"

"Kamu tunggu sampai siang saja. Istirahatlah sebentar lagi."

"Mmm ... anu Bu tentang biayanya. Saya harus ke mana?" Najma bertanya karena benar-benar tidak tahu. Ini pertama kali ke klinik tanpa Ayah.

"Gak usah pikirin biaya. Kamu itu orang yang spesial tahu gak."

"Orang yang spesial?" dokter Hana mengangguki ucapan Najma.

Saat itu Anzel datang dengan penampilan yang berantakan. Ada lebam-lebam di tangan dan wajah. Ada juga darah segar di sudut bibirnya.
Najma duga dia pasti habis berantem.

"Ibu. Aku cari Ibu. Perawat bilang ada di sini jadi aku ke sini." Anzel menjelaskan.

"Ssh. Bocah ini," desisnya. "Berantem lagi! Semalam udah bonyok-bonyok. Sekarang tambah bonyok lagi."

"Kamu pasti tahukan Hanzel? Dia orangnya serampangan."

Anzel melirik Najma sekilas sebelum pergi meninggalkan Najma. Dia juga membawa serta Ibunya.

Najma Sagara (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang