Hai, aku kambekk.
Siap-siap di part ini ada kejutannya.
Pelan-pelan bacanya biar gak kaget pas dapat kejutannya.Okee mulai
Happy reading ...
"Bisa kita bicara sebentar? ... hanya berdua saja?" tanya Dokter Azel kepada Najma.
"S–saya?" Najma tidak percaya Dokter Azel mengajaknya bicara padahal mereka baru saja bertemu.
"Iya kamu." Dokter Azel menegaskan.
Najma memang sering melihat Dokter Azel, itupun dari kejauhan. Tak pernah sampai bertatap muka seperti ini. Apalagi bicara berdua. Aura yang di pancarkannya seperti mengintimidasi. Jujur saja, saat ini Najma takut.
"Di sini atau tempat lain?" Dokter Azel kembali bertanya.
"D–di sini saja," jawab Najma spontan.
Dokter Hana mengajak Ray keluar dari ruangan. Memberikan ruang untuk Najma dan Dokter Azel.
"Kamu takut?"
Najma mengerjakan matanya beberapa kali. Rasanya ini seperti de javu.
"Rasanya aku pernah dengar pertanyaan kaya gini sebelumnya?" Najma bertanya dalam hati.
"Maaf?" Najma ingin memastikan kalau telinganya masih baik-baik saja.
"Bukan apa-apa. Nama kamu siapa?"
"Najma Lailatul Hafidza," karena gugup Najma sampai mengucapkan nama lengkapnya.
"Kelas?"
"Sebelas"
"Kapan pacaran sama Asa?"
Mata Najma membola mendengar pertanyaan dari Dokter Azel. Apa mungkin telingaku udah rusak? Pikir Najma.
"Maaf?"
"Kapan kamu pacaran sama putra saya?" Dokter Azel mengulang pertanyaannya.
" Saya adik kelasnya." Najma menegaskan pernyataannya.
"Iya saya tahu kamu adik kelasnya. Tapi saya tanya kapan kamu pacaran sama Asa?" Dokter Azel keukeuh dengan pertanyaannya.
"Saya hanya adik kelasnya, bukan pacarnya." Sungguh Najma tidak mengerti kenapa Dokter Azel bertanya seperti itu padanya.
"Saya kira kamu pacarnya. Karena Asa bela-belain hujan hujanan gendong kamu kesini." Nada suara Dokter Azel terdengar kecewa. Najma tersentak dengan pernyataan Dokter Azel barusan.
"Kapan itu?"
"Maghrib. Hujan."
"Waktu itu?!"
"Maaf saya kira kamu orang yang spesial untuk Asa, karena pertama kalinya Asa bawa seseorang apalagi perempuan. Jadi saya kira kamu pacarnya." papar Dokter Azel.
"Bukan pacar tapi korban." Najma bergumam.
"Korban? Korban apa?" Dokter Azel sepertinya sangat penasaran.
"Bukan apa-apa." rasanya gak baik kalau Najma bilang dia korban bully Anzel pada orang tuanya langsung.
"Apa dia permainin kamu? Di php? Atau di dua?" Tanya Dokter Azel antusias.
"Lho kok pertanyaannya malah makin ngawur?" Najma bertanya dalam hati.
"Kalau benar bilang saja sama saya."
"Bukan apa-apa kok." Najma berharap Dokter Azel tidak bertanya hal-hal yang makin aneh.
"Dia sudah berandal. Sekarang malah mainin cewek. Kenapa makin lama malah makin mirip." Dokter Azel menggerutu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Najma Sagara (END)
DiversosKarena kekeliruan dalam mengenali presensi tubuh, Najma salah memeluk sembarang orang. Kesalahan itu menjadi alasan garis hidup Najma bersinggungan dengan Anzel, seorang badboy yang mengidap haphephobia. Banyak hal rumit terjadi setelah tragedi itu...