Allo aku kembali lagi
Jan lupa voment nyaHappy reading...
____
"Jadi lo pindah haluan?"
Pertanyaan dari Taqi itu masih terngiang dengan jelas di telinga Anzel. Dia tidak sempat menjawabnya tadi karena keburu guru pelajarannya datang.
Pak Wahyu—guru pelajaran PAI— begitu para murid menyebutnya. Dia sempat menatap heran dengan kening berkerut ke arah Anzel. Dia merasa heran dengan kehadiran Anzel yang biasanya tidak masuk. Pak Wahyu sudah mafhum alasan Anzel tidak masuk. Dan tentang Anzel yang nonis sudah menjadi rahasia umum. Semua orang sudah tahu tak terkecuali Pak Wahyu.
Guru PAI sempat terkejut melihat kehadiran Anzel. Tapi raut wajah kagetnya hanya bertahan sementara. Ia netralkan kembali sambil memulai pengajarannya. Mungkin lagi gabut. Pikir Pak Wahyu.
Pak Wahyu memulai pengajarannya. Dia menjelaskan tentang sifat irodat. Sifat kedua dari kelompok ma'ani. Anzel menyimaknya dengan seksama. Dia tampak sangat menikmati penjelasan dari gurunya.
"Fahimtum?" tanya Pak Wahyu di akhir pengajarannya. Dia membereskan buku pelajarannya. Tandanya sebentar lagi jam pelajarannya berakhir.
"Fahimnaa!" jawab para murid serempak. Kecuali Anzel dia bengong gak ngerti.
"Ada yang ditanyakan?" tanya Pak Wahyu basa basi. Karena dia sudah hafal murid di kelas ini tidak pernah ada yang bertanya. Kalau pun ada yang bertanya suka di luar topik.
"Baiklah kalau tidak ada yang mau ber—"
"Saya Pak! " Anzel memotong ucapan Pak Wahyu. Tangan kanannya ia angkat ke atas.
Otomatis semua mata tertuju padanya. Termasuk Taqi yang ada di sampingnya. Semua menatap heran terutama Pak Wahyu. Dia terkejut tak percaya.
"Oh kamu Hanzel. Silahkan!" Pak Wahyu kembali ke tempat duduknya. Yang tadinya sudah berdiri hendak pamitan. Dia mempersilahkan Anzel untuk mengatakan apa yang ingin di tanyakannya.
"Apa seorang gangster atau mafia yang sudah pernah membunuh orang, kalau bertobat bisa diterima masuk ke dalam agama Islam?" tanya Anzel lantang dan jelas.
Pak Wahyu tersenyum, "Ini di luar topik Hanzel—"
"Tapi pertanyaan saya juga termasuk dalam pelajaran bapak, jadi bagaimana?" sikap pemaksa Anzel sepertinya sudah mendarah daging. Dia sampai memotong ucapan gurunya karena terlalu penasaran.
"Tapi Bapak akan tetap menjawabnya Hanzel," Pak Wahyu kembali tersenyum. "Lain kali jangan memotong ucapan orang lain." peringat Pak Wahyu.
Anzel tak mendengar peringatan dari Pak Wahyu. Dia hanya ingin mendapatkan jawaban secepatnya.
"Oke. Begini, asalkan dia bertobat dengan sungguh-sungguh dan berusaha tidak akan mengulanginya lagi, maka jawabannya iya." jawab Pak Wahyu mantap.
"Tapi Pak, saya pernah dengar kalau membunuh itu dosa yang tidak bisa diampuni. Tapi kenapa dalam Islam bisa?" tanya Anzel lagi. Dia tidak menghiraukan tatapan orang sekelas yang menatap aneh ke arahanya.
"Karena Allah itu Maha Kuasa. Allah berkuasa atas segalanya. Termasuk tentang dosa. Dan Allah itu lautan maghfiroh. Ampunananya tidak terbatas termasuk dosa membunuh dari salah satu makhluknya. Tapi kembali lagi ke awal. Si pendosa akan diampuni kalau dia benar-benar bertobat dan berserah diri kepada Alloh dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya lagi." jelas Pak Wahyu.
Tapi Anzel sepertinya masih belum puas dengan penjelasan dari Pak Wahyu. Dia kembali mengajukan pertanyaan, "Pak, terus kalau si pendosa itu melakukannya lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Najma Sagara (END)
RandomKarena kekeliruan dalam mengenali presensi tubuh, Najma salah memeluk sembarang orang. Kesalahan itu menjadi alasan garis hidup Najma bersinggungan dengan Anzel, seorang badboy yang mengidap haphephobia. Banyak hal rumit terjadi setelah tragedi itu...