Haii aku kembali, sorry amburadul jadwal upnya.
Jan lupa vote ygyHappy reading...
_____
Sudah dua hari dia mendiamkan gadisnya, puluhan pesan yang dikirimkannya tidak ia balas, pun semua panggilan yang menghiasi screen ponsel bagian panggilan juga tidak ia jawab.
Ini tentang gadis bernama Najma, gadis yang sudah sukses menanamkan benih asmaraloka di hidupnya, gadis yang berhasil mengusik dan mengeluarkannya dari zona nyaman, gadis yang ... entahlah, dia sendiri sulit untuk mendeskripsikan tentang perasaannya kepada si gadis. Tapi satu hal yang pasti, saat ini seorang Anzel sedang merasakan 'kejatuhan' dari yang namanya jatuh cinta.
Bingung. Ia tahu, perasaan bukanlah hal yang bisa ia ajak bercanda. Perasaannya yang sudah tumbuh dan perlahan membesar kini tak mungkin juga untuk dia hancurkan.
Seandainya dia mengikuti kata hati, menilai serius akan rasanya dan bersungguh-sungguh akan usahanya. Maka, mengikuti keyakinan si gadis atau ditinggalkan adalah dua resiko yang harus dia tanggung.
Tapi kalau dia menyerah akan semua ketakutannya, dan tetap diam dalam zona nyamanya maka penyesalan adalah hal yang akan mengiringi langkahnya.
Dia yakin, si gadis memiliki seseorang yang ingin dia jadikan sebagai keluarga, pemimpin sekaligus teman hidupnya. Dan pastinya itu bukan Anzel. Dia sadar diri, akan semua ketidak mungkinan untuk bersanding dengannya.
Tirai bernama keyakinan yang membentang lebar di antara mereka adalah poin utama yang tak mengizinkan mereka untuk bersama, belum lagi keluarga dan lain sebagainya.
Memutar haluan, tidak semudah pengucapannya, dibutuhkan full niat dan waktu yang lama. Apalagi untuk kasus seperti dirinya. Belum lagi hal-hal yang akan menyambutnya nanti, ada banyak hal yang harus dimulai dari awal.
Oke, kita coba sekali saja, kalau dia setuju itu bagus dan kalau si gadis menolak berarti dia hanya perlu berusaha lebih keras.
Setelah mengurung diri selama dua hari, kini dia sudah mengambil keputusan. Dengan bekal informasi dari sang Ibu, dia bertekad menemui si gadis ke klinik, dan berniat jujur akan segalanya.
Tadi ibunya bilang, hari ini si gadis akan keluar dari klinik. Kesempatan ini akan dia gunakan sebaik-baiknya, berkedok mengantar pulang, dia juga akan meminta maaf dan menyatakan perasaannya.
Kakinya terayun menapaki koridor putih nan panjang, tangannya memegang parsel buah yang sengaja dia beli sebelum berangkat.
"Kak Asa!"
Samar-samar dia mendengar seseorang memanggil namanya. Senyumnya terukir begitu cantik kala dipikirannya terlintas siapa pelaku yang memanggil namanya dengan sebutan kak asa, gak ada lagi yang memanggilnya seoerti itu selain dia.
"Gue datang Na," gumamnya masih dengan senyum yang mengembang.
"Kak Asa, dari mana aja? Aku nungguin Kak Asa, Kak Asa marah sama aku? Maaf, Aku minta maaf ..." suara gadis itu terdengar jelas di telinganya. Sepertinya si gadis tidak menyadari kehadirannya. Padahal jarak mereka hanya beberapa meter saja.
"Kak Asa, jawab. Jangan diemin aku terus. Aku minta maaf, aku salah,"
Mendengar suara si gadis yang kian melemah, pertahanannya runtuh. Ide jahil yang terlintas di kepalanya dia buang jauh-jauh, tak tega melihat gadisnya bersedih seperti itu.
"Gue di belakang lo, Na." ujarnya percaya diri, dia yakin gadis di depannya sedang merindukannya.
"Mbinnn!!" Teriak gadis itu yang membuatnya mematung. Mbin bukan Asa, bukan namanya yang gadis itu sebut. Siapa Mbin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Najma Sagara (END)
AcakKarena kekeliruan dalam mengenali presensi tubuh, Najma salah memeluk sembarang orang. Kesalahan itu menjadi alasan garis hidup Najma bersinggungan dengan Anzel, seorang badboy yang mengidap haphephobia. Banyak hal rumit terjadi setelah tragedi itu...