𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟏. 𝐉𝐄𝐉𝐀𝐊 𝐁𝐀𝐒𝐀𝐇 𝐋𝐔𝐊𝐀 𝐋𝐀𝐌𝐀
𝟎𝟎:𝟏𝟐 ○━━───── 𝟎𝟑:𝟒𝟓
⇆ㅤㅤ◁ㅤ❚❚ㅤ▷ㅤㅤ↻Bagi 𝘼𝙧𝙚𝙨𝙨𝙮𝙖 𝙈𝙖𝙣𝙙𝙖𝙣𝙪, kesedihan adalah suatu hal tabu. Aressya (begitu orang-orang biasa menyapa) menuntut dirinya sendiri untuk jauh lebih otoritas atas kendali emosi-yang terkadang sulit untuk diprediksi. Dia mendoktrin otak dengan mantra; jika kesedihan adalah suatu aib yang harus seapik mungkin dia sembunyikan.
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang boleh mengetahui kelemahannya. Dia harus tetap terlihat tangguh serta kuat di situasi apapun. Jika pertahanan luntur, maka semua akan ikut gugur, bahkan hancur lebur. Aressya sudah mengucap ikrar, dan pantang baginya untuk ingkar.
Kendati, untuk kali ini Aressya merasa buntu nyaris putus asa. Benteng pertahanan yang susah payah dibangun, luluh-lantak hanya dalam sekejap mata. Ironi, Aressya mengingkari janji sendiri.
Kini, dia tidak tahu harus berbuat apa selain berdiam diri dengan kondisi kepala yang terus mengeluarkan suara berisik. Melebihi kerusuhan lautan manusia yang menuntut hak dan asasi di depan gedung aparatur negara.
Beberapa tahun belakangan, Aressya hanya seorang wanita gila kerja yang mensistematiskan pola hidup dalam lingkaran peraturan, 𝘞𝘰𝘳𝘬𝘢𝘩𝘰𝘭𝘪𝘤.
Semua tertata; dari jam berapa dia terbangun hingga kembali tidur, berapa menit yang dia butuhkan untuk melakukan aktifitas di rumah sebelum berangkat kerja, dan waktu-waktu lain untuk melakukan banyak hal guna memenuhi kebutuhan harian.
Semua sudah diatur secara terancang, tidak pernah melenceng dan Aressya menikmatinya.
Tetapi, setelah memutus panggilan telepon secara sepihak dini hari tadi, perempuan dua puluh tujuh tahun itu mengacaukan semua yang sudah dia rancang dengan matang.
Untuk kali pertama sepanjang kariernya, Aressya terlambat tiga menit berdandan, tidak mengenakan busana dengan warna senada, lupa menggelung rambut dengan jepit berjaring. Pula, mengenakan sepatu berbeda warna.
Seakan tak cukup sampai di situ, kekacauan kembali menimpa kala hak sepatu patah tepat saat dia mengejar bus oleh sebab terlambat bersiap.
Melipur saur sekaligus menenangkan diri, Aressya putuskan pergi ke taman kota (alih-alih menunggu bus berikutnya untuk pergi bekerja) sekadar meluangkan masa meneguk sekaleng bir dingin yang sengaja dia bawa dari rumah.
Punggung bersandar pada tepi gazebo, helaan napas terdengar jauh lebih berat dari biasanya. Jujur, Aressya menyesal telah mengangkat telepon itu.
Seseorang dengan isak tangis memberitahu sesuatu yang seharusnya tidak pernah dia katakan.
Mengapa demikian? Sebab, apa yang tengah terjadi jauh di luar kendali dan Aressya tidak memiliki keterikatan sama sekali.
“𝘗𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩.” Kalimat keramat, yang paling tidak ingin Aressya dengar, kembali menguar diantara temaram malam. Sesaat setelah Aressya meletakkan gelas berisi air putih di meja kerja, suara serak itu kembali mengudara. “𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘢𝘴𝘴𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘎𝘢𝘭𝘷𝘪𝘯𝘰 𝘣𝘦𝘳𝘯𝘪𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘦𝘳𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘗𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩. 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘫𝘶𝘬 𝘎𝘢𝘭𝘷𝘪𝘯𝘰 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘙𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘣𝘢𝘵, 𝘈𝘳𝘦𝘴𝘴𝘺𝘢.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐓𝐀𝐖𝐀𝐂𝐀𝐍𝐀 𝐑𝐀𝐒𝐀 (𝘉𝘰𝘺𝘴 𝘗𝘭𝘢𝘯𝘦𝘵 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)
Fanfiction❛❛𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢. 𝘛𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘸𝘢𝘤𝘢 �...