𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟒. 𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓 𝐂𝐎𝐍𝐅𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 [ 𝐄𝐧𝐝 ]
𝟎𝟎:𝟏𝟐 ○━━───── 𝟎𝟑:𝟒𝟓
⇆ㅤㅤ◁ㅤ❚❚ㅤ▷ㅤㅤ↻Bell berkumandang, timbul suara lantang, sapa perinci ruang. Kegiatan ajar mengajar sudah bisa dihentikan. Sambung pada hari lain yang akan datang.
Kala jubelan manusia itu berlomba-lomba keluar untuk menjadi yang pertama melewati pintu utama, Jang Gyuri bahkan tak berminat barang sedikit beranjak dari tempat semula. Biarkan ruangan sepi, menyisakan dirinya sendiri.
Jika bukan karena penjaga sekolah memberi himbauan dini, bahwasannya hari ini perkiraan cuaca menunjukkan potensi hujan dengan intensitas deras, sedang diri lupa kemas jas pada tas. Mungkin, Gyuri enggan bergerak untuk pergi.
Langkah gontai, susuri perjengkal koridor tanpa semangat, daksa bawa raga menuju area parkiran khusus sepeda. Memakai helm, lantas menaiki benda tua itu. Meninggalkan pelataran sekolah dengan suasana hati gundah.
Di tengah perjalanan, Gyuri menyadari laju sepeda tak seperti biasanya. Sedikit goyah. Tidak seimbang. Antisipasi hal-hal tak diinginkan terjadi, Gyuri berhenti guna cek apa yang salah. Di luar dugaan, ban sepeda bocor, buah paku yang entah sejak kapan tertancap di sana. Padahal, minggu lalu Gyuri baru saja mengganti dengan ban baru.
“Sial!” Gyuri mengeram, salurkan semua emosi. Tendang sepeda tak bersalah, frustrasi.
Pada momen ini, Gyuri ingin sekali menangis histeris. Sudah cukup harinya berkalung kabut.
Dan apa sekarang? Turun hujan? Dewi Fortuna benar-benar bertindak tidak adil kepadanya.
Apa masih belum cukup rentetan kesialan untuk hari ini? Gyuri benar-benar tidak tahan lagi.
Dengan kondisi hati berantakan, Gyuri terpaksa memapah sepeda tanpa alas kaki—sepatunya yang disita oleh Pak Hui belum dia ambil, pula pasangannya yang lain sengaja ditinggalkan di kelas.
Memang, apa gunanya sepatu tanpa pasangan? Tidak ada. Hanya akan mengundang tatap menghina dari mata-mata para peminda.
“Butuh tumpangan?” Gyuri menoleh, hanya untuk menemukan eksistensi Kim Gyuvin tengah menurunkan kaca helm di sampingnya.
“Enggak!” Gyuri menjawab sinis.
“Hujan. Nanti lo sakit.” Pelankan laju motor, agar bisa berdampingan dengan sang puan.
“Apa peduli lo?”
“Jang Gyuri!”
Kontan berhenti. Ada sengatan anomali tanpa nama, mengalir deras pada sudut paling aksa kala si taruna sebut nama untuk kali pertama. Tanpa embel-embel ‘Bocil’ yang terdengar sangat-sangat norak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐓𝐀𝐖𝐀𝐂𝐀𝐍𝐀 𝐑𝐀𝐒𝐀 (𝘉𝘰𝘺𝘴 𝘗𝘭𝘢𝘯𝘦𝘵 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)
Fanfiction❛❛𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢. 𝘛𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘸𝘢𝘤𝘢 �...