𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟐. 𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑, 𝐓𝐄𝐓𝐀𝐏𝐈 𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐄𝐑𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 [ 𝐄𝐧𝐝 ]𝟎𝟎:𝟏𝟐 ○━━───── 𝟎𝟑:𝟒𝟓
⇆ㅤㅤ◁ㅤ❚❚ㅤ▷ㅤㅤ↻Kang Joanna tidak pernah menyangka, jika daksa begitu gegabah membawanya ke tempat ini. Tempat yang seharusnya pantang ia pijak lagi.
Namun, mengingat janji hari lalu jika ini akan benaran menjadi yang terakhir kali. Akhirnya, Joan memilih mengalah pada hati. Alih-alih logika yang terus memberi wanti-wanti.
“Ini yang terakhir. Besok, lusa, dan seterusnya aku akan menganggap malam ini tidak pernah ada apalagi terjadi.” Itu adalah tekad kesekian kali yang lagi-lagi Joan ingkari.
Joan sudah cukup dewasa untuk memilih dan memilah. Tetapi terlalu kekanak-kanakan saat mempraktikkan semua yang sudah dia ancang-ancang sejak lama.
Joan kembali terjerembab ke dalam lubang yang sama, dan Ricky Shen adalah pelaku utama. Tidak, ralat! Ricky bukan pelaku, tetapi korban dari keegoisannya. Itu realita yang tidak bisa Joan ubah sampai kapanpun.
Dari jarak tak seberapa, aroma 𝘳𝘢𝘴𝘱𝘣𝘦𝘳𝘳𝘺 otomatis langsung menguar bersamaan dengan diletakkannya dua gelas vodka di atas meja kotak berbahan kayu ulin. Merah menyala pada minuman itu terlihat melambai-lambai, menggoda lidah untuk segera mencicipi bagaimana cita rasanya.
Mengalihkan atensi dari vodka yang menggoda, Joan memilih mengamati tampakan apartemen Ricky. Tempat yang memiliki arsitektur minimalis, cukup untuk ditinggali sepasang kekasih.
Garis bawahi! Sepasang kekasih. Sebab, setiap benda memiliki jodohnya tersendiri. Mulai dari kursi, gelas, bahkan piring.
Jika menengok penghargaan-penghargaan yang dijejerkan di dinding dan meja, tak akan ada yang menyangka bahwa manusia sejenius Ricky akan berakhir menjadi seorang bartender.
Piagam sains, kesusastraan, hingga berbagai sertifikat berbeda bidang dipajang di sana. Joan menghela napas, Ricky telah meraih begitu banyak dalam hidup.
Dan hal itu, tidak terlepas dari 'hak istimewa' yang dipunya. Ricky terlahir dari keluarga aristokrasi. Tidak mengherankan, jika segala penghargaan itu tidak berarti apa-apa. Sekali pun hanya berdiam diri di rumah (pengangguran), Ricky memiliki segalanya untuk tetap melanjutkan hidup.
“Perasa apa yang kau masukkan di dalamnya? Raspberry? Anggur merah?” Joan cukup antusias ketika Ricky kembali, membawa serta camilan tengah malam sebagai pelengkap.
“Menurutmu?” Balik umpan pertanyaan.
Menimang dagu dengan mata menerawang udara. “Hmm ... berry, 𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵?”
“𝘉𝘪𝘯𝘨𝘰!”
Daging panggang yang telah diiris tipis dipilih Ricky sebagai kudapan tengah malam. Lengkap sudah makanan pengundang penyakit ditata di meja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐓𝐀𝐖𝐀𝐂𝐀𝐍𝐀 𝐑𝐀𝐒𝐀 (𝘉𝘰𝘺𝘴 𝘗𝘭𝘢𝘯𝘦𝘵 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)
Fanfiction❛❛𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢. 𝘛𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘸𝘢𝘤𝘢 �...