𝐙 𝐄 𝐑 𝐎 𝐒 𝐄 𝐋 𝐀 𝐍 𝐃𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟐. 𝐑𝐎𝐒𝐒𝐈𝐄 𝐃𝐀𝐍 𝐙𝐄𝐑𝐎𝐒𝐄𝐋𝐀𝐍𝐃
𝟐:𝟏𝟏 ━━❍───── 𝟒:𝟐𝟑
⇆ㅤㅤ◁ㅤ❚❚ㅤ▷ㅤㅤ↻“Kita kedatangan tamu rupanya.” Bias suara asing yang entah dari mana asal rimba pula siapa sang empunya, sukses buat Ricky terlonjak beberapa masa.
Gadis berambut perpaduan antara pirang dan sedikit hijau pada depan poni dengan gaun sepanjang perpotongan lutut berdiri lebih-kurang dua meter dari posisi Ricky.
Sambil mengelus anak kelinci dalam dekapan, dia menghampiri Ricky. Kikis jarak. Semakin dekat, wajah yang semula tertutup kabut tipis perlahan jelas terlihat.
“Si—siapa kau? Di—dimana aku?” Sedikit tergagap taruna kesayangan bulan Mei lempar tanya ketika gadis itu benar-benar berdiri di hadapannya.
Alih-alih menjawab, pemilik surai nyentrik justru tersenyum manis, menampakkan rona tipis pada pipi mulus tanpa rias. Jika diperhatikan, dia memiliki mata sewarna batu ruby dan kulit seputih kapas.
Ricky akan percaya andai kata dia mengatakan bahwa dirinya adalah hantu. Kendati, jika dia memang benaran hantu kakinya menampak bumi, tidak melayang seperti gambaran makhluk halus yang kerap diilustrasi. Ricky mendadak sangsi, jika dia bukan manusia, bukan pula hantu, lantas makhluk spesis apa dia? Entahlah.
“Jawab aku, Nona. Siapa kau? Tempat apa ini?” Tiada mampu sembunyikan kebingungan.
“Perkenalkan, aku 𝙍𝙤𝙨𝙨𝙞𝙚. Selamat datang di 𝙕𝙚𝙧𝙤𝙨𝙚𝙡𝙖𝙣𝙙, Tuan Tampan.” Kembali merekahkan senyum.
“Ze—Zeroseland?” Tertawa renyah, “Tempat semacam itu tak ada, itu hanya fiksi yang diciptakan khusus untuk anak-anak bukan orang dewasa sepertiku.” Menampik. Tentu saja, ini terdengar begitu kelakar. Mustahil ada tempat serupa di dunia nyata. Kecuali, Ricky terdampar di dimensi lain.
Rossie menggeleng tak setuju, telunjuk bergerak ke kanan dan kiri ikut menegaskan. “Jika Zeroseland tak nyata, lalu bagaimana kau menjelaskan ini semua?”
“Aku yakin, ini hanya mimpi. Aku masih ingat betul, tadi aku tengah bersandar pada sofa di ruang tunggu. Aku pasti ketiduran, hingga terjebak dalam mimpi gila ini.” Masih bersikeras menyangkal bahwa dia hanya sekadar mengigau. Kali kedua, Ricky kembali mencubit kulit, berharap segera terbangun.
“Baiklah, kalau kau masih berpikir ini mimpi. Tapi tak perlu menyakiti dirimu sendiri, tunggu saja sampai kau bangun dan nikmati waktumu di tempat ini.” Rossie menawarkan.
Benar juga, jika pun hanya mimpi, bagaimana mungkin Ricky akan menyia-nyiakan segala rupa cemilan pemicu bertambahnya berat badan. Setidaknya, di sini dia bisa bebas pilah-pilih ingin makan apapun tanpa khawatir jadwal diet yang ketat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐓𝐀𝐖𝐀𝐂𝐀𝐍𝐀 𝐑𝐀𝐒𝐀 (𝘉𝘰𝘺𝘴 𝘗𝘭𝘢𝘯𝘦𝘵 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)
Fanfiction❛❛𝘉𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘸𝘢𝘥𝘢𝘩. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢. 𝘛𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘸𝘢𝘤𝘢 �...