Zhang Hao - Cerita Desember

120 41 3
                                    

𝐂 𝐄 𝐑 𝐈 𝐓 𝐀    𝐃 𝐄 𝐒 𝐄 𝐌 𝐁 𝐄 𝐑

𝐂 𝐄 𝐑 𝐈 𝐓 𝐀    𝐃 𝐄 𝐒 𝐄 𝐌 𝐁 𝐄 𝐑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟐. 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐓𝐔𝐏 𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇; 𝐓𝐄𝐑𝐄𝐍𝐆𝐆𝐔𝐓 [𝐄𝐍𝐃]

𝟐:𝟏𝟏 ━━❍───── 𝟒:𝟐𝟑
⇆ㅤㅤ◁ㅤ❚❚ㅤ▷ㅤㅤ↻

Satu pekan berlalu, baik dari pihak puan atau pun pihak tuan, tiada lagi bahas prihal masalah wacana tahun baru yang rupanya tinggal problem buntut panjang hingga berakhir saling diam.

Selama rentan waktu itu, Zihar melakukan perjalanan bisnis ke Tokyo. Pemuda kesayangan bulan dua belas disibukkan dengan berbagai bagan proyek garapan.

Sejenak lupakan praha yang mendera bersama kekasih tercinta. Tak ingin rusak fleksibilitas kerja. Pula, integritas dalam ranah yang tak seharusnya dicampur-adukan dengan hal-hal bersifat konsumsi pribadi. Itu benar-benar tidak profesional.

Tiada waktu mendayu-dayu dalam hal semu. Detik adalah detak. Demikian, Zihar lewati fase-fase berat tekanan pekerjaan di Negeri Sakura, berteman ramainya antawacana dalam kepala yang terasa seperti ingin meledak saat itu juga.

Sedang, Rinaiya lebih pilih fokus sibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan. Entah 𝘩𝘢𝘯𝘨𝘰𝘶𝘵 bersama teman-teman, menjadi relawan di panti, atau hanya sekadar bergumul dengan bantal dan selimut dari pagi hingga pagi kembali.

Tetapi khusus untuk hari ini, Rinaiya pergunakan jam senggang bantu sang Kakak kelola bisnis toko Hampers dan Distro di tengah-tengah hiruk-pikuk Kota.

Pada waktu-waktu krusial—jelang penutupan kalender, pemesanan melonjak signifikan. Rinaiya yakin, Chiko saat ini sangat butuhkan tenaga tambahan.

Dia serta karyawannya pasti tengah kewalahan. Tentu, alasan di balik itu semua sebab sebentar lagi Natal serta tahun baru datang. Banyak orang berbondong-bondong pergi ke toko untuk beli kado.

Tepat saat Rinaiya bersiap pergi, satu distraksi buat kaki mendadak malfungsi. Tanpa sadar, perempuan itu bulatkan mulut, buat roti yang tergantung pada perapitan bibir, terjatuh begitu saja ke lantai.

Menengok kiri kanan dengan raut wajah kebingungan. Rinaiya berjongkok sejenak, perhatikan sebuket bunga mawar merah teronggok di hadapan. Tepatnya, depan pintu keluar hunian.

Semula ragu, sampai akhirnya Rinaiya ambil buket itu, intens perhatikan setiap sisi-- seksama. Hingga eksistensi surat berpita terindera oleh netra.

𝘔𝘢𝘢𝘧. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘦𝘨𝘰𝘪𝘴 𝘴𝘦𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪, 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘱𝘪. 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘉𝘢𝘭𝘪.

𝐀𝐍𝐓𝐀𝐖𝐀𝐂𝐀𝐍𝐀 𝐑𝐀𝐒𝐀 (𝘉𝘰𝘺𝘴 𝘗𝘭𝘢𝘯𝘦𝘵 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang